Terdengar suara bel berbunyi. Pemilik rumah segera membuka pintu.
"Hai." sapa Dyani melambaikan tangannya kepada pemilik rumah.
"Lo ngapain pake seragam hari minggu?"
"Lo ngelindur apa kecelakaan?"
"Ini juga apa plester? terus itu idung lo kenapa?" tanya Firsha bertubi-tubi pada Dyani sambil memeriksa kondisinya.
"Biarin gue masuk dulu."
"Gezz! Lupa gue. Ayo masuk!"
***
"Jadi gimana ceritanya lo bisa kayak gini?"
"Lo nggak sakit kan?"
"Lo kenapa sih? kurang makan sampe bisa ngelindur gini?"
"Apa jangan-jangan lo mimpi ya? jadi kebawa sampe ke kehidupan nyata?"
"Sttttt. Bisa gak sih satu-satu nanya nya. Gue pusing nih," balas Dyani atas semua pertanyaan Firsha.
Kini mereka sedang berada di kamar Firsha. Dyani merebahkan dirinya dan tak lupa menutup hidungnya dengan seragam milik Asgard yang sudah ia lipat menjadi beberapa bagian.
"Iya ya udah, jadi gimana?" tanya Firsha kembali.
"Gue mau tidur dulu, boleh kan?" tutur Dyani cengengesan.
"Seberapa cape lo hari ini?"
"Tak terhingga."
"Sampe segitunya?"
"Iya makanya gue butuh istirahat. Sejenak aja, gak lama. Gue tidur dulu."
"Ish dasar kebo!" celetuk Firsha di sebelahnya.
Seketika itu, Firsha melihat sesuatu yang aneh. Ia merasa heran dengan sesuatu yang digunakan Dyani untuk menutupi hidungnya. Hal itu membuat Firsha bertanya lagi kepadanya.
"Eh bentar. Itu yang lo pegang kayak seragam. Seragam siapa? Lo nggak punya duit buat beli tisu apa?" lanjut Firsha ketika melihat Dyani menutup hidungnya dengan seragam yang dilipat-lipat.
"Iya nanti gue ceritain, semuanya." balas Dyani yang kini mulai terlelap tidur.
***
"Ini, Bang. Makasih ya." ujar Asgard sambil memberikan uang pada tukang bengkel.
Asgard kini kembali menggunakan motornya setelah kejadian melelahkan sekaligus menjengkelkan tadi pagi. Pagi berganti siang. Saat ini Asgard sudah berada di kamarnya, merebahkan tubuhnya. Ia perlu istirahat atas semua kejadian hari ini. Namun, ketika Asgard hendak memejamkan matanya, suara dering telepon diponsel nya membuat ia kembali membuka matanya. Merasa frustasi karena terganggu, Asgard mengacak-ngacak rambutnya dengan kedua tangannya. Dengan terpaksa, Asgard lantas bangun lalu mengambil ponsel yang ada disaku celananya. Setelah itu, ia langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang meneleponnya.
"Halo?" suara perempuan dari balik telepon.
"Iya apa? Ada apa? Cepetan ngomong." jawabnya saat mengangkat telepon dengan nada terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASGARDYAN
Teen FictionKetika hidup berlangsung, akankah semuanya berjalan mulus? Bagi mereka, hidup merupakan sebuah teka-teki yang berasal dari mimpi. Mimpi akan selalu menjadi kunang-kunang yang menemani dengan sinarnya dikala gelap dan terlelap.