Setelah mengalami hari melelahkan, Ganesh menggantungkan beberapa dream catcher yang ia beli tadi siang di mall. Ia menggantungkan dream catcher itu di pintu kamarnya, jendela kamarnya, dan satu lagi di langit kamarnya. Tiga dream catcher itu sengaja ia gantungkan, agar ketika melihatnya ia selalu berprasangka baik tentang segala mimpi yang dialaminya.
"Ini emang konyol, tapi gue harap lo benar-benar berfungsi buat nangkap mimpi." ujarnya, ketika selesai menggantungkan dream catcher di langit kamarnya.
Lalu setelah itu, Ganesh merebahkan tubuhnya sambil menatap dream catcher yang menggantung di langit kamarnya. Entah kenapa ia mendadak melakukan hal konyol seperti itu. Tetapi yang jelas, niatnya begitu hanya untuk menangkap setiap mimpi yang terus berada dipikirannya.
"Gue yakin, pasti mimpi kita sama." gumam Ganesh dalam batinnya.
***
Sinar matahari berhasil menerobos jendela setiap kamar. Udara segar masuk ketika Asgard, Dyani, dan Ganesh membuka jendelanya masing-masing. Pagi yang cerah siap menyambut hari-hari penuh aksi.
"Dy, ayo sarapan dulu!" ajak Diyya, Mama Dyani.
"Iya Ma, bentar." teriak Dyani dari dalam kamarnya yang masih sibuk merapihkan rambutnya. Seperti biasa, Dyani selalu mengikat rambut panjangnya ketika sekolah. Tak lupa, Dyani mengganti plester yang menempel di dahinya dengan plester yang baru. Terkesan polos tanpa riasan, tapi hal itulah membuatnya semakin cantik dengan kesederhanaannya.
"Woah! Kak Dy udah bangkit dari mimpi nih!" celoteh adik Dyani yang bernama Mia ketika melihat kakaknya keluar dari kamar.
"Siapa yang mimpi hah?" timbal Dyani, lalu duduk di depan adiknya.
"Buktinya kemarin minggu aja Kakak sekolah. Saking semangatnya, Kakak sampai kejedot gitu. Rajin baget sih, Kak. Jadi pengen." ledek sang adik sambil mengunyah makanannya.
"Makan yang bener. Jangan sambil ngomong!" balas sang kakak ganas.
"Eh udah udah, cepet sarapan. Nanti telat loh," ujar sang mama sembari merapihkan makanan yang terletak di meja.
"Tuh dengerin!" ujar Dyani kepada Mia.
"Kamu juga Dy. Lain kali hati-hati, jangan salah tanggap kayak kemarin gitu. Itu lukanya udah gak sakit kan?" ungkap Diyya menasehati karena khawatir.
"Udah nggak kok, Ma. Luka kayak gini udah biasa, jadi gak apa-apa."
"Tetep aja kamu harus hati-hati."
"Tuh dengerin!" balasan Mia pada kakaknya.
"Iya, iya." jawab Dyani dengan pasrah.
"Eh Ma, Papa nggak pulang?" tanya Dyani sambil menghuapkan nasi ke mulutnya.
"Papa pergi ke luar kota,"
"Ke luar kota? Kok Papa nggak bilang sih Ma? Pantesan aja udah dua hari nggak pulang." gerutu Mia sebal.
"Semalem Papa telpon, katanya ada urusan yang harus diselesaikan. Jadi Papa nggak pulang."
"Terus Papa pergi ke mana?"
"Papa pergi ke Makassar."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASGARDYAN
Teen FictionKetika hidup berlangsung, akankah semuanya berjalan mulus? Bagi mereka, hidup merupakan sebuah teka-teki yang berasal dari mimpi. Mimpi akan selalu menjadi kunang-kunang yang menemani dengan sinarnya dikala gelap dan terlelap.