I - 2

145 25 12
                                    


Ryu Sujeong akhirnya kembali bernapas.

Keheningan yang tadi singgah ketika ia selesai memainkan jemarinya di atas tuts piano berakhir dengan deru tepuk tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keheningan yang tadi singgah ketika ia selesai memainkan jemarinya di atas tuts piano berakhir dengan deru tepuk tangan. Ave Maria. Sujeong menarik napas pelan, lalu bangkit dan menghadap penonton yang duduk di tribun. Ia membungkuk sembilan puluh derajat ke bagian kiri, tengah, lalu bagian kanan. MC pun menyambutnya dengan baik. Ia dipersilahkan duduk kembali di tempatnya. 

Pianis berikutnya adalah Bae Joohyun. Ia memulai Nocturne, E-flat major, Op. 9, No. 2 dengan baik, membawanya dengan gaya klasik dengan beberapa potong aransemen original sentuhan pribadi. Ritme yang dibawakan seperti aslinya membuat pendengar mengangguk menikmati melodi yang sudah tidak asing bagi pencinta Chopin. Akan tetapi improvisasi kecil yang Joohyun torehkan tak elak membuat pendengar turut tersenyum mendapati irama baru yang memanjakan telinga mereka. Sedangkan untuk pendengar awam? Turut terdiam menikmat magisnya melodi yang mengisi ruangan.  Sebuah anestesi emosi yang rapi. 


Sujeong tanpa sadar kembali menahan napas. Prodigy seperti Bae Joohyun kerap membuat Sujeong merasa kecil dan benar-benar biasa. Basic. Joohyun memang eksepsional. Sujeong bukanlah apa-apa. Di tengah alunan yang mengisi jiwa dengan ragam emosi yang penuh enigma, hati Sujeong hanya mendapati ia terbakar.

Joohyun menutup penampilannya dengan apik, rapi, dan elegan. Terefleksikan dari standing ovation yang meriah perempuan itu dapatkan.

Ini tidak benar. Sujeong tahu bahwa dirinya telah berusaha sebaik yang ia bisa. Musik bukanlah kompetisi, namun apresiasi dan penyerahan diri. Ia menarik napas dalam-dalam, menahannya sekian detik sebelum perlahan mengeluarkannya dalam ketukan teratur.

Bae Joohyun kembali berjalan dengan anggun ke tempat duduknya. Gaun satin hitam yang ia kenakan membuat kulitnya yang putih bercahaya di tengah-tengah panggung.

Ketika tanpa sengaja mata mereka beradu, senyum tipis yang Joohyun lontarkan kembali menggoreskan luka tak kasat mata di hati Sujeong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika tanpa sengaja mata mereka beradu, senyum tipis yang Joohyun lontarkan kembali menggoreskan luka tak kasat mata di hati Sujeong. Ia lekas berdiri dari kursinya, lalu dalam sepi keluar dari hall  tempat konser Melodica Academy dilaksanakan,.

"Ah, aku mengacaukan segalanya," sesal Sujeong. Ia berjalan menuju sebuah kamar yang dijadikan ruang tunggu. Untuk sampai ke sana, Sujeong harus melewati lorong yang dihiasi karangan bunga dari keluarga, kerabat, pun teman-teman para penampil hari ini, anggota Melodica. Tanpa perlu repot-repot mencari, Sujeong tahu tidak akan ada satu untuknya.

Ia masuk ke dalam ruang tunggu yang diperuntukkan untuknya dan tiga pianis lainnya. Setelah melempar dirinya ke sofa, Sujeong membiarkan keheningan dan kekesalan menemaninya.

Sujeong tak lama mengambil ponselnya, berniat mencari distraksi, lalu mendapati sebuah pesan masuk.

Lily House - Kim saem

"Bagaimana penampilanmu hari ini, Sujeongie? Uri Sujeongie pasti tampil dengan baik hari ini."

Sujeong menghela napas, lalu tersenyum tipis.

Ia sudah mengetikkan beberapa kalimat balasan, namun tangannya berhenti untuk membuka galeri ponsel. Sujeong meng-scroll layar ponsel hingga ke bawah. Ia mendapati sebuah foto yang selalu ia pandangi setiap malam sebelum tidur, setiap ia berada di saat-saat senang, pun setiap ia berada di saat-saat menyedihkan seperti saat ini.

Di foto itu, Sujeong kecil tersenyum lebar dalam pelukan kedua orang tuanya. Ia mengenakan topi kerucut pink muda. Kedua orang tuanya juga memakai topi itu, kekecilan tentu saja. Seloyang kue blackforest menghiasi meja di depan mereka, dilengkapi lilin dengan angka 10 yang masih menyala.

"Eomma, Appa, aku merindukan kalian," ucap Sujeong. Kalimat itu terucap nyaris setiap hari. Dengan pengharapan yang sama setiap waktunya. Sujeong ingin bertemu kedua orang tuanya lagi, walaupun otaknya tahu bahwa hal tersebut mustahil untuk terjadi.

Keduanya telah tiada. Pergi meninggalkan Sujeong seorang diri melalui sebuah tragedi yang membuat Sujeong masih sulit untuk memaafkan dirinya sendiri.

Hari ini begitu melelahkan bagi Sujeong. Dan sama seperti hari-hari sebelumnya ketika kesedihan hadir tanpa kasih untuk mematikan akal dan memenuhi hati, Sujeong hanya bisa berdoa bahwa ruang pilu tersebut akan terbuka, entah sekecil apapun itu untuk memberikannya secercah cahaya untuk dinikmati. 


---

I - Lonely Night 

Kim Taehyung, Ryu Sujeong, dan Masa Lalu

--- tbc ---

author note: 

oh dan tentu saja, "Kim Taehyung, Ryu Sujeong, dan masa lalu" berarti juga masa lalunya Sujeongie~ 

Arcana (BTS x Lovelyz) (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang