Bagian 4

6 1 1
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 06.20 mentari telah memancarkan cahayanya dengan sangat indah menyinari bumi. Kicauan burung terdangar seperti lantunan melodi, orang-orang mulai melakukan rutinitasnya masing-masing. Sementara kedua remaja itu masih terlelap dengan mimpinya masing-masing. Hingga suara Diana terdengar untuk membangunkan keduannya.

"Alen, Neta bangun kalian gak sekolah, hari ini kalian upacara loh" Ucap Diana sambil mengoyang-goyangkan tubuh Alen dan Zaneta agar terbagun dari tidur mereka.

Zaneta mendengar itupun langsung terbangun dari tidurnya. Sementara Alen cowok itu tidak terusik sama sekali malah semakin terlelap.

"Pagi Mah" Ucap Zaneta sambil mencium pipi Diana yang sedang menepuk-nepuk pipi Alen agar cowok itu segera bangun.

"Pagi sayang" Ucap Diana sambil melihat ke arah Zaneta yang sedang duduk sambil menguap.

"Udah jam berapa Ma?" Tanya Zaneta sambil melihat Diana yang masih berusaha membangunkan Alen.

"Jam enam" Ucap Diana.

"What udah jam enam, astaga bisa di hukum nih gue kalau telat" Ucap Zaneta histeris.

Diana yang melihat itu hanya mengelengkan kepalanya sambil terus membangunkan Alen.

"Ma, kalau gitu Neta mau siap-siap dulu" Ucap Zaneta tanpa menunggu jawaban dari Diana, ia langsung pergi sambil berlari terburu-buru menuju ke kamarnya untuk siap-siap menuju ke sekolah.

"Iya, hati-hati jangan lari-lari nanti jatuh" Teriak Diana saat melihat Zaneta berlari menaiki tangga.

Diana masih terus berusaha membangunkan Alen yang seperti mayat kalau tidur, susah sekali untuk di bangunkan.

"Ck anak ini tidur jam berapa sih semalam, susah banget dibangunin" Monolog Diana.

Karena ia sudah kehabisan cara membangunkan Alen, Diana pun pergi kedapur mengambil air untuk membangunkan anaknya itu.

Saat kembali dari dapur, Diana melihat Alen yang masih tertidur pulas. Ia pun mulai menyiram Alen dengan air yang ia bawah tadi.

"Byuurrr"

Alen yang kaget karena tiba-tiba ada air yang membasahi dirinya pun langsung terbangun dari tidurnya.

"Ma banjir Maa" Teriak Alen yang masih setengah sadar dan kaget itu.

"Banjir-banjir, banjir pala lu peyang, cepat bangun siap-siap kesekolah dari tadi dibangunin gak bangun-bangun dasar kebo" Ucap Diana marah.

Alen yang mendengar ucapan Mamanya itu ingin sekali marah, tapi ia urungkan saat melihat wajah Mamanya yang seperti akan mencabik-cabik dirinya.

"Cek jadi ini kerjaan Mamanya, tidak bisakah Mamanya membangunkan anaknya yang paling ganteng ini dengan cara yang lembut dan tidak mengata-ngatainya" Ucap Alen dalam hati.

Diana melihat Alen yang masih duduk sambil melihat dirinya itu pun kembali membuka suara.

"Mau sampai kapan kamu duduk sambil liatin Mama haaa, cepat siap-siap ke sekolah sana, liat tuh adek kamu dari tadi udah bangun. Kamu tuh sebagai kakak harusnya memberi contoh sama adeknya ini tidak, malah adeknya yang memberi contoh. Pagi-pagi udah bikin orang tua naik darah aja kamu cepat sana, Mama hitung sampai tiga kalau kamu tidak bergerak juga Mama berhentikan kamu sekolah dan Mama ambil semua fasilitas kamu" Ucap Diana mutlak dengan kemarahan yang menggebuh-gebuh.

Alen yang mendengarnya pun hanya dapat diam sambil meringis dalam hati. Mamanya ini kalau sudah marah persis seperti singa yang siap memakan mangsanya kapan saja.

" Satu.. du "  Hitung Diana.

Alen yang mendengar Mamanya yang sudah mulai menghitungpun lantas beranjak berdiri dan lari terbirit-birit menuju kamarnya sambil terus mengoceh dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang