Aku baik-baik saja

17 0 0
                                    

" Apa kabar kamu hari ini?
Oh iya, bagaimana kabarmu dengan semua rencanamu dulu, apakah cita-citamu bisa menggambar mural di seluruh kota di Indonesia telah berhasil.
Atau kamu malah asyik terpenjara di Ibu kota, kuharap itu tidak terjadi.
Dan jangan khawatir, Aku baik-baik saja."

Aqia kemudian menutup buku diary-nya, setelah cukup lama tidak saling berpapasan apalagi bertegur sapa dengan Genta, Aqia kembali teringat kepada lelaki itu.

Suasana taman tidak terlalu ramai hari ini, tatkala sepekan telah berlalu dan gadis itu baru sempat datang lagi ke tempat favoritnya ketika sedang gelisah.

Gadis itu senang sekali menghabiskan waktu luangnya di taman bunga, di sana gadis itu tidak pernah merasa bosan meski harus duduk berjam-jam lamanya.

Selain bisa menemukan banyak inspirasi, suasana di taman bunga juga begitu sejuk.

Tempatnya yang terletak di pinggiran kota memang cukup strategis, orang-orang banyak yang berdatangan ketika akhir pekan, sekadar untuk jalan-jalan saja atau sekalian berolah raga.

Tapi, lain lagi dengan Aqia.

Berhubung dirinya senang menulis, taman bunga seolah menjadi suatu tempat wajib yang harus di sambanginya.

Di sana kepala gadis itu seperti terkoneksi dengan segala inspirasi, dan kisah-kisah masa lalunya.

~Lima tahun silam.~

**

" Pulang sekolah nanti, aku mau menunjukkan kamu ke suatu tempat," ucap Genta.

" Memangnya mau ke mana? Paling ke tempat biasa. Lagi pula nanti sore aku harus pulang cepat," jawab Aqia.

"Enggak lama kok, sebentar saja,"

" Ya sudah, awas kalo macam-macam!"

"Enggak palingan juga satu macam,"

" Tuh kan, malah bercanda,"

" Hi.. hi.. lagian, kayak yang baru kenal saja,"

Setelah kembali mengikuti kegiatan belajar, seberes jam istirahat.

Bell pun akhirnya berbunyi, waktu menunjukkan pukul 14:11 WIB. Ketika Genta dan motor tuanya bergegas membawa Aqia ke tempat yang selalu di rahasiakannya dari Aqia.

"Sebenarnya kita mau ke mana?" tanya Aqia.

"Udah duduk ajah,"

"Aku belum pernah lewat kesini, pemandangannya indah yah,"

"Iya, makanya aku bawa kamu kesini,"

Beberapa saat kemudian mereka menepi, tepat di sebuah taman yang masih belum ramai pengunjung dan masih banyak pohon-pohon rindang, bunga-bunga tumbuh bermekaran di taman itu, beberapa wanginya sangat khas dan menyegarkan udara.

"Wah.. indah sekali, kenapa kamu enggak bilang dari dulu kalo di sini ada taman sebagus ini,"

" Sengaja kan biar surprise. Jadi gimana, suka sama tempatnya?"

"Hemss.. lumayan,"

"Kalau suka bilang saja suka, pakai bilang lumayan segala,"

" Hi.. hi.. iya deh iya, Aku suka tempatnya,"

"Oh iya, kita duduk di tempat favoritku saja di sebelah sana," tunjuk Genta mengarah ke sebuah pohon cemara dan bangku panjang di taman itu.

" Ayo!" jawab Aqia.

Mereka pun bergegas melangkah.

" Oh iya, taman ini apa namanya? Kamu belum memberi tahu aku sedari tadi,"

"Maaf aku lupa, orang-orang biasa bilang kalo taman ini namanya adalah Taman Bunga,"

" Oh begitu, nama yang sesuai dengan suasananya,"

" Yapss.."

" Nah di sini tempat favoritku,"

Mereka pun sampai di sebuah bangku panjang yang beratapkan dedaunan cemara, dan beberapa meter di hadapan mereka sebuah arena tempat anak muda bermain skateboard

Dan dinding-dinding beton lengkap dengar mural menghiasi sekelilingnya.

"Wah.. gambarnya bagus-bagus,"

"Itu aku yang bikin,"

"Kamu sendirian?"

" Enggak sih, ada beberapa yang bareng teman-teman,"

"Wah.. keren,"

"Jelas dong, siapa dulu,"

"Hemss.. mulai sombong,"

"Ha..ha.. bercanda,"

" Eh.. tapi kamu sudah izin kan sebelum curat coret dinding itu?"

" Ya sudah dong, lagian itu juga atas permintaan pengurus taman ini, dulu pas awal di buka untuk umum, Redi yang diminta agar menggambar mural di dinding itu, dan sebagai imbalannya kita diperbolehkan main di sini kapan pun selama kita mau, kebetulan juga pengurus taman ini adalah pamannya Redi,"

"Oh, gitu. Jadi selama ini kalau kamu menghilang, pasti ada di tempat ini,"

" He.. bisa jadi,"

" Coba kamu bilang dari dulu, ada taman senyaman ini di sini, kan aku bisa kesini tiap kali lagi bete,"

"Ha... ha.. tempat ini bukan buat orang galau, Qie.."

" Hemss.. ya biar in kan hitung-hitung obat stres,"

"Hemss... masih kecil sudah banyak stres, awas gila loh! Ha.. ha.."

"Ih.. apaan sih! Enggak begitu juga kal,"

"Tempat ini bukan buat menghilangkan stres,"

"Terus!"

"Buat menghilangkan rindu,"

"Hemss... kalau enggak rindu! Gimana?"

" Ya, di rindu-rindu in ajah he.."

" Huh... dasar!"

....

"Oh iya Qie, Selepas sekolah nanti aku dan Ibu ada rencana pulang ke Jakarta." Lanjut Genta.

Aqia tak bergeming, tatapannya kosong dan wajahnya lurus ke depan.

"Qie.. hey.. malah bengong lagi,"

"Eh.. iya. Maaf,"

"Lagi mikirin apaan sih?"

"Enggak kok, oh iya tadi kamu bilang apa?"

"Enggak jadi,"

**

Ok, sampai sini dulu, gimana? Lanjutkan apa jangan nih ceritanya? Kalau setuju lanjutkan tulis di kolom komentar ok.

Salam kaum rebahan.

Diary Aqia " Novel serries"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang