“mungkin mulai saat ini, ada baiknya aku tak perlu lagi mencari keberadaanmu,” pikir gadis itu.
Aqia kemudian kembali menaruh ponselnya, “ Sudah Magrib,” pikir sang gadis.
Seberes menunaikan ibadah Shalat, seperti biasanya ia selalu menyempatkan mendoakan sang Ibu.“ Rindu ini tak pernah hilang dan tak kan pernah hilang, selalu ada rumah bagimu, selalu ada ruang untukmu, selalu ada kita dalam benak ini, dan segenap kota adalah tempat kita berjumpa.”
Aqia kemudian beranjak dari lamunannya, dan bergegas menuju ruang tengah, karna merasa ada yang kurang, gadis itu kemudian pergi ke dapur untuk membuat segelas teh hangat.
Seberes dari dapur ia melangkah ke beranda rumah dan duduk di sebuah kursi rotan kesukaannya.
“Malam yang indah,” pikirnya.
Tangan gadis itu kemudian mengambil sebuah koran pagi yang sejak pagi tergeletak di meja di samping kursi yang di dudukinya.
Di halaman awal koran hanya di penuhi tentang berita perceraian artis dan bursa transfer pemain sepak bola luar negeri, sesuatu yang memang sedang banyak di perbincangkan orang-orang akhir-akhir ini.
Mata gadis itu kemudian di bawa ke lembar kedua yang ceritanya jauh lebih menarik dari halaman pertama, ada sebuah cerpen yang berkisah tentang sepasang kekasih yang memilih menikah di usia muda dan uniknya di cerpen itu sang penulis menceritakan tentang mahar pengantin yang menggunakan seribu pohon, Aqia berhasil di buat terpukau dengan cerita yang jenaka di cerpen itu, dan selesai asyik membaca cerpen ada sebuah berita yang lumayan miris dan terpampang jelas dengan tulisan besar di koran itu, “ Indonesia darurat Narkoba.”
Tulisan di koran itu membuat Aqia menghentikan sejenak tawanya, dan parahnya lagi semakin banyak anak muda yang terjerumus bahkan bertindak sebagai bandar barang haram itu.“Kenapa firasatku malah tidak enak,” ucap Aqia dalam hatinya.
Gadis itu kemudian menaruh koran kembali ke tempatnya semula dan bergegas masuk ke rumah, setelah mengunci pintu depan, ia kemudian masuk ke kamar dan kembali membuka ponselnya.
“Apakah aku harus menarik kembali perkataanku?” hatinya bertanya-tanya.
“Ah.. sudahlah, untuk apa aku memikirkan semua ini, yang harus aku lakukan bukannya memikirkan melainkan menjalani.”
Setelah hatinya hibuk dengan berbagai pertanyaan, Aqia memilih tidur dan menanggalkan semuanya.
**
Ke esokkan harinya, Aqia menjalani rutinitas seperti biasa, pergi ke kampus dengan menaiki kendaraan umum, berdesakan dengan orang-orang urban, menghirup aroma keringat mereka yang semakin kental ketika bercampur dengan aroma asap knalpot dan semua kejadian itu berulang setiap harinya.
Tapi meski demikian, gadis itu masih saja menyukai cara nya, meski sempat di tawari sebuah sepeda motor dari pihak yang memberikannya fasilitas belajar, tapi gadis itu menolak dan tetap memilih menggunakan kendaraan umum.
“Lebih merakyat,” pikir Aqia.
Setibanya di kampus, gadis itu kemudian mengikuti kegiatan belajar sepeti biasanya, dan setiap kali datang ke kampus, ia pasti selalu mendapatkan perlakuan hangat dari para dosen dan temannya, hanya ada satu orang yang tidak suka dengan gadis itu.Namanya Ruen, ya dia memang dipanggil dengan panggilan itu, cewek yang paling hits dan heboh.
Tapi sekalipun Ruen tidak menyukainya, Aqia tetap saja bersikap baik kepada cewek itu, tidak pernah peduli dengan apa pun yang di lakukannya meskipun sering kali membuatnya merasa kesal, tapi begitulah Aqia yang tidak pernah menganggap ada musuh di kehidupannya.“Haters ya tetap ajah haters, sekalipun telah minta maaf ia akan mengulanginya,” Putri pernah berkata seperti itu, tapi Aqia tidak menggubris perkataannya.
...
Jam rehat pun telah tiba, Aqia bergegas menuju kantin.
Di koridor terdengar suara Putri memanggilnya.“Hey.. Qie tunggu!”
Aqia menoleh, dilihatnya Putri berlari tergesa-gesa menghampirinya.
“Iya, ada apa? Kenapa kamu kayak kerasukan setan!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Aqia " Novel serries"
Genç KurguIni adalah buku Diary Aqia novel serries, penasaran dengan ceritanya? lanjut baca ajah. semoga bisa enjoy bacanya dan semoga selalu berkenan untuk memberikan masukan. salam kaum rebahan.