Masih tentangmu

12 0 0
                                    

~~~

Dering telepon membangunkan gadis yang masih terlelap itu,

“Siapa sih pagi-pagi gini menelepon, mengganggu saja! Enggak tahu apa orang masih ngantuk,” gadis itu menggerutu.

“Hallo.. hallo.. dengan siapa ini?”

“tut.. tut... tut..” Suara sambungan terputus terdengar di telinga gadis itu.

“Loh kok malah di matikan sih.. siapa lagi pagi buta gini telepon, ganggu orang tidur ajah.”

Tidak lama kemudian sebuah pesan masuk di telepon genggam gadis itu.

“ Selamat pagi Aqia, maaf aku enggak jadi telepon nya. Ini aku Petra dan perihal aku dapat nomor teleponmu dari mana, kamu pasti sudah tahu, jadi aku yakin aku tidak perlu menjelaskannya.”

“Oh kak Petra, iya ada apa kak?”

“ Enggak ada apa-apa, hari ini kamu sibuk enggak?”

“ Bisa di bilang lumayan sibuk sih, memangnya kenapa?”

“Enggak kenapa-kenapa, cuman tadinya aku mau kasih lihat sebuah tempat ke kamu,”

“Hemss.. tapi, hari ini kayaknya enggak bisa, soalnya masih ada beberapa tugas yang mesti segera aku selesaikan,”

“Iya, tidak apa-apa, maaf ganggu waktunya yah,”

“Iya, enggak apa-apa kak, santai ajah,”

“Panggilnya Petra ajah, enggak perlu pakai kak, aku berasa tua,”

“Loh kan memang udah tua, eh. Bercanda hi.. hi..”

“Hemss.. bisa ajah, yah paling tidak aku enggak tahu diri. Ha.. ha..”

“Ha.. ha.. ya sudah aku ke kamar kecil dulu yah, nanti lanjut lagi,”

“ iya, sekali lagi maaf yah aku mengganggu tidurnya.”

“Iya enggak apa-apa, santai ajah.”

“Ok.”

..
Selepas membersihkan diri, gadis itu kemudian membereskan kamarnya yang sudah terlihat tidak karuan, setelah satu jam berlalu, akhirnya kamar itu terlihat lebih rapi.
Gadis itu kemudian merebahkan tubuhnya sejenak di kasur yang tampak lebih rapi, tanpa sengaja matanya menatap sebuah foto lama yang memperlihatkan dirinya dan seseorang yang sudah lama menghilang dari hidupnya tapi tidak lekas pergi dari ingatannya.
Gadis itu kembali bangun, kali ini untuk duduk di atas kasurnya.
Kemudian tangannya menggapai bingkai foto itu. Sedikit berdebu, mungkin karna terlalu lama tidak dibersihkan atau bisa juga sebagai sebuah isyarat bahwa telah lama pula kisah mereka terendapkan.

**
“ Ketika kau pulang nanti, akan aku pasang baik-baik kedua telingaku. Aku tahu, akan ada banyak sekali hal yang pasti kamu ceritakan. Dan aku hanya akan diam sembari menyaksikan wajahmu dengan saksama. Ku harap kamu enggak banyak berubah, kalaupun demikian, Aku harap perasaanmu masih tetap sama, utuh.”

**
Gadis itu kembali menutup buku diary nya dan bergegas membuka laptop.
Dilihatnya beberapa file tulisan yang belum selesai, dan beberapa tugas kuliah yang juga turut meramaikan keruwetan.

“Aduh.. kenapa tugasnya belum selesai juga,” gumam hatinya.

Setelah berjam-jam larut di layar kaca, akhirnya tugas-tugas kuliah gadis itu selesai juga, akan tetapi tidak dengan naskah tulisannya.
Hari telah beranjak siang, gadis itu kemudian memutuskan untuk mengisi perut keroncongnya terlebih dahulu, sejak dari pagi perutnya memang belum terisi kecuali dengan camilan sisa kemarin, kebiasaan buruknya itu membuatnya harus bersahabat dengan penyakit Magh, penyakit yang begitu membumi di negeri ini.

Tapi, meskipun demikian, gadis itu masih saja nyaman dengan kebiasaan menunda makan.
Ketika mulutnya lahap menyantap kudapan, tiba-tiba ponsel gadis itu berdering.
Tangannya menggapai dan mengangkat telepon yang ternyata dari Putri sahabatnya itu.

“Hallo Qie, kamu lagi di mana?”

“Iya, hallo. Aku lagi di kos-kosan, memangnya ada apa?”

“Jadi gini, project yang kita bahas kemarin terpaksa di batalkan, mereka bilang alasannya sih karna ada beberapa masalah personal yang enggak bisa mereka selesaikan dalam waktu dekat, gimana dong Qie enggak apa-apa kan?”

“Enggak apa-apa Put, lagian naskahnya juga belum jadi, akhir-akhir ini aku sedang malas nulis, lagian kamu juga tahu kan, tugas kuliah lagi menumpuk-numpuknya.”

“iya syukurlah kalo begitu. Oh iya, semalam seberes nganterin kamu, di perjalanan Kak Petra minta nomor telepon kamu, yah aku kasih ajah enggak apa-apa kan?”

“Enggak apa-apa, lagian tadi pagi dia juga udah ngechat.”

“Cie... terus.. terus... dia bilang apa?”

“Ah.. apa ajah kamu kepo,”

“Ih.. Qia, Ya sudah aku mau mandi dulu ah, dari tadi pagi belum mandi,”

“Hadohhh... Putri.. Putri.. cantik.. cantik... tapi jorok!”

“ha.. ha..”

Setelah menutup perbincangan, gadis itu pun kembali melanjutkan beberapa rutinitas dan tugasnya.

**

Tak terasa hari telah beranjak sore, seharian penuh tanpa ke mana-mana membuat gadis itu merasakan sebuah kejenuhan.
Tugas kuliah sudah selesai di kerjakannya, file tulisannya juga sudah bertambah meskipun hanya beberapa paragraf.
Gadis itu kemudian mengambil ponsel yang sejak tadi di abaikannya, tiba-tiba hati kecilnya berbisik agar kembali berusaha mencari keberadaan Genta.
Meskipun cara yang sama sudah berulang kali dirinya lakukan dan hasilnya selalu nihil, tapi nurani memang tidak bisa di bodohi.
Akan selalu ada seseorang yang istimewa dalam masa lalu siapa pun, selama dirinya memperlakukan masa lalu dengan cara yang baik. Begitu pula gadis itu, dirinya yakin selama ini Genta telah menjadi pil inspirasi dalam setiap proses kreativitasnya dalam menulis, kenangan dengan lelaki itu memang sederhana. Tapi, begitulah keistimewaan, seberapa pun kau menyangkalnya ia akan tetap membuatmu percaya bahwa keajaiban itu benar adanya.
Beberapa nama yang gadis itu pikir ada kaitannya dengan Genta sudah coba di telusuri, tagar dan beberapa grup sosial media yang berkecimpung di dunia mural pun sudah dirinya coba telusuri.

“Kenapa harus mural?”

Karna mural adalah sebuah hobi yang sejak dulu di geluti Genta, kegemarannya tentang dunia gambar menggambar memang sudah di sukai lelaki itu sedari kecil dan dunia mural memberikannya semua kebebasan baru dalam menyampaikan suatu pendapat atau pemikiran.
Meskipun stigma masyarakat tentang dunia itu masih saja negatif, tetap saja tidak akan menyurutkan para penggiat mural di jalanan.
Sejujurnya memang tidak semua coretan itu baik, masih ada saja tangan-tangan nakal yang secara ilegal mencurat coret dinding tatanan kota tanpa izin yang sah.
Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam lebih, gadis itu kembali mendapatkan hasil yang nihil.
Genta memang memiliki beberapa akun media sosial, tapi sejak dirinya berpindah ke Jakarta, Genta seolah menghilang begitu saja, bahkan dari dunia maya.

°°
Ok tenang masih lanjut kok! Jangan lupa menyapa setelah membaca ok 😊 masukin reading list juga biar enggak ketinggalan ceritanya.

Salam koala 😪

Diary Aqia " Novel serries"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang