Prilly tidak punya pikiran apapun saat Ali meminta uang tiap bulan darinya. Tidak. Ia tidak merasa keberatan. Ali adalah kekasihnya. Prilly paham dengan keadaan Ali yang sebatang kara, tidak memiliki orang tua. Jadi Prilly lah yang berinisiatif membayarkan sekolah dan kebutuhan Ali setiap harinya. Bahkan Prilly jugalah yang membayar uang kos Ali tiap bulannya. Prilly rela... Prilly ikhlas. Uang hasil kerjanya digunakan oleh kekasihnya. Memangnya untuk apa lagi uang itu Prilly merasa gajinya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua. Jika itu menyangkut Ali, maka Prilly akan melakukan apapun.
Prilly tidak munafik, bagaimanapun hubunganya dengan Ali bukanya bebas dari cemoohan temanya. Bahkan Prilly dikatai Tante girang karena menjalin hubungan dengan anak SMA. Memangnya kenapa, ia lah yang menjalani kenapa orang lain harus repot. Yang dia tahu, dia cukup memiliki Ali. Itu sudahlah kebahagiaan. Ali juga berjanji untuk kuliah dan mencari kerja setelah lulus SMA. Dia akan mendukung pacarnya itu. Dia yakin Ali akan membahagiakanya. Prilly yakin. Ali adalah kekasih tercintanya.
Ali sangat mencintainya. Prilly bahkan tidak perlu mempertanyakan perhatian Ali padanya selama ini. Lelaki itu selalu menatapnya penuh cinta. Ali juga yang meyakinkan ya dengan hubungan ini. Ali... Anak SMA yang berhasil meluluhkan hatinya. Pacar pertamanya. Orang yang berhasil menjamah tubuhnya tanpa ikatan pernikahan. Prilly akui dia memang berdosa. Tapi Prilly sanggup menyelami kubangan dosa itu bersama orang yang dicintainya. Prilly merelakan dirinya untuk Ali. Dan Ali juga begitu.. ya kan..
"Gue gak ngerti dah prill. Gaji Lo yang gak seberapa itu malah Lo gunain buat beli jaket buat Ali. Padahal kebutuhan Lo juga masih banyak. Liat sepatu Lo ya ampuuun. Beli baru sana.. udah buluk gitu" cerewet gritee menunjuk flatshoes Prilly yang sudah terkelupas. Memang sepatunya sudah terkelupas sana sini. Tapi selama masih bisa digunakan tidak usah ganti baru pikir Prilly. Ali lebih butuh jaket. Ali sering menyanyi di kafe outdoor malam-malam dan sering masuk angin. Ali selalu mengeluh tak mau mengenakan jaket lamanya karena sudah jelek. Jadi lebih memilih tak mengenakan jaket. Dan Prilly hampir selalu khawatir. Khawatir Ali sakit atau masuk angin.
"Hey prill.. mau ketemu Ali? Dia lagi siap-siap tuh" mas Revan bos pemilik kafe tempat Ali menyanyi memang sudah hafal dengan Prilly. Prilly memang akan menyempatkan 2 atau 3 kali seminggu untuk datang menemani Ali menyanyi.
"Iya mas.. oke aku ke Ali dulu ya"Prilly segera berlalu ke ruang ganti. Memang kafe itu menyediakan ruang ganti untuk penyanyinya.
Prilly membuka pintu dan menemukan Ali tengah serius mengotak atik gitarnya sepertinya menyesuaikan nada.
Prilly diam diam berjalan di belakang Ali lalu memeluknya. Melingkarkan tanganya memeluk leher ali dari belakang.
"Kangen aku gak?..."Prilly berujar dengan manja.
"Hmm gimana ya kayaknya enggak deh.."Ali bercanda. Prilly tau itu tapi tetap saja dia mengeluarkan raut muka cemberut.
"Aku gak kangen tapi rindu" sambung Ali lagi membuat raut wajah Prilly berubah seketika. Mereka lalu tertawa bersama-sama. Ya Tuhan betapa beruntungnya Prilly dicintai oleh Ali.
~~~~
"Sekarang kamu pulang ya udah jam 9. Malam ini mungkin aku ngisi sampe jam 12 malem. Besok kan kamu harus kerja." Ali memeluk Prilly menyandarkan kepala Prilly di bahunya.
"Hmmm my baby honey aku masih mau sama kamu"protes Prilly.
"Hei jangan gitu.. kalo kamu kurang istirahat kan bisa sakit nanti. Aku ntar khawatir" Ali mencoba memberikan pengertian.
"Ulu ulu ulu, golila lutuku ini bisa khawatir juga toh"Prilly menjawab dengan nada seperti anak kecil
Ali langsung menangkup kedua pipi prilly. Menguyel-uyelnya lalu memberikan ciuman di bibir Prilly.
"Yaudah aku pulang ya honey. Kamu inget jangan lupa dipake jaketnya. Biar kamu gak masuk angin"
"Iya sayang"~~~
"Astaga Hp gue kok gak ada sih.." Prilly mengubek- ubek tasnya tapi tak kunjung menemukan hp yang ia cari.
Plak dia menepuk kepalanya sendiri.
Tadikan hpnya dia cas di ruang ganti ali. "Kok bisa lupa sih".
Prilly yang masih ada di depan kafe berjalan kembali kedalam. Niatnya hanya ingin mengambil hp. Tapi saat dia berada di depan ruangan. Ali terlihat tengah mengobrol dengan Revan. Posisi Prilly memang di belakang mereka berdua jadi tidak kelihatan.
"Lo sampe kapan mau mainin Prilly Li. Dia itu sahabat gue. Gue emang nyuruh Lo buat deketin Prilly biar dia gak sedih karena gak punya pacar. Tapi Lo jangan manfaatin Prilly juga dong. Lo udah dapet bayaran juga dari gue" Revan mengingatkan.
"Mas revan udah gak usah ikut campur deh. Kan perjanjian kita jelas. Ali pacarin Prilly mas Revan bayar Ali. Untuk kelanjutan dari hubungan Ali Ama Prilly ya terserah Ali. Lagian Prilly rela-rela aja ngasih uang ke Ali. Lumayanlah buat nambah jajan. Hahahaha"
"Tapi Lo jangan keterlaluan juga. Udah Lo tidurin Lo porotin juga"
"Ya ampun mas-mas cowok disodorin ikan asin ya dimakan lah. Udah deh mas Revan tenang aja. Ntar kalau Ali udah bosen Ali tinggalin deh Prilly ya. Sekarang nikmatin aja dulu"
"Brengsek Lo" Revan lagi lagi mengumpat. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. ini juga salah Revan. Dulu Revan mendekati Prilly untuk mendapatkan grite. Tapi karena kedekatan mereka yang cukup intens. Mereka berdua dikira pacaran. Revan pun tau jika Prilly menyukainya. Tapi emang pada dasarnya Revan gak cinta jadinya Revan lebih memilih grite, sahabat Prilly. Revan yang merasa bersalah pada Prilly akhirnya menyuruh ali untuk mendekati prilly. Itung-itung balas Budi karena berkat prilly, Revan bisa mendapatkan grite. Namun seiring berjalanya waktu kenapa jadi ribet gini. Revan jadi merasa bersalah lagi pada Prilly. Ali ternyata lebih brengsek darinya. Dan Revan justru melempar Ali ke Prilly.
"Ya sudah terserah Lo aja. Gue gak mau ikut campur lagi" Revan meneouk pundak Ali beberapa kali. Namun pandangannya tak sengaja melihat Prilly di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Lalu
RomanceMencintai seseorang membuat semuanya menjadi buta. termasuk prilly, begitu besar cintanya pada Ali telah membuatnya melupakan bahwa Ali hanya anak SMA ingusan dengan perbedaan umur hampir 7 tahun lebih muda darinya. Bagi Prilly umur tidaklah menjadi...