Prolog🌻

1.8K 110 320
                                    

Akhirnyaaa... i'm comeback!!!

Meski tiap ngetik masih terasa kaku ya, karena sudah lama enggak buat cerita. Buat cerita baru juga untuk mengikuti kelas kepenulisan.

Dag dig dug ini kayak mau ketemu doi.

Langsung aja, semoga suka.

"Ira! Jaket denim aku di mana?" Suara itu berasal dari dalam kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ira! Jaket denim aku di mana?" Suara itu berasal dari dalam kamar. Entah sudah berapa kali pemuda yang kini berstatus menikah itu mencari-cari, tetapi tidak dapat menemukan jaket miliknya.

"Di lemari!"

"Enggak ada!"

Ira masuk ke dalam kamar dengan celemek berwarna merah muda yang masih melekat di tubuhnya, dia menghela napas kemudian berjalan menuju lemari. Perempuan yang mengikat rambutnya dengan asal itu kemudian berbalik menatap kepada sang suami sambil memperlihat jaket yang berhasil ditemukannya.

"Kok- sumpah Sayang tadi aku sudah cari, tapi enggak ketemu." Ari mengambil jaketnya.

Sebelum berjalan keluar kamar, Ira berhenti sejenak. "Kalau kamu keluar, beresin dulu itu semua pakaian yang kamu berantakin!"

Ari melihat ke sekeliling kakinya di mana semua pakaian yang sudah dilipat rapi oleh Ira berserakan di mana-mana.

"Sayang, aku enggak bisa lipat pakaian. Kamu aja ya yang beresin, tolong," ucap Ari yang langsung memeluk Ira dari belakang, meletakkan wajahnya pada bahu sang istri.

"Aku enggak peduli! Kamu bisa berantakin semuanya jadi kamu harus rapikan semuanya. Kamu hargai aku sedikit, jangan apa-apa aku semua."

Ira melepas tangan Ari yang melingkar di perutnya kemudian keluar dari kamar dengan membanting pintu membuat Ari terlonjak kaget.

Ira capek hidup begini terus sama Ari. Padahal sebelum nikah, Ari bilang tidak akan merepotkan Ira dan akan membantunya mengurus pekerjaan rumah. Ira tahu membereskan rumah, memasak, mencuci dan lainnya adalah tugas seorang istri tetapi dia cuma ingin Ari itu tidak membuatnya melakukan pekerjaan itu dua kali.

Suami Ira begitu susah untuk dinasehati. Sudah ribuan kali Ira membacakan beberapa peraturan yang ada di rumah mereka, misalnya pakaian kotor seharusnya dimasukkan ke keranjang, tetapi Ari sama sekali tidak melakukan itu justru dia menggantung baju-bajunya. Belum lagi masalah sepatu, di mana Ari sangat suka meletakkannya sembarangan.

"Kamu itu jangan marah-marahin aku mulu. Aku capek habis kerja bukannya dimanjain malah dimarahin gini. Kamu enak cuma di rumah aja, sedangkan aku kuliah terus kerja."

"Jadi, kamu pikir aku di rumah itu ngapain? Aku juga capek! Nyuci, ngepel, nyapu, masak. Kamu pikir itu enggak pakai tenaga semua?"

"Itu kan sudah kewajiban kamu sebagai seorang istri."

"Kalau begitu kamu juga jangan ngeluh soal capek kerja itu kewajiban kamu sebagai kepala rumah tangga. Kalau kamu enggak mau dimarahin simpel kok, cukup ikuti peraturan yang aku buat. Aku juga enggak nyuruh kamu ngerjain pekerjaan aku."

Ari menghela napasnya, mengalungkan kedua tangannya pada leher sang istri sementara yang ditatap justru membuang muka dengan kedua alis yang menyatu.

"Kenapa setelah nikah kamu jadi bawel, suka ngatur, sering marah-marah? Aku pengen kamu kayak dulu waktu kita masih pacaran." Mata Ira langsung menatap wajah Ari yang kini sudah menyatukan kening mereka.

"Kamu nyesel kita nikah?"

#AuthorNote :If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, You're very likely to be at risk of a MALWARE ATTACK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#AuthorNote :
If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, You're very likely to be at risk of a MALWARE ATTACK. If you wish to read this story in it's ORIGINAL, SAFE, FORM, PLEASE GO TO :: https://my.w.tt/eR9CMguO17

TwentyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang