selamat membaca !!
🐈🤝🏻
"Huftt, selamat tinggal rumah." ucap Panya lirih sembari meneliti setiap sudut ruang kamarnya.
Panya keluar dari kamarnya, ada Papanya dan Om Revan disana.
"Caca mana, Pa?"
Alvi menoleh, "Dikamar, lagi beresin barang - barangnya." Panya hanya mengangguk mengiyakan.
"Pan, udah siap?" tanya Alvi meyakinkan, ia melihat jelas raut wajah Panya yang sedang gelisah.
Panya tersenyum setelahnya mengangguk. "Yang penting Panya ngga tinggal sendiri."
Alvi dan Revan saling pandang.
🐈🤝🏻
"Pah, Panya beneran ada temen kan?" tanya Panya sekali lagi ketika sudah sampai di depan pintu ruang kamar Apartemen, Panya masih benar - benar belum siap jika ia harus tinggal sendiri.
"Anak Om Revan nemenin kamu, nanti kalau dia udah disini, dia chat kamu, kasih tau aja pin nya biar dia bisa masuk." jelas Alvi.
Panya hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya, setelahnya ia mulai masuk kedalam ruang kamar yang ada di Apartemen Om Revan.
Panya mulai membereskan kamarnya, cukup besar ruangannya. Wah, bisa keok Panya jika benar - benar harus tinggal sendiri.
Setelah beberapa jam berlalu, Panya sedang asik sedikit tiduran di ranjang kamarnya dengan ponselnya yang ia genggam. Ada pesan dari nomer yang tidak dikenali.
+62 : Pinny brp woi?
Dengan cepat Panya mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Zpnyal : 34219
Read
Panya kembali scroll - scroll instagramnya, mengklik dua kali setiap ada foto yang menurutnya menarik.
Tanpa disadari, seseorang merebahkan tubuhnya disamping Panya.
"Capek juga nunggu lo bales chat gue."
Panya menoleh, kaget setengah mati. "Heh, siapa kamu?"
Pria itu menarik selimut kearahnya, dan menutupi setengah badannya. "Lo nyalain AC biasa sedingin ini?"
"Ah, itu. Tadi remotnya ngilang, lupa naro." jawab Panya gugup. Pasalnya ia sama sekali tidak mengenali Pria disampingnya.
Pria tersebut menutup matanya, "Gue Yoda, kaga usah takut, gue ngga gigit."
Mulut Panya terbuka lebar, dia begitu santai. "K - kamu anak Om R - Revan??"
"Iya, kenapa gugup gitu? Terpesona liat calon suami kayak gue?" kali ini Yoda menatap Panya dalam.
Panya memalingkan wajahnya, jantungnya tidak bisa dikendalikan, ia segera mengambil handphonenya yang tadi berada di atas meja, setelahnya ia berlari ke dapur.