BAB 1

53 16 10
                                    

"Baiklah, kita sudah lihat ke-dua mas ganteng ini adalah peraih peringkat tertinggi UN di SMP kita, lalu siapa peringkat ke-tiganya? Kira-kira mas atau mbak ya?"

Aku terdiam dan menundukkan kepala. Aku berdoa dalam hati , agar akulah yang mendapatkan gelar ke-3 peringkat UN tertinggi di SMPku.

"Ananda Odellia Sherina, silahkan maju kedepan bersama orangtua yang wali yang menghadiri acara ini"

Hatiku berkecimbuk tak karuan. Akhirnya, aku bisa berdiri tepat di atas panggung itu setelah berbulan-bulan lamanya mengadahkan tangan kepada Sang Kuasa. Terlihat wajah ibuku yang sangat bangga padaku. Ku lebarkan senyumku bersama cahaya kamera yang memfoto kami.

Aku sangat gugup. Sampai-sampai menggetarkan tanganku. Aku kembali ke tempat duduku setelah sesi pemotretan bersama kepala sekolah.

"Rin, selamat ya? Aku udah percaya sama kamu sejak awal, semoga bisa masuk ke sma yang kamu inginin ya?" Ucap Elisa yang duduk di sebelahku.

"Iya sa, makasih ya? Ini berkat kamu dan teman-teman, tanpa ada kalian aku tidak akan sampai ke-titik ini"

"Aku dan teman yang lain , akan selalu mendukungmu, karena kita sahabat selamanya"

Rasa haru tak bisa ku sembunyikan. Aku meneteskan air mata dan segera menghapusnya.

Elisa dan sahabatku yang lain adalah tempatku  bercerita. Mereka seperti saudaraku di sekolah. Aku tidak akan melupakan mereka. Dan hari ini adalah hari terkahir aku bersama-sama.

Acara telah usai. Aku tidak membiarkan momen ini berlalu begitu saja. Kita berfoto ria dengan harapan ini bukan terkahir kalinya.

"Teman-teman. Maafin aku kalau ada salah ya. Aku harap kita ga akan saling menjauh setelah ini"

"Tenang aja Rin, kita ga akan saling lupa kok, yakan temen-temen?" ~ Seru Elisa.

Kita berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum kita pulang. Dan aku benar-benar tidak akan melupakan semua ini.

***

Tak kudapati ibuku di antara orangtua wali yang datang. Tak kutemukan ia sama sekali. Dan kebetulan handphoneku ada sama ibu. Aku bersandar di luar ruang wasana warsa. Aku pengang erat-erat sertifikat nilai UN tertinggi bersama bunga yang terbuat dari kertas. Ku pejamkan mata dan ku ucapakan rasa syukurku sebesar-besarnya pada Tuhan.

"Ciee lagi Seneng Rin?"

"Eh, Iya seneng kok" , seketika aku membuka mataku lebar-lebar.

"Syukurlah, Jaga diri baik-baik ya?" Katanya lalu meninggalkanku sendiri.

Rasanya aku tidak ingin bilang siapa yang tadi biacara kepadaku. Iya, dia adalah mantan kekasih monyetku di masa lalu. Aku tidak benci kepadanya. Tapi, aku hanya ingin menjauh dan menjaga diriku. Karena, aku sudah konsisten tidak akan pacaran lagi.

"Rin? Sini" kata ibu melambaikan tangan.

Aku menghampiri ibuku yang ternyata baru saja melaksanakan sholat magrib.

Iya, wasana warsa ini bertepatan bulan Ramadhan. Jadi, acara ini dimulai pada sore hari.

"Rin, selamat ya, ibu bangga"

"Iya buk, ini belum seberapa"

Aku pikir itu akhir dari segalanya, dan aku bisa menjadi seseorang yang aku inginkan. Namun kenyataanya justru hari itu menjadi awal yang rumit.

                      
***

Hai, ini adalah ceritaku yang baru , jangan lupa follow ig ku ya @rismaadellia93.
Kalau kamu suka, jangan lupa follow, share, komen, dan jadikan favorit ya.
Dukungan kalian sangat berharga bagiku.

Aku Manusia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang