Chapter 7

488 51 6
                                    

Ali dan Prilly berjalan bersisian menuju kantin. Keduanya menjadi pusat perhatian para siswa alay nan kepo. Tapi keduanya santai. Menutup kedua telinga dan tetap berjalan. Sesekali Prilly mengeluarkan celetukan yang dibalas Ali sekadarnya. Masih mending bukan daripada didiamkan?

"Lo mau makan apa?" Tanya Ali ketika keduanya telah menemukan tempat duduk yang pas.

Prilly menarik salah satu kursi dan duduk, "aku bakso sama es teh manis aja deh."

"Oke."

Prilly memperhatikan punggung Ali yang menjauh. Sungguh, jalan pikiran pangerannya itu tidak bisa ditebak. Sebentar manis, sebentar lagi pahit. Tapi ya sudahlah. Bukankah itu menjadikan lebih berwarna? Dia tinggal menikmati saja.

Ali telah kembali dengan satu porsi bakso dan 2 es teh manis.

"Kok baksonya cuma 1? Kamu gak makan?" tanya Prilly heran sambil menerima bakso dari Ali.

Ali hanya diam. Menarik kursi lalu mulai menikmati es teh manis.

"Emang gak laper, Li?"

Ali tersenyum, lalu menggeleng.

"Bohong nih pasti! Mpok, bakso 1 lagi!" Prilly berteriak.

Ali langsung membungkam mulut Prilly, "gak usah, Prill!"

Prilly membulatkan mata. Posisi keduanya sekarang sangat dekat. Kalau saja ada orang dari belakang Ali yang mendorong, pasti kejadian yang Prilly inginkan terjadi. Eh.

"Ini, Neng. Ups."

Mendengar suara orang lain, Ali tersadar. Seperti ketahuan mencuri, dia buru-buru membenahi diri.

"Haduh-haduh. Pasangan baru nih kayanya," celetuk Mpok Nasah sembari meletakkan bakso ke meja.

Dua makhluk yang disinggung itu tak mampu berkutik. Ali yang menghadap keluar jendela, dan Prilly yang tersenyum malu.

"Udah gak usah malu. Justru ini yang Neng Prilly mau kan?"

Iya, sudah menjadi rahasia umum bahwa Prilly menyukai Ali dari awal masuk SMA. Sudah menjadi perbincangan sehari-hari pula Prilly yang mengejar Ali tak kenal lelah. Jadi, wajar jika sekarang mereka dekat. Artinya perjuangan Prilly selama ini berbuah manis.

"Iya, Mpok tau aja nih." Prilly membalas dengan nada yang diceriakan. Berbeda dengan hatinya yang bergemuruh karena tau ini hanyalah sebuah kepura-puraan.

"Semoga langgeng ya, Neng! Buat Ali jaga pacarnya dengan baik. Hihi," balas Mpok Nasah jahil.

Ali dan Prilly hanya mengangguk kecil. Mpok Nasah itu memang terkenal dekat dengan siapa pun. Kepribadianya yang asik membuat anak muda tak sungkan untuk mengutang. Eh, gak boleh dicontoh ya.

Mpok Nasah berlalu dengan pengantar lambaian tangan.

"Dimakan, Li," ucap Prilly. Pasalnya dia melihat bakso di depan Ali tidak dilirik sedikit pun oleh sang empunya. Dia heran, kenapa Ali bisa tak lapar?

Ali masih menghadap keluar jendela. Menikmati pemandangan anak-anak yang sedang bermain basket.

Prilly menghela napas. Dia sudah terbiasa dengan pengabaian Ali, jadi mulai ke depannya dia pasti akan kuat. 

Prilly mengulurkan tangannya untuk menegur Ali. Dipegangnya jemari Ali yang menyangga di meja. Si empunya langsung menoleh, "kenapa?"

"Makan," jelas Prilly.

Ali menggeleng.

"Dimakan, Ali ..."

Ali masih menggeleng.

"Makan ya, Pangeran."

Ali diam lalu berkata, "pangeran gak miskin kayak gua, Prill. Pangeran gak mungkin buat beli bakso aja gak ada uang."

Prilly langsung terenyuh mendengarnya. Tak terasa setetes air mata mengalir dari matanya. Jadi, ini alasannya kenapa Ali tidak mau makan.

"Pangeran dibayarin sama permaisurinya, ya," jawab Prilly dengan senyum harunya.

Ali menatap intens wajah Prilly, lalu langsung membuang muka. Dia tak mau bergantung kepada orang lain. Ibunya sudah mengajari arti mandiri dari kecil.

"Gak usah."

Prilly menghela napas. Ali memang keras kepala. Sama seperti dirinya.

"Makan, Li. Atau kamu mau aku laporin ke Papah?"

Ali menengok. Giginya bergemelatak. Ya, lagi-lagi dirinya diancam!

Dia menatap tajam wanita di depannya. Sedangkan Prilly santai ditatap seperti itu.

Ali menghela napas. Dia mengaku kalah. Akhirnya dihabiskannya bakso itu hingga ludas tak bersisa. Kalau boleh jujur, dia memang lapar. Hehe.

"Nah, gitu dong! Kan manis jadinya," ucap Prilly. Wanita itu juga telah menghabiskan makanannya.

Ali tersenyum kecil.

"Sekarang kita pulang, ya?" Pinta Prilly sambil beranjak dari duduknya.

Ali mengikuti, "emang boleh pulang?"

"Bolehlah. Kan bebas, hehe," jawab Prilly sambil menggelayut manja di lengan Ali. Kali ini, laki-laki itu tak menolak. Dia membiarkan saja Prilly mau melakukan apa terhadap dirinya. Anggap saja sebagai permintaan maaf.

"Ambil tas dulu ya, Li?"

Ali menggangguk. Keduanya berpisah di lorong. Ali ke ruang kelas 12 IPA-A, sedangkan Prilly ke ruang kelas 12 IPS-A. 

"Nanti ketemu di parkiran!" Teriak Prilly setelah mereka sudah agak jauh. Ali tak menyahut, namun mengacungkan jempolnya. Prilly tersenyum. Kenapa rasanya manis sekali? Ah.

"Cielah yang mesem-mesem sendiri. Kenapa sih? Bagi-bagi dong!" Goda Naureen ketika Prilly telah sampai di kelas.

Naureen, Zarra, Ratna dan Fara mengerubungi tempat duduk Prilly.

Yang ditanya hanya memutar bola mata sambil tersenyum tidak ada habisnya.

"Woi! Kenapa sih?" tanya Rayna yang sekarang merasa tingkat kekepoannya di tingkat paling atas. Mereka sebenarnya sudah tau alasan kenapa Prilly seperti itu. Tapi, memangnya salah menanyakan langsung kepada sahabatnya sendiri?

Prilly malah semakin tidak jelas tingkahnya. Dia berteriak saat itu juga. Ke-4 sahabatnya langsung membekap mulut Prilly.

"Gila lo, Prill! Kesurupan apa sih?!" Tanya Fara sambil tertawa. Ruang kelas 12 IPS-A tiba-tiba sangat berisik karena tingkah mereka.

"Woi, lepasin!"

Ke-4 orang itu langsung melepas tangannya.

Dengan sisa tawa Prilly berkata, "kalian nih ya, keponya kaya Dora tau gak!"

"Kaya Dora gini juga kita temen lo, Prill!" balas ke-4nya yang entah mengapa terdengar kompak.

Prilly menahan tawa. Lalu tawa itu lepas selepasnya.





Akan ada yang dirindukan dari sekolah suatu saat nanti. Yaitu persahabatan dan kisah cinta di dalamnya.

***

Halo, teman-teman!😍

Karena yang baca cerita ini udah banyak, aku coba nyapa kalian. Makasih yang udah setia baca Savara. 😘

Maafin aku karena bakal lanjut kalo ada mood aja.😌

Tapi insyaAllah kalo readersnya udah 60 lebih aku bakal lanjut kok.😬

Itu aja deh, makasih ya temen² yang udah mau baca ceritaku.🥰

Love youu all.❤️

SavaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang