Labschool

375 15 3
                                    

Sifatnya yang dingin dan mudah emosinya itu terkadang membuatku semakin penasaran dengannya.

______________________________________
Labschool UA Kebayoran, 20xx

Ah, tugas lagi tugas lagi. Astaga, bisa tidak sih sehari saja tidak ada tugas.
Ah sial, aku menyesal kenapa aku harus sekolah disini. Kalau saja aku tidak disuruh ibuku sekolah disini, tadinya aku ingin sekolah di SMA negeri biasa saja.

Kenapa harus labschool?!
Aah, aku tidak tahan harus sekolah yang 11 12 dengan pesantren ini?!
Banyak tugas! Aku benci tugas!

"Hey Jihan. Kau dipanggil bu Midnight diruang guru." ujar Uraraka kepadaku.

"Makasih Uraraka-san."

Akupun segera ke ruang guru. Meskipun agak cukup jauh sih dari kantin. Ya maklum, sekolahku ini luas sekali.

Semenit kemudian akhirnya aku sampai di ruang guru. Lebih tepatnya meja bu Midnight.

"Permisi bu, ibu manggil saya bu?" tanyaku untuk memastikan.

"Enggak, ibu cuman ngeprank doang."

Seketika aku facepalm.

"Astaga engga lah. Ini, tolong bagiin ke anak kelas kamu ya. Ini udah dinilai juga. Sama sekalian kelas sebelah." titah bu Midnight dengan seenak jidatnya.

"Bu, kenapa ga suruh si Midoriya aja?" Tanyaku.

"Midoriya lagi latihan buat KSN." Jawab bu Midnight.

"Kenapa mesti saya, kenapa ga yang lain aja?"

"Kamu kan MPK... Lagipula, buku-buku untuk kelas lain sudah dibagikan sama Uraraka."

'Astagfirullah, bu Midnight ga kira-kira. Apa hubungannya anjrit?! Midoriya juga MPK! Ya tau gitu sekalian ama Uraraka aja?! Uraraka kan kalo ngangkat barang berasa ngangkat angin, kan?!' batinku dengan penuh unek-unek.

Ya mohon maaf saja. Selain karena sekolahnya luas, kelasnya banyak dan tiap kelas muridnya banyak pula.

Makanya aku bingung, ini sekolah negeri atau swasta. Dan anak kelasku muridnya juga banyak. Tiga puluh siswa. Apalagi kalau dengan kelas sebelah. Ya, tidak apa-apa sih kalau ternyata cuman buku tulis. Hmm yasudahlah. Hitung-hitung dapat pahala. Serta nilai tambahan tentunya.

"Bisa ya, yaudah gih sana bawa. Makasih ya. Nanti ibu kasih kamu nilai tambahan deh."

"Terimakasih kembali."

Untung saja aku kuat(ya meskipun ga sekuat Urara). Aku bawalah buku tulis (laknat) itu menuju kelasku dan nantinya akan aku bawa ke kelas lain.

Ngomong-ngomong, aku di kelas 10 MIA 2 dan bu Midnight menyuruhku untuk membagikan buku ke 10 MIA 3 pula.

Untuk ke gedung kelas, aku melewati depan masjid terlebih dahulu. Dengan santainya aku berjalan melewati depan masjid sembari membawa buku-buku ini.

Bel masuk pun berbunyi pertanda istirahat telah usai. Karena peraturan di sekolah harus masuk kelas tepat waktu, jadi aku sedikit bergegas.

'Astaga, mana gedung kelas masih jauh lagi. Mana kelasku di lantai dua?!' gumamku yang mengutuk betapa luasnya sekolahku.

Bodohnya aku. Ketika aku bergegas, akupun terjatuh sehingga buku-buku yang aku bawa jatuh. Dan aku terjatuh karena kulit pisang?!

Astaga absurd sekali, seumur hidupku aku belum pernah terjatuh hanya karena kulit pisang.

Huh, siapa yang membuang kulit pisang sih?! Sudah jelas kalau membuang sampah sembarangan dikenakan denda?! Tugas bendahara OSIS ngapain aja sih?! Aku bisa memecat mereka kapanpun itu!

Iyalah, orang aku MPK divisi 1.
Hm, aku harus memunguti buku-buku laknat itu sebelum ada yang melihatnya.

"Kau tidak apa-apa? Sini biar ku bantu." terdengar suara laki-laki yang nadanya seperti emosi di depanku. Tapi ku tolerir karena niatnya sudah baik mau membantuku.

"Tidak apa-apa. Sungguh. Aku bisa sendiri." ujarku singkat padat jelas.

"Bagaimana bisa kau sendiri. Lagipula manusia adalah makhluk sosial kan? Maka dari itu biar kubantu." Ujar anak laki-laki itu yang nadanya agak emosi dan sikapnya yang dingin.

Astaga, kejadian ini seperti roman picisan yang terdapat di drakor. Jihan, jangan ge er dulu!

"Astagfirullah, siapa yang membuang kulit pisang disini?! Kalau aku ketemu orangnya akan kutagih denda 10x lipat!" Kutuk laki-laki tersebut.

"Kau pasti terpeleset kulit pisang itu kan?! Aku bingung jaman sekarang masih ada saja orang buang kulit pisang sembarangan?!" Emosi laki-laki itu lagi.

"Sudah tidak usah kau pikirkan. Aku tidak apa-apa kok." Ujarku.
"Tidak apa-apa bagaimana, lututmu sampai berdarah begitu?! Hais, kau juga membawa buku banyak sekali pula!" Ujarnya dengan penuh emosi.

Aku diam saja deh, aku sedang tidak ingin berargumen. Jadi biar saja.

"Yang lebih penting sekarang kau kubawa ke UKS dulu. Buku-buku itu biar kubawa saja. Kebetulan kelasku di X MIA 3."

"Eh tidak usah-" ujarku namun malah terpotong.












Eh, ada apa ini? Kenapa dunia menjadi gelap?
_____________________________________

Bakugou (dan ceritaku yang halu)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang