Berakhir(?)

64 8 0
                                    


Kini sudah 10 tahun lamanya sejak kejadian tersebut.

Pekerjaanku sebagai IT consultant saat ini. Hanya saja, saat ini aku sedang cuti hamil.

Kau ingin tahu siapa suamiku?
Ya, dialah Bakugou Katsuki. Ah, suamiku sudah pulang.

"Jihan, I'm home..."

"Okaeri, Bakugou. Kau pasti lelah kan, aku sudah menyiapkan makan malam dan air panas untukmu."

"Eit, jangan panggil aku Bakugou. Kau lupa?"

"Ka-kacchan..." Ugh, sedikit malu aku memanggil namanya dengan sebutan itu.

"Pintarnya istriku. Ah, anakku juga pintar kok. Hai Sunny, sedang apa kamu di dalam perut mama hm? Cepatlah keluar, papa ingin segera bertemu denganmu..." Ujarnya sambil mengelus perutku.

Setelah itu, dia pun mengecup keningku dan terakhir ia menautkan kecupan di bibirku. Ia pun berkata, "Semoga kalian berdua senantiasa diberi kesehatan, ya. Aku tidak ingin kehilangan kalian berdua."

"Astaga, apa yang kau katakan Kacchan. Hei, aku disini. Aku ada di depanmu. Begitu pula dengan Sunny.

Ia pun meraih tangan kananku, mengecupnya dan ia pun menangis.

Aku pun meraih kembali tangannya sembari memeluknya lalu membiarkan ia menangis.

"Sudahlah Kacchan, aku disini. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kalau kau menangis, Nanti Sunny juga ikut sedih. Sudah ya, kau pasti lelah karena seharian bekerja. Istirahat dulu, ya. Air panasnya juga sudah kusiapkan."

Tangisannya itu terhenti sehingga membuat rambut, wajah dan tanganku menjadi basah.


















Eugh... Mengapa basahnya menjadi sangat nyata?














"Astaga, JIHAAAN BANGUUN!! Mau sampai kapan kau tidur?!" Omel ibuku yang ternyata membangunkanku dengan air yang diciptakan ke wajahku.

"Emmmm, ada apa ini?!"

"Bukan ada apa, bangun Jihaaan! Ini sudah setengah delapaaan!!!!"

"Aaah sungguh, aku yang paling lebih tidak mau kehilangan Kacchan dan Sunny!!!"

"Siapa itu Kacchan dan Sunny, yang lebih penting sekarang kau sekolah dulu. Ingat, sekolahmu di sekolah biasa. Bukan di Labsky. Mengigau apa kamu semalam?!"

"Huuuh, iya mamaaa!!!"
Astaga, ternyata ini cuma mimpi.

Untung saja dikehidupan nyata aku tidak memiliki anemia.
_____________________________________

















Parkiran Istora Senayan, 20xx

"Em, Jihan... Begini, sebenarnya aku menyukaimu dari awal saat MPLS. Maka dari itu, maukah kau menjadi pacarku?”


“Be-begini Bakugou… Bukannya aku menolak, tapi entahlah… aku rasa kalau kita pacaran aku tidak tahu kedepannya bagaimana. Ah, bukan itu maksudku astaga… aku tidak mau menolak permintaanmu itu… Daripada kita pacaran tapi nanti putus, bagaimana kalau kita tetap bersahabat saja… Jadi kita tidak terlalu canggung nantinya. Ah, kalau kau mau mengganggap kita pacaran boleh saja kok. Aku terima.”
Bakugou pun memberikan satu buket bunga dan coklat untukku, lalu ia memelukku.



Kami pun resmi, em entahlah… Jadian tidak ya, tapi aku menganggapnya lebih dari itu.





FIN.

Bakugou (dan ceritaku yang halu)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang