"I'd rather be your friend
Than your nothin' at all
That's why I can't tell you
How I really feel
I don't wanna risk it all
My thoughts
Will remain thoughts."*
...Dear Mew,
Apa kabar?
Apa pagi ini kamu bangun kesiangan lagi? Sudah aku bilang untuk memasang alarm di handphone, tapi kamu selalu memintaku membangunkanmu. Gara-gara kamu aku harus selalu bangun pagi bahkan disaat aku tidak ada kuliah pagi, hanya untuk menelpon dan memastikan kamu bangun. Sebal.Kamu tidak lupa sarapan lagi, kan? Jangan bilang karena tidak ada yang membuatkanmu sandwich di pagi hari, kamu jadi tidak pernah sarapan. Di condomu ada kantin, di kampus juga ada kantin, mereka sudah buka sejak pagi. Belilah sesuatu sebelum kamu kuliah. Jaga kesehatanmu.
Kamu masih melakukan olahraga ekstra? Badanmu sudah bagus, Mew. Berolahraga memang perlu, tapi jangan berlebihan. Aku ingat ketika kamu mengalami cedera, dan aku harus menginap di condomu beberapa hari. Rasanya seperti mengurusi bayi kecil. Kamu manja sekali jika sedang sakit.
Hati-hati saat berkendara. Aku selalu bilang untuk fokus ketika mengemudi. Kamu tahu sendiri bagaimana arus lalu lintas di Bangkok. Jangan mudah marah juga. Aku yang harus selalu melerai setiap kamu bertengkar dengan pengemudi lain. Menyusahkan tahu. Keselamatan itu paling penting.
Berhentilah meragukan dirimu sendiri, Mew. Kamu tahu kamu itu memiliki banyak kelebihan. Tidak sempurna memang, tapi bukankah manusia memang tidak sempurna. Tapi percayalah, kamu lebih dari yang kamu kira. Setelah lulus jangan lupa mimpimu untuk melanjutkan S2. Kamu pasti bisa.
Kamu masih bertengkar dengan Papamu? Turunkan sedikit egomu. Papamu sangat menyayangimu, hanya saja caranya sedikit berbeda. Dia sering bilang padaku bagaimana dia menyayangimu. Maaf aku tidak pernah bilang sebelumnya, Papamu melarangku. Cobalah bicara hati ke hati dengannya.Sebentar lagi ulang tahunmu. Aku jadi ingat "salmon cake" yang aku buat sendiri untukmu tahun lalu. Syukurlah kamu menyukainya. Sampai sekarang aku tidak tahu apa doa-mu disaat kita melakukan merit bersama. Kamu tetap tidak mau mengatakan padaku? Ayolah, bisikan padaku.
Ah iya,
Bagaimana hubunganmu dengan Eye? Apa dia menerimamu? Aku yakin dia menerimamu, tidak mungkin ada yang menolak seorang Mew Suppasit. Apa dia menyukai hadiah yang aku pilihkan? Aku yakin dia menyukainya. Jadi bagaimama cara kamu menyatakan perasaanmu? Ceritakan padaku.Mew,
Dia perempuan yang baik, dan aku yakin dia bisa menyayangi dirimu dengan baik. Tidak ada hubungan yang sempurna, tapi kamu harus berusaha untuk menjaga hubungan kalian. Perlakukan dia dengan baik dan layak, hargai dia sebagai seseorang yang kini menemanimu.Karena aku sudah tidak bisa menemanimu lagi.
Sebenarnya aku khawatir, bagaimana kamu akan mengurus dirimu sendiri? Tapi Eye pasti akan melakukan itu untukmu, jadi mungkin sebaiknya aku tidak khawatir lagi.
Jangan marah kepadaku soal penyakit yang aku derita, aku tidak mau kamu khawatir. Kamu sering kali terlalu mudah panik.
Mew, maaf aku sudah bohong tentang penyakitku. Dan maaf juga karena aku tidak pernah jujur tentang perasaanku, tapi mungkin memang lebih baik begitu. Menjadi sahabatmu sudah lebih dari cukup untukku. Lebih baik aku simpan perasaanku sendiri daripada harus kehilangan teman baik.
Aku mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu. Cinta pandangan pertama yang tidak aku rencanakan. Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku. Sudah mengizinkan aku menemani hari-harimu, sudah membuat aku merasa sangat bahagia. Semua kenangan terbaik selalu tentangmu, Mew.
Jaga dirimu baik-baik.
Jaga Eye seperti dulu kamu menjagaku. Sekarang dia sudah menjadi bagian dari hidupmu.
Tapi jangan pernah lupakan aku ya. Cukup kamu kenang aku sebegai seseorang yang pernah ada dalam hidupmu.Aku mencintaimu. Selamanya.
- Gulf
.
.
."Bodoh." Bisik Mew di sela tangisnya. "Bukan kamu, tapi aku."
Mew sudah berada di sana sejak berjam-jam yang lalu. Kaownah dan Mild sudah mencoba untuk mengajaknya pulang, tapi Mew menolak. Mereka akhirnya memutuskan untuk menunggu Mew di mobil. Mereka mengerti perasaan Mew
Entah sudah berapa kali surat itu dia baca sejak dia pertama kali menerimanya, 2 hari setelah pemakaman Gulf. Mama Gulf bilang Gulf memintanya untuk menuliskan surat itu untuknya. Gulf sudah tidak mampu melakukannya sendiri waktu itu. Surat yang kini sudah bercampur air mata Mew.
"Aku sekarang sendirian, Gulf. Tidak ada yang menemaniku. Aku pikir Eye yang aku inginkan, tapi ternyata bukan. Aku tidak mau ditemani siapapun jika itu bukan kamu."
Mew meremas dadanya yang terasa nyeri luar biasa. Dia tidak menginginkan apa yang dia rasakan saat ini.
"Aku harus bagaimana sekarang? Aku harus apa? Aku..."
Mew sudah tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Tangisannya pecah seketika. Nyeri di dadanya semakin menjadi. Dia ingat doanya waktu itu; Berharap Gulf akan selalu ada menemaninya. Tapi sepertinya takdir tidak setuju.
Mew meringkuk. Tangisannya semakin menjadi. Didekap erat satu-satunya yang bisa dia dekap saat ini; batu nisan Gulf.
"Pulang, Gulf. Pulang kepadaku. Aku mohon, pulanglah..."
- END -
...
-FLASHBACK-
'And I knew from the start
That you'd take my heart
And now here we are
And you help me remember
That things will only get better
This is my love my love letter.'"Tidah bosan memutar lagu itu terus?"
"Kenapa harus bosan?"
"Aku yang bosan mendengarnya."Gulf tertawa yang membuat Mew tersenyum.
"Mew..."
"Hm?"
"Aku mau surat darimu."
"Surat apa?"
"Surat apa saja."
"Jaman sekarang masih pakai surat?"
"Hmm. Tidak mau ya? Ya sudah nanti aku yang akan menulis surat untukmu."Mew hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Dan Gulf menepati janjinya.
--
- END -*Michael Carreon - Thoughts
*Michael Carreon - Love Letter