'Gulf, aku tahu aku salah.'
'Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang.'
'Biasanya kamu yang ada di sini.'
'Gulf, kamu benar. Dia pergi lagi, dia mempermainkanku lagi.'
'Maaf. Aku mohon maafkan aku. Aku sendirian sekarang.'Read.
Deleted.
.
.
Mew menarik selimutnya hingga ke leher, tapi tetap tidak membantu. Tubuhnya menggigil walau suhu tubuhnya tinggi. Dia mulai merasa lapar, tapi badannya terlalu lemah. Dia sudah mencoba menelepon Lhong, temannya di band, tapi tidak diangkat.
Mew mulai menangis, dia butuh Gulf.
.
.
Mew terbangun dari tidurnya, dan yang pertama dia rasakan adalah sesuatu yang sejuk di keningnya.
Mew menyentuhnya dan tersadar itu adalah cold pack."Mew, kamu sudah bangun?"
Mew hapal suara itu, suara yang sudah lebih dari 3 bulan ini tidak dia dengar.
"Gulf...?"
Gulf mengambil cold pack di keningnya lalu mengecheck suhu tubuh Mew.
"Sudah mulai reda." Gumamnya pelan. "Kamu makan dulu ya, aku sudah buatkan bubur kepiting."
Mew masih terdiam, berpikir apakah ini hanya halusinasi karena dia sedang demam.
"Gulf...?"
"Hm?"
Tunggu. Ini nyata?
Gulf meraih pundak Mew dan membantunya untuk duduk besandar di tempat tidur. Meminta Mew untuk minum air putih dulu sebelum mulai menyuapinya.
Kegiatan Gulf terhenti ketika air mata mulai mengalir di pipi Mew.
"Jangan menangis, nanti kepalamu sakit."
"Gulf..."
Gulf tersenyum.
Dan itu justru membuat Mew semakin tidak bisa menahan air matanya. Gulf meletakan mangkuk bubur di side table dan mengusap pipi Mew lembut.
"Kalau kamu menangis, demammu bisa kembali."
"Gulf... kamu di sini? Kamu datang?"
Kedua tangan Gulf kini ada di pipi Mew. "Iya, aku datang."
"Tapi... Gulf... Aku...Maaf... aku..."
"Hei, kita bicarakan nanti ya."
Gulf kembali mengambil bubur kepiting di side table. "Kamu habiskan dulu buburnya, setelah itu minum obat."
"Tapi..."
"Kamu mau aku pulang?"
"J-jangan."
Tangan kanan Gulf mengusap rambut Mew perlahan.
.
.
Sudah dua hari Gulf tinggal di apartment Mew. Gulf hanya keluar untuk membeli bahan makanan.Hari ketiga Mew terbangun dengan kondisi badan yang jauh lebih baik, dan yang pertama dia lihat saat keluar kamar adalah Gulf yang terlelap di sofa dengan selimut biru mudanya.
Gulf terbangun 15 menit kemudian saat mencium aroma roti bakar daging. Mew terlihat sibuk di dapur.
Gulf tidak tahu kenapa dia berada di sini. Dia mencoba mengabaikan semua pesan masuk dari Mew hingga Mew bilang dia sedang demam. Beruntung password apartement Mew tetap sama.
Berada di tempat ini lagi setelah apa yang terjadi membuatnya merasa canggung. Kemarin Mew masih sakit, jadi dia hanya fokus untuk merawat Mew. Tapi sekarang Mew sudah kembali sehat, dia tidak tahu harus bagaimana.
"Harusnya semalam aku pulang." Gumam Gulf kepada dirinya sendiri.
"Gulf?" Suara Mew menyadarkan Gulf dari lamunannya. "Aku sudah buatkan sarapan."