"Jadi bagaimana kencannya?"
"Berjalan lancar. Dia suka bunga yang aku bawa. Untung aku menurut apa yang kamu bilang. Dia suka sekali Peony-nya."
"Sudah aku duga. Hei, sudah dulu ya. Ada yang harus aku kerjakan."
"Oke. Thanks, Gulf."
"Hm."
CALL ENDED
.
.
"Gulf, aku harus bagaimana lagi?""Dia masih belum mengangkat telepon? Belum membalas chat?"
Mew menggeleng lemah. "Padahal dia sudah membaca pesanku, tapi tidak dibalas."
"Beri dia waktu. Nanti coba hubungi lagi."
Mew tidak menjawab, disandarkan kepalanya di pundak Gulf.
.
.
Gulf hanya terdiam ketika melihat Mew melempar telepon selularnya ke sofa dengan kesal."Sial! Selalu saja begitu."
Hening sejenak.
"Mew?"
Mew menoleh dan tersadar Gulf ada di apartementnya.
"Sorry."
"It's okay. Kamu butuh waktu sendiri? Kita bisa melanjutkan tugasnya nanti."
"Jangan. Aku butuh teman."
Gulf tersenyum. Dihampiri Mew yang kini sudah terduduk di sofa.
"Mau aku buatkan teh? Atau kamu mulai lapar? Mau aku pesankan sesuatu?"
Mew menggeleng. "Aku selalu mencoba mengerti dia, tapi selalu saja begini."
Gulf mengusap punggung Mew perlahan.
.
.
"Aku sudah baikan dengannya." Itu yang pertama kali Mew katakan begitu Gulf sampai di kelas. "Aku memutuskan mendatanginya ke condo. Tadinya dia menolak membuka pintu, tapi setelah satu jam aku di sana dia akhirnya luluh.""Syukurlah. Sudah aku duga kalian akan baik-baik saja."
.
.
Gulf sebenarnya sudah tahu sejak lama tentang Mew yang dikhianati, tapi entah kenapa dia tidak pernah berani bilang.Sore ini dia ada di kamar Mew, menemani sahabatnya yang sedang terluka karena akhirnya dia tahu bahwa Eye memiliki kekasih lain.
"Mew..."
"Aku tahu aku bodoh."
Gulf menghela nafasnya. Ini yang membuatnya tidak berani mengatakan kepada Mew tentang perselingkuhan Eye. Gulf tau bagaimana Mew mencintai Eye, tapi pada akhirnya Mew mengetahuinya sendiri.
"Kamu belum makan dari pagi. Tadi aku buat sop, kamu makan ya."
"Aku tidak lapar."
Gulf terdiam. Tidak tahu harus bagaimana agar Mew mau makan.
"Gulf..."
"Ya?"
"Kamu menginap di sini ya malam ini. Aku tidak mau sendiri."
"Hmm."
"Aku mohon."
"Oke. Tapi kamu harus makan." Jawab Gulf sambil tersenyum, yang ternyata membuat Mew tersenyum tipis.
"Oke."
~
"Jadi Phi Phi Island atau Koh Samui?""Terserah kamu saja, Mew."
Saat ini mereka sedang merencanakan libur semester mereka yang akan datang sebentar lagi, dan Mew bilang dia sangat ingin ke pulau. Gulf sebenernya lebih menyukai gunung, tapi dia memilih mengikuti keinginan Mew.
.
.
Gulf sedang berbelanja di supermarket untuk keperluan liburannya dengan Mew saat dia melihat Eye dengan seorang laki-laki. Gulf tahu siapa laki-laki itu; selingkuhan Eye yang mungkin sudah menjadi kekasih resminya.