Prolog

431 27 3
                                    

Cuaca pagi ini cukup mendung, seolah ikut bersedih bersama orang-orang yang kini sedang kidmat dalam acara pemakaman hari ini.

Suasana berduka begitu dalam dirasakan oleh mereka yang ditinggalkan. Banyak sekali orang yang menghadiri acara pemakaman itu.

Dari sekian banyak pelayat yang datang, ada seorang gadis cantik yang sangat menunjukan kehancurannya saat ini. Ia tak menutupi kesedihannya selama acara berlangsung.

Gadis itu menggunakan kemeja putih dan jins hitam, hanya ia yang menggunakan kemeja putih disaat para pelayat lain menggunakan pakaian serba hitam. Yang semakin memperkuat suasana duka ini.

Gadis yang berdiri dalam rangkulan seorang laki-laki bertubuh tinggi atletis itu sesekali menghapus air matanya yang tak mau berhenti mengalir. Kini badannya kembali bergetar dan isakan mulai terdengar kala peti jenazah ingin dikebumikan.

"Hiks... hikss... jangan," ujar gadis itu. Ia ingin berlari ke arah makam, ingin menghentikan orang-orang yang sedang menurunkan peti mati itu. Namun gerakannya tertahan oleh pelukan erat laki-laki disampingnya.

"Na, lo harus ikhlas. Harus kuat." Ujar Alvin, laki-laki itu juga merasakan kehilangan namun ia harus menahannya untuk gadis dipelukkannya yang sedang dalam keadaan rapuh ini.

"Vin, kenapa secepet ini! Kenapa?!"

"Tolong... tolong berhenti! Jangan masukin petinya. Hiks...hikss"

Gadis itu mulai histeris karna peti sudah masuk secara keseluruhan, para pelayat tak sanggup menyaksikan kepedihan itu sehingga menangis dalam diam.

Anna, gadis itu. Menangis histeris dalam pelukan Alvin, ia ingin berlari. Ingin ikut bersama peti yang kini mulai tertimbun tanah basah itu, ia hancur. Teramat kehilangan sosok yang selalu menjadi semangat hidupnya.

"Na, jangan gini. Pliss... hiks... hiks..." ujar Clara, gadis itu menghampiri Anna yang histeris. Membantu Alvin untuk menenangkan gadis itu walaupun terasa sia-sia.

Clara merasa sesak di dada seperti ada batu yang manimpanya, ia benar-benar tidak tega melihat sahabatnya menjadi sangat rapuh seperti ini. Terlebih Alvin sangat menahan gejolak sedihnya sedari awal acara pemakaman demi menenangkan Anna.

Acara pemakaman sudah selesai, kini para pelayat mulai meninggalkan tempat pemakaman. Disana masih tersisa sekitar 20 orang termasuk Anna yang masih dalam pelukan Alvin.

Setelah berhasil membujuk Anna agar tenang, kini Alvin merenggangkan pelukannya. Memegang baru Anna agar manghadapnya.

"Na," ujar Alvin lembut, membuat Anna yang tertunduk menatapnya. Terlihat jelas dibola mata coklat itu pancaran kehilangan dan kerapuhan yang sangat mendalam.

Alvin menggusap rambut Anna menggunakan tangan kanannya, menyelipkan helaian rambut Anna pada telinga sebelah kiri dan menghapus jejak basah air mata gadis itu.

"Udah ya, ga boleh nangis lagi." Berat sekali ketika Alvin mengatakan itu kepada Anna. "Ayo, kita pamit." Lanjutnya setelah menghapus air mata Anna yang kembali mengalir tanpa diminta.

Kini mereka berdua berjalan ke arah gundukan tanah yang baru saja dibuat itu. Anna langsung terduduk disamping makam itu tak peduli dengan pakaiannya yang kini terkena noda tanah. Alvin setia mendampinginya dan merangkul pundaknya menyalurkan kekuatan.

Tangis Anna kembali pecah, membuat teman-temannya yang masih disana memandang iba dan tak kuat menahan tangis juga termasuk Clara. Gadis itu menangis tersegu-segu saat melihat sahabatnya.

Anna meneriakan kesedihannya pada pusara basah itu, agar sosok yang sudah terkubur itu tau bahwa ia kecewa, bahwa ia sangat kehilangan.

Kini ia merasakan sekelilingnya menjadi gelap seketika. Alvin yang merasa tubuh Anna lunglai ke belakang dengan sigap ia menahannya.

"Astaga! Anna!" Pekikan Clara membuat semua yang ada disana menghampiri mereka.

"Na," Alvin menepuk pipi Anna pelan.

"Na, bangun!" namun ucapan Alvin tak membuahkan hasil. Akhirnya kini laki-laki itu menggendong Anna ala bridal style berjalan keluar dari tempat pemakaman. Saat sebelumnya meneriakan salah satu temannya untuk menyiapkan mobil.



Halo! Gimana nih prolognya? Udah sedih-sedih aja ya. Gimana feelnya udah dapet belum, jujur ini bener-bener sensitive kalo buat aku.

Thor, kok awal-awal udah sedih aja. Nanti kelanjutannya gimana, gaseru dong masa udah ada yang mati ? Hehehe, tenang atuh. Mau coba hal beda jangan seneng-seneng mulu hehe.

Kalo kalian penasaran gimana sih kelanjutannya, tambahin cerita ini ke library kalian. Biar tau kalo aku update setiap part barunya, okeh 👍🏻

Btw, jangan lupa Vote dan Comment ya! Karna dengan itu kalian bikin aku semangat untuk meng-update part selanjutnya.

^stay healthy and stay at home^

13 April 2020
•••TBC•••

ATMOSPHERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang