Tiga Puluh Empat

2.8K 128 22
                                    

Pemandangan yang nadir lihat setiap pagi, kevin dengan wajah terlelapnya yang selalu tampan dalam keadaan apapun atau wajah bangun tidurnya yang selalu tampak menggemaskan untuk nadir.

Hari hari yang mereka lalui sungguh menyakitkan, kehilangan anak pertama yang mereka tunggu tunggu dari pertama mereka menikah.

"Pagi sayang" ucap kevin sambil mencium kening nadir.

Tidak ada jawaban dari nadir, itulah yang selalu nadir lakukan akhir akhir ini, selalu mengacuhkan dan merasa bersalah kepada kevin.

"Ke pelatnas yuk? Dicariin anak anak tuh" ucap kevin lagi.

"Gamau"

"Kenapa? Sekalian nemenin aku latihan. Mau yaa?"

"Enggak"

"Sayang, please"

Nadir bangkit dari tidurnya, kemudian berjalan menuju kamar mandi.

"Aku mandi dulu" ucap nadir sambil menutup pintu.

"Okee, aku tunggu dibawah yaa"

Tidak ada jawaban dari nadir, hanya suara air mengalir di kamar mandi.

*****

Sekarang mereka berdua sudah ada di pelatnas cipayung. Nadir duduk di pinggir lapangan sambil memandangi anak anak pelatnas yang sedang latihan teknik.

Dulu, sewaktu belum menikah dengan kevin rasanya sulit sekali masuk kedalam lapangan ini. Namun, setelah menikah dengan kevin nadir jadi tau tentang seluk beluk pelatnas. Tentang kamar kevin semasa bujangan dulu, tempat favorit kevin selama berada diasrama dan hal hal lainnya.

"Nanad!" Teriak gloria dari arah tengah lapangan. Nadir melambaikan tangan kepada gloria yang meneruskan latihannya.

Nadir membuka handphonenya, membuka akun instagramnya yang semanjak menikah dengan kevin manjadi banyak pengikutnya. Nadir membuka profilnya, melihat foto pernikahannya dengan kevin, kebahagiaan nampak di wajah kevin, wajah teduhnya, senyum manisnya dan lirikan matanya yang membuat nadir gila di buatnya. Andaikan anaknya masih ada di rahim nadir hari ini, mungkin wajahnya akan seperti kevin. Tak terasa air mata jatuh di pipi nadir tanpa nadir sadari.

"Gausah sedih terus ah" ucap kevin sambil mengusap pipi nadir.

"Ehh mas, sejak kapan disini?"

"Sejak aku kehausan tadi, makanya kalo dipanggil denger dong"

"Iya maaf"

"Ngeliatin apa sih?"

"Ngeliatin foto kita"

"Kok nangis?"

"Iyaa, mungkin kalo dede masih disini dia mirip mas"

"Kan di bahas lagi. Males aku ah. Dede udah tenang disana sayang. Kita tinggal doain dede dan jalanin hidup dengan semestinya. Toh, kita masih bisa bikin 5 lagi kan. Kuatkan kamu?"

"Apaan sih"

"Gitu dong ketawa"

"Woy, jangan pacaran dipinggir lapangan. Jomblo pada ngiri nih" teriak rian sambil melempar shuttlecock ke arah kevin, dan berhasih mengenai bahu kevin.

"Sialan lu jom! Ayok satu lawan satu lu sama gue"

"Ayok siapa takut"

Entah apa yang difikiran mereka sekarang, dua orang dewasa yang masih bertingkah seperti anak kecil. Kadang membayangkannya saja nadir heran, mengapa kevin bisa memutuskan menikah muda seperti ini. Disaat teman temannya yang lain masih mementingkan dunianya mereka sendiri, tapi kevin malah memikirkan untuk menjalani sisa hidupnya bersama nadir, di depan altar mereka saling berjanji akan saling menjaga dan mengasihi satu sama lain.

Mulai hari ini nadir berjanji, akan mencintai dirinya dan kevin. Pengalaman berharga selama ini akan menjadi pelajaran berharga untuk nadir. Mungkin, memang tuhan memberikan waktu untuk nadir dan kevin untuk mengetahui sifat mereka masing masing.

Nadir yakin, beberapa bulan kedepan setelah mereka siap untuk menjadi orang tua, tuhan akan mengabulkan doa doa mereka berdua. Mungkin ada yang harus diperbaiki dari sifat mereka masing masing. Entah emosinya atau kelabilannya.

"Terimakasih sudah memilihku untuk menjadi pendamping hidupmu mas" ucap nadir sambil memandangi wajah kevin.

-Selesai-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nadira {Kevin Sanjaya Sukamuljo}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang