Bagian V : Persimpangan ingatan

2 0 0
                                    


Saat ini tepat 3 tahun aku berada di kerajaan utama Strerjner dan menempuh pendidikan di akademi. Satu tahun dari sekarang aku akan lulus dari akademi dan bergabung dengan tim ekspedisi pertamaku yang akan di pimpin oleh Tuan Sol, menuju pulau kosong yang berada di wilayah kerajaan Acalla. Kerajaan yang berafiliasi dengan Weltervreeden, sebuah kerajaan besar yang mengontrol hampir setengah dari tanah Rodjord dengan organisasi bawah tanahnya. Tidak hanya Acalla, ada juga Pyrka, kerajaan dengan alam yang banyak gunung berapi aktif dan kerajaan itu identik dengan pengguna mantra api.

Rumah Tuan Sol ini bisa diblang sangat luas dan besar, terdapat perpustakaan dan beberapa ruangan untuk latihan maupun meneliti mantra. Tapi yang tinggal di sini tidak hanya kami berlima, ada sekitar lima belas orang lainnya yang juga tinggal di rumah Tuan Sol. Tuan Sol adalah salah satu orang penting di kerajaan Strejner karena sudah banyak memimpin ekspedisi sejak 20 tahun lalu dan seorang guru di akademi.

Sejak kejadian 10 tahun lalu selepas aku membunuh perempuan berzirah hitam itu, aku sudah mencatat nama-nama orang yang sudah pernah aku temui selama perjalanan dari desaku hingga tinggal di kerajaan Strejner, dari semua nama hanya beberapa yang tidak aku temui. Rupanya aku sedikit bergeser dari garis yang sebelumnya, dan membuat garis baru. Untungnya nama-nama itu hanya sebagai teman biasa dan tidak berimbas ke garis saat ini dan yang lalu, tapi tidak dengan satu orang yang belum aku temui hingga saat ini. Dan itu sempat membuatku tak sadarkan diri selama 2 hari dan ingatanku tentang orang itu sedikit demi sedikit memudar.

Perempuan itu bernama Solla Astreli, kalau tidak salah dia seorang yang lebih muda dariku 7 tahun dan dia adalah murid termuda di akademi. Selain murid termuda dia juga menyelesaikan pendidikan di akademi hanya dalam waktu 2 tahun, sudah satu tahun ini sejak aku menandai pertemuan kami di buku catatanku dia tidak muncul. Jika ingatanku tidak salah lagi, dia adalah salah seorang yang akan ikut ekspedisi ketigaku dan kami bertemu saat dia sedang mengikuti tes masuk akademi. Aku membantunya karena kebetulan aku melihat dia dan Ibunya sedang mencari-cari seseorang dan itu adalah Tuan Sol.

Aku terus memandangi buku yang penuh dengan nama dan tempat aku bertemu dengan nama-nama itu, sambil terus mengingat kenapa Solla tidak pernah muncul. Aku runtut satu-satu kejadian, namun aku tak menemukan satupun jawaban. "Tok..tok.., Deva apa kau di dalam?" Teriak Signus sembari mengetuk-ngetuk kamarku.

"Sebentar!" Jawabku singkat sembari memasukkan buku ini ke laci meja. Aku pun beranjak dari dudukku, dan membukakan Signus pintu.

"Kau tidak pergi ke akademi?" tanya Signus sembari mengenakan syal hitamnya.

"Tidak, aku sudah izin Tuan Sol, untuk pergi ke gedung kependudukan mencari apa orang tuaku pernah kemari atau tidak," jawabku.

"Baiklah, aku pergi dulu kalau begitu, sampai ketemu nanti sore," katanya sembari pergi dan berjalan menuruni tangga dekat kamarku. Aku pun menutup pintu dan berkemas, membawa tas kecilku dan buku catatan yang ada di dalam laci. Setelah semua ku masukkan tas, aku pun pergi tapi sebelum itu aku tak lupa mengenakan sarung tangan di kedua tanganku. Aku tak ingin siapa pun meliaht mantra-mantra yang ada di tangan kananku. Sejak aku tinggal di panti, pakaian dengan lengan panjang menjadi pilihan terbaikku.

Setelah beres mengenakan dan mengikat tali sepatu boots yang terbuat dari kulit, aku pun mengunci kamarku dan pergi menuju gedung kependudukan. Sepanjang jalan aku berusaha mengingat wajah dari Ibu Solla dan Solla tapi benar-benar aku tak ingat sedikit pun. jika di waktu sebelumnya aku adalah mentor Solla selepas dia lulus dan ikut tim ekspedisi Tuan Sol, maka kali ini aku benar-benar melakukan perubahan besar dalam garis yang sebelumnya aku lalui. Semakain mengingat kedua wajah orang itu, semakin aku lupa dengannya.

Selepas keluar dari kediaman Tuan Sol, aku langsung berjalan menuju utara tempat gedung kependudukan berada. Sepanjang jalan, aku berusaha mengingat-ingat siapa mereka berdua dan kemana orang tuaku. Jika diwaktu sebelumnya aku tak mencari kedua orang tuaku karena orang tuaku menulis di surat yang mereka tinggalkan, agar tidak mencari mereka berdua dan terlibat dengan urusan kerajaan Strejner yang mereka rahasiakan dariku. Di surat itu juga tertulis bahwa Ayah dan Ibu akan kembali pulang jika urusan mereka di kerajaan utama telah selesai, tapi pada kenyataannya selama 33 tahun aku tak pernah bertemu dengan mereka berdua dan karena pada waktu itu aku tidak mengetahui fakta apapun. Saat itu aku percaya dengan apa yang mereka tulis, tapi sekarang berbeda.

Perempuan berzirah hitam itu, dua orang yang mencoba menyerangku dan yang lainnya di desa Benleigh, belakangan ini aku mengetahui lambang yang ada dipunggung baju zirahnya adalah pasukan sihir yang dibentuk oleh Weltervreeden. Tapi aku tak mengetahui tujuan dari pasukan itu dan apa hubungannya dengan orang tuaku, dan perempuan yang kubunuh saat itu. Sepanjang jalan menuju gedung kependudukan, aku melihat orang-orang mempersiapkan dekorasi untuk menyambut festival berdirinya kerajaan Strejner. Tiga hari dari sekarang perayaan itu akan membuat kerajaan ini penuh sesak dengan orang-orang yang datang dari seluru penjuru Strejner untuk memeriahkan festival zhornika.

Mereka semua memasang umbul-umbul, bendera kerajaan Strejner, dan banyak pernak-pernik festival. Pada bendera kerajaaan Strejner ada gambar dua pasang manusia yang menggendong sebuah lingkaran, di dalam lingkaran itu terdapat 3 buah garis bergelombang dan 4 bintang jatuh. Setelah berjalan beberapa saat karena memang lokasi yang kutuju tak terlalu jauh, aku pun sampai di depan gedung kependudukan.

Gedung ini cukup besar, dengan lambang kerajaan terpahat di pintu yang cukup besar. Seperti biasanya gedung ini selalu ramai dengan orang-orang yang ingin mengurus keperluan tinggal di kerajaan ini, mencari informasi orang hilang, bahkan mencari informasi seorang yang kepalanya di beri harga. Aku pun menghampiri seorang petugas yang sedang duduk dan sedang mengurusi beberapa dokumen.

"Permisi, saya ingin mencari informasi tentang beberapa orang," Ucapku membuka percakapan dengannya.

"Maaf, bisa lebih rinci lagi? Apa keperluanmu?" katanya sembari merapihkan dokumen dan memasukkanya kedalam kotak lalu menerbangkan kotak itu dengan mantra yang ia gunakan menuju lubang yang ada diatasnya.

"Saya ingin mencari informasi tentang keluarga, Astreli dan Varsha, dna ini adalah surat rekomendasinya," kataku sembari mengambil surat dari dalam tas dan kuberikan kepadanya.

"Apa tujuanmu mencari informasi kedua keluarga itu?" tanyanya sembari membuka gulungan surat dari Tuan Sol.

"Saya angota keluarga Varsha, dan keluarga Astreli adalah kolega dari keluarga Varsha," kataku. Sebenarnya keluargaku dan keluarga Solla tak memiliki hubungan apapun, tapi setidaknya itu dapat meyakinkannya. Setelah beberapa saat ia membaca surat yang kuberikan, ia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sembari mencatat di selembar kertas.

"Baik, silahkan ikuti saya," Katanya sembari berdiri dan berjalan menuju pintu yang ada di belakangnya dengan membawa kunci.

"Waktu anda hanya 30 menit, dan ini adalah nomor rak dari kedua keluarga yang anda cari," katanya sembari membuka pintu dan memberiku sepucuk kertas itu, di atasnya tertulis, A-13-989 dan V-01-001. Untuk ruangan sebesar ini, kenapa sepi sekali sangat sedikit orang berbeda dengan diluar tadi yang cukup ramai.

Setelah menuju kedua nomor rak yang tertera di kertas itu, aku menemukan kedua buku besar yang bertuliskan Astreli dan Varsha. Aku pun mencari tempat untuk membaca dengan mengikuti arah dari petunjuk yang ada di lantai ruangan ini. Kubawa kedua buku yang cukup berat dengan kedua tanganku melewati beberapa rak-rak buku hingga akhirnya kutemukan deretan meja dan kursi kosong. Kuletakkan kedua buku besar itu ke atas meja, bruk...... Aku rasa suaranya cukup keras karena ruangan ini begitu hening.

Setelah duduk, aku tak langsung membuka buku-buku itu. Saat ini yang aku pikirkan hanyalah kemungkinan jika fakta yang terkuak akan merubah garis yang akan dan telah aku lalui kedepannya. Jika tak kucari fakta, aku tak dapat mengetahui beberapa hal-hal janggal sejak aku kembali ke masa ini, dan tentang Solla yang kenapa ia tak muncul di akademi hingga saat ini.

Aku tak melakukan atau mengunjungi ini di waktu sebelum kembali ke masa ini. Namun begitu banyak pertanyaan tentang keluargaku dan Solla memenuhi kepalaku, hal itu membuat kepalaku terasa sangat berat. Aku sadar bahwa jika aku membuka dan membaca kedua buku ini, kesadaranku akan hilang dan sangat besar kemungkinan akan merubah garis. Hal itu akan membuat ingatanku tentang Solla dan kedua orang tuaku perlahan menghilang.

Kala CakraWhere stories live. Discover now