01

12 1 0
                                    

Monday. Hari yang tampak seperti monster di kalangan apapun, terutama kalangan siswa. Berbagai PR menumpuk untuk dikumpulkan di hari Senin. Aku pun tidak suka hari Senin. Setelah sehari sebelumnya aku liburan atau rebahan, tiba-tiba dikejutkan dengan hari Senin yang penuh dengan PR.

Aku tergesa-gesa menyusuni buku PR-ku ke dalam tas. Waktu telah menunjukkan pukul tujuh. Bel masuk sekolah tepat pukul setengah delapan. Aku berusaha menggerakkan tanganku lebih cepat sehingga tanganku tampak gemetar. Perjalananku ke sekolah membutuhkan waktu tiga puluh lima menit, sedangkan kini aku belum juga melangkahkan kakiku keluar dari rumah.

  “Vela, cepat!” teriak Bunda dari depan. Bunda sedang menyapu gerai fotokopian kami. Gerai fotokopian mulai buka pukul tujuh pagi.
“Iya, Bunda!” seruku sambil memakai tas ranselku, lalu memakai sepatu sekolah dengan tergesa-gesa. Sesampai di depan, aku segera menyalami tangan Bunda dan mengambil sepotong roti yang terletak di atas meja dekat mesin laminating.
“Sarapan dulu, Vela,” ucap Bunda.
“Iya, Bunda. Nanti Vela makan roti ini di angkot.” Aku memperlihatkan roti yang sudah kupegang, lalu kumasukkan ke dalam tas.
Bunda menghela napas, berusaha sabar melihat tingkahku. Seringkali aku tergesa-gesa seperti ini di hari Senin. Ini semua akibat mengerjakan PR di pagi hari. Tadi malam aku berniat
    
       mengerjakan PR, tetapi aku ketiduran saking lelahnya setelah jalan-jalan seharian dengan teman-temanku.
Setelah pamit, aku berlari keluar rumah menuju jalan raya. Angkot tujuan sekolahku muncul saat aku tiba di sana, lalu mengantarkanku sampai di sekolah.

                   

Monster Day  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang