02

8 1 0
                                    

Sesuai perkiraan, aku terlambat tiba di sekolah. Bukan kepalang, aku terlambat hingga empat puluh lima menit! Upacara bendera telah selesai. Satpam sekolah segera mencegatku masuk dan bertanya mengapa aku terlambat.
“Saat istirahat nanti, kamu harus membersihkan koridor lantai dua.”
Aku mengembuskan napas. Kenapa peraturan sekolah ini begitu ketat? 

Setelah itu, aku bergegas pergi ke kelas. Buku PR-ku segera ditagih oleh Bu Guru. Untunglah aku tidak salah bawa. Namun, buku PR itu saja tidak cukup untuk meluluhkan hatinya. Aku tetap dihukum karena terlambat. Aku disuruh squat jump terlebih dahulu sebelum diperbolehkan duduk. Betapa malunya aku diperhatikan oleh teman-teman sekelasku.

Memasuki jadwal istirahat, aku menyapu koridor lantai dua dengan terpaksa. Betapa malunya aku diperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Lelahnya tidak seberapa, tetapi malunya ... luar biasa! Apalagi ruangan kelas Vino, cowok yang kutaksir, berada di lantai dua.
Vino dan teman-temannya sedang duduk di koridor.

Untunglah teman-temannya tidak ada yang tertarik untukmengusiliku. Mungkin inilah hikmah terlahir tidak sebagai cewek idaman atau cewek populer. Sesekali mata Vino yang bundar itu menatap ke arahku. Kami beradu pandang, membuat diriku makin grogi. Sapuanku menjadi tak tentu arah. Wajahku terasa berkeringat karena malu sekali.

Aku termasuk orang yang mudah berkeringat sehingga kemejaku telah basah kuyup. Mungkin badanku telah mengeluarkan bau. Siswa-siswi yang berlalu-lalang selalu berusaha menyingkir. Entah karena aku sedang menyapu atau karena merasa bau.

Saking jengkelnya dengan hari Senin, rasanya aku ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk menumpahkan kekesalanku. Hari Senin menjadi hari yang mengerikan bagiku seperti bertemu monster.

             

Monster Day  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang