Kamu itu sampah! Gak guna tahu gak?!
Ra, kamu egois banget!
Aku akan selalu ada buat kamu. Sekalipun dunia ini gak berpihak ke kamu, Ra.
Rara terbagun dari tidurnya. Napasnya terengah-engah. Baru setengah jam Rara bisa memejamkan mata, tapi mimpi buruk itu datang lagi. Sial! Kini suara hujan dan guntur menambah kegelisahannya. Rara memutuskan melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda tadi.
Berulang kali Rara me-refresh laman sosial media, tapi tetap saja apa yang Rara cari tidak ia temukan. “Udah dua tahun gue nyariin elo! Lo dimana, sih?!” Rara mengacak rambut frustasi.
“Gue cuman pingin mastiin kalau lo baik-baik aja.” Rara menatap layar laptop, menampilkan foto lima orang yang tengah tersenyum ke arah kamera.
Senyum Rara merekah. Ia ingat betul, foto itu diambil ketika Rara dan keempat sahabatnya baru menangis dan mereka dipaksa tersenyum oleh kameramen. “Walaupun doa gue paling serius, anak-anak The Starlight bisa ngumpul lagi kayak dulu.”
Raut wajah Rara seketika berubah mengingat kejadian tadi siang.
“Pernah gak sih kalian rasain apa yang gue alami selama ini? Selalu ngerasa bersalah, kesepian, bingung, takut. Katanya kalian bakal selalu ada buat gue, tapi kalian kemana aja saat gue terpuruk? Kalau gue masih dikasih kesempatan buat hidup, gue cuman pingin jelasin ke kalian, kesalahpahaman yang selama ini terjadi. Kenapa ….”
“Kenapa gue selalu mikirin kalian yang bahkan gak pernah balik mikirin gue? Apa gue gak boleh, ya, bahagia lebih lama lagi?”
Kilatan petir seketika membungkam Rara. Rara menghembuskan napas perlahan melihat jendela kamarnya terbuka. Semilir angin dan air hujan menyatu, menerobos masuk, menerpa wajah Rara yang sembab.
Deg!
Dari balik tirai jendela, Rara mengamati siluet seseorang yang tengah sibuk mondar-mandir. Tatapan Rara berganti pada jam di dinding yang masih menunjuk pukul empat pagi. “Orang gila mana yang keluyuran pas hujan di jam segini?” pikir Rara.
Rasa penasarannya jauh lebih besar, hingga Rara memberanikan diri untuk keluar dan menemui orang itu. “Permisi, cari siapa, ya?” tanya Rara.
Pria itu memutar tubuhnya perlahan. Sedangkan cahaya lampu di taman menyilaukan mata Rara, membuat Rara tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.
Pria itu tersenyum manis. Ia menjitak pelan puncak kepala wanita di hadapannya dan berkata, “Ting! Aku selalu bisa nemuin kamu ‘kan, Ra?”
Mata Rara membulat sempurna. Ia bahkan tidak pernah menyangka hari ini akan terjadi. Ternyata benar kata mama, tidak ada penantian yang sia-sia. Rara mendorong pria yang ada di hadapannya, membuat mereka berdua terguyur hujan.
Rara meringkuk dan berkata, “Dua tahun! Dua tahun gue sama yang lain nyariin elo! Lo kemana aja, sih?! Bahkan orang-orang kira lo udah mati!”
“Sorry, Ra. Aku tahu ini gak mudah buat kita semua, tapi makasih, ya, udah peduli sama aku,” ujar pria itu sambil membawa Rara ke dalam dekapannya.
Rara merasakan detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Ia memukul bahu pria itu pelan. “Padahal gue udah niat, kalau lo gak muncul-muncul, gue mau cari temen baru atau sugar daddy aja. Biar bisa jagain gue dari orang gila yang dari tadi mondar-mandir di depan kamar gue. Lo kenapa gak pencet bel aja, sih? Issh, baboya! (Issh, bodoh!)” ganggu Rara membuat pria itu tercengir.
“Ayo masuk! Basah semua baju gue!”
“Ra ….”
“Iya?”
“Aku suka sama kamu.”
Rara terdiam. Rasa sesak tiba-tiba menyergap keduanya. Pria itu menatap cincin yang melingkar indah di jari manis Rara dengan tatapan sendu. “Ternyata gue udah terlambat, ya?”
“Gue juga suka sama elo, tapi dulu. Maafin gue … Maafin gue, karna banyak hal yang terjadi sewaktu elo pergi.”
“Jadi aku udah gak punya kesempatan lagi?”
Rara hanya menunduk tanpa bisa berkata sedikitpun. “I know, it’s okay … Kembali kesini buat aku jadi keinget kejadian waktu kita SMA, Ra. Kamu masih inget?”
“Gue udah berusaha buat lupain lo, lupain semua kenangan kita. Buat gak peduli sama kalian semua. Tapi, kayaknya sampe matipun gue nggak bakal pernah bisa deh …."
Rara tersenyum miris. "Setiap malem gue selalu keinget anak-anak band. Kangen ketololan mereka, kangen kejahilan kita, kangen sama semua kenangan yang udah kita lewatin bareng-bareng."
"Mau ulangin semuanya lagi, Ra?
"Gue nggak yakin, seberapa jauh gue masih kenal kalian. Tapi gue berharap gue bisa."
⛦⛦⛦
Hallo semua...
Makasih ya udah mau baca cerita aku. The Stralight adalah cerita pertama aku. So, aku sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari kalian semua
Kuy baca dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan FOLLOW, VOTE, dan COMMENT
Follow Instagram kita :
@ameerazz_
@catatan_ameera
@cerita.thestarlight
@rarahelena.mahesaSpam THE STARLIGHT,
biar hapal 😉Cerita ini dibuat sesuai pemikiran saya. Jadi, tolong saling mendukung dan menghargai ya 💕
Langsung next aja yukkk ....
Terimakasih🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
The Starlight [On Going]
Novela JuvenilTentang kita dan kenangan Rara Halena Mahensa, gadis yang harus bertahan di atas segala luka yang ia pendam sendirian. Hingga pada titik paling rendah, rasanya Rara ingin menyerah. Ia merasa pengorbanan serta perjuanganya selama ini telah terkubur...