Aku tersedak kopi yang sedang kuminum saat terkejut mendengar kata - kata Diana. Dia baru saja bilang bahwa makanan dan minuman yang aku pesan saat itu, sebelum aku pingsan, adalah buatannya. Dia bahkan memberikan argumentasinya tentang sebuah kemungkinan penyebab aku pingsan, dimana argumen itu mengarah ke dirinya sendiri. Apa sebenarnya yang ia inginkan? Siapa sebenarnya Diana?
"Mm... maksudmu apa Diana?" Tanyaku
"Maksudku, mungkin saja sekarang kau mencurigaiku karena fakta yang kuberitahu barusan, ya kan?" Jawab Diana.
"Lalu kenapa kau memberitahuku semua informasi ini kalau kau takut bila aku mencurigaimu?"
Diana tampak menarik napas, perlahan, lalu menghembuskannya.
"Karena.... aku.... tidak pandai menutup - nutupi sesuatu."
Kata - kata itu keluar dari mulutnya. Kepalanya menunduk setelah ia mengatakannya.
"Tidak pandai menutup - nutupi? Maksudmu apa ?" Tanyaku
"Benar, bahkan aku tidak bisa merahasiakan sesuatu dari orang banyak. Sama sekali tidak bisa." Jawabnya.
"Mungkin kau lupa, tapi dulu aku adalah salah satu anggota organisasi keamanan sekolah. Aku merupakan anggota yang dipercayai oleh senior dan para guru karena aku selalu berkata apa adanya, namun jarang sekali ada yang mau berteman denganku karena diriku yang tidak bisa menyimpan rahasia mereka," Diana mulai meneteskan air mata dalam tundukannya.
"Aku selalu memberitahu seniorku saat mereka menanyakan tentang teman - temanku yang membawa barang - barang terlarang. Aku mulai dijauhi dan akhirnya dikucilkan. Aku berusaha untuk tetap tegar, tetapi semakin lama rasa sakit itu mulai membuatku muak dengan diriku sendiri. Apa kau tahu rasa sakit itu?" Kata Diana.
"Sabarlah Diana, bisa dibilang aku juga pernah mengalami rasa sakit yang sama dengamu," kataku, mengingat aku dulu pernah bersedih sepertu Diana sekarang.
"Sungguh ? Kau pernah tidak mempunyai teman dan dikucilkan juga?" Kata Diana. Ia mengangkat kepalanya yang tertunduk tadi. Rasa sedihnya mulai sirna.
"Bukan tidak punya, tapi aku pernah kehilangan seseorang yang... berharga bagiku."
"Oh, maaf aku mendengarnya. Memangnya siapa orang itu? Temanmu? Atau bahkan orang tuamu?"
Orang tuaku? Kata itu membuatku meneteskan air mata, tapi kenapa? Bahkan aku sendiri tak tahu kenapa aku meneteskan air mataku sendiri.
"Maaf, sepertinya aku salah bertanya. Seharusnya aku yang bersedih, tapi kau juga ikut bersedih karena diriku," kata Diana sambil meminum kopinya kembali.
"Tidak apa - apa, itu bukan kesalahanmu Diana. Aku akan kembali ke kamarku dulu, terima kasih kopinya," kataku. Setelah mendengar cerita Diana, aku pikir memberinya sedikit waktu sendirian akan membuat dirinya membaik. Tepat sebelum aku meninggalkan dapur, aku mendengar suara tertawa. Di dapur tidak ada orang lain, jadi mungkinkah?
Tapi kenapa?
Mungkin saja dia hanya tertawa saat mengingat sesuatu. Kenapa aku harus khawatir? Akupun melanjutkan
Langkah kakiku menuju kamarku.Saat aku melewati lorong tempat kamar - kamar peserta, aku melihat Hiro berada di depan kamarnya dan sedang bersandar sambil melihat HP nya. Setelah apa yang aku temukan di HP nya Hiro melalui laptop Hormant tadi, aku bingung harus bagaimana dengan Hiro, aku mulai tidak mempercayainya lagi.
"Hai Aqila, kau tidak apa - apa?" Tanya Hiro.
"Owh hai Hiro. Aku baik - baik saja, memangnya kenapa?" Kataku
"Tidak apa - apa, hanya saja kau nampak sangat pucat dan kebingungan, kau juga tidak membalas sapaanku dari tadi."
Ah, sepertinya aku terlalu memikirkan masalah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Mafia
Mystery / ThrillerIni bukan sekedar permainan menebak, namun ini tentang hidup dan mati kita semua.