Iringan musik rock terdengar begitu nyaring dari kelas 12 Ipa 2. Udara yang masih segar di pagi hari ini seharusnya membuat murid senang dan tentunya memperlihatkan wajah sumringahnya. Tapi, karena ulah Fiqri dan Malik yang memutar musik rock sepagi ini, membuat semua murid risih, badmood, dan pendengarannya sangat terganggu. Fiqri menaiki meja guru dengan tangannya memegang sapu yang dia gunakan untuk microphone.
"Bang bang tut akar gulang-galing, Siapa yang kentut ditembak raja maling,"
"Musuh dalam selimut sama juga maling, Mulut bau kentut di belakang ngomong miring."
"Full-in lagi bro volumenya!" ujar Fiqri.
Malik memfullkan volumenya, hingga dentuman musiknya terdengar sampai ruang Guru. Malik ikut naik ke atas meja sambil membawa pel-an. Dan ikut bernyanyi bersama Fiqri. Viona, perempuan yang tidak suka kegaduhan dari kelasnya kini sudah siap memegang sapu, berjalan ke arah dua temannya itu.
"HEH MONYET! KESEL BANGET GUE! INI MASIH PAGI BUTA LO PADA UDAH SETEL LAGU KAYA GINI."
"GANGGU GENDANG TELINGA GUE TAU GAK?!" ucap Viona dengan geram.
"Yang lain aja biasa, kenapa lo ribet banget sih Na." sahut Fiqri tidak peduli dan lanjut bernyanyi.
Viona mencabut kabel speakernya, dan mengambil handphone milik Malik. Dengan gerak cepat dia langsung memukul bokong kedua cowo ini. "Turun gak lo berdua!" ucapnya.
"Ah elah lo, ganggu mulu!" ucap Malik. Dia ambil paksa handphonenya, kembali menyalakan musiknya. Tidak memperdulikan Viona. Kali ini lagu yang di putarnya dangdut.
"Digeboy geboy mujair, Nang-ning-nong, nang-ning-nong, Pak guli pak, bang dung ding ser." Fiqri sangat menikmati lagunya sampai-sampai menggoyangkan pinggulnya.
"YUK DI GEBOY SEMUANYA!" teriak Fiqri dengan laga seperti seorang penyanyi.
"SHEN COWO LO URUSIN DONG IH! BERISIK BANGET MULUTNYA. MASIH PAGI NIH, JANGAN BIKIN GUE STRES." teriak Viona kesal.
Fiqri menoyor kepala Viona, "Nenek sihir banyak ngomong, mending lo ke perpus aja sana." ucapnya. Viona lempar sapu ke muka Fiqri, lalu pergi keluar kelas.
Shena yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Kedua cowok ini melanjutkan konsernya di depan kelas, teman-temannya hanya bisa pasrah dengan keadaan. Tidak lama dari itu terdebgar suara langkah kaki dari luar kelas.
"Matiin goblok, ada Bu Raisa!" ujar Alvi, ketua kelas.
Bu Raisa, Guru killer dengan tubuh besar serta alisnya yang tebal menambahkan aura seramnya, kalau kata Malik seperti burung angry bird. Guru itu melangkah masuk ke kelas, tangannya yang membawa penggaris panjang. Sudah berdiri tegak di depan.
"Mampus," umpat Alvi.
"Fiqri, Malik. Sini kalian!" ujar Bu Raisa.
Fiqri sudah tertawa garing sambil berjalan ke depan. "I-iya Bu, ada apa ya?" tanyanya berlaga tidak tahu apa-apa. Malik diam tepat di belakang Fiqri, bersembunyi lebih tepatnya.
"Kalian berdua ini bener-bener ya, susah sekali di kasih tau,"
"Ibu kan sudah sering bilang, kalau pagi-pagi itu tadarus bukan malah dangdutan gak jelas,"
"Kalau mau konser jangan di sini."
"Iya Bu, maaf. Tadi Fiqri paksa-paksa Bu." ujar Malik yang langsung mendapatkan lirikan dari Fiqri yang dapat di artikan abis lo sama gue.
"Sekarang Ibu hukum kalian! Lari 5 putaran di lapangan atau--" belum selesai bicara Fiqri sudah memotong.
"Engh lari lima putaran aja bu, dari pada di pukul pake penggaris. Badan saya bisa biru, yang kemarin saja masih ada." potong Fiqri sambil menggaruk tengkuk kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARONATHYAS 2
Teen FictionKelanjutan kisah cinta Alvaro dan Nathyas yang penuh dengan lika-liku. Dengan berjalannya waktu masalah semakin berdatangan ke dalam hubungan mereka. Dan pada kenyataannya mempertahankan lebih sulit di bandingkan memperjuangkan. "Sudah saatnya melup...