Cuma teman.

110 24 4
                                    

Aksa baru saja menyelesaikan kelas mata kuliah manajemen pemasaran tepat pukul 13.00 alias waktunya makan siang. Sedari tadi di kelas memang Aksa udah gak fokus juga karena kelaparan, mikirin mau makan apa dan makan sama siapa.


Drrt drrt


Ponsel Aksa bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk.


98 Ganteng

Raka : Woi, sa. Dimana? Makan sini di tempat biasa.

Raden : Iya sini cepetan, Sa.

Raden : Ada si Aurel juga.


Melihat nama Khansa tertulis disana, Aksa pun langsung bergegas tanpa berpikir panjang.


• • •


Sesampainya di kantin langganan geng 98, Aksa bisa melihat Raka yang lagi makan mie ayam, Aurel lagi nyemil cimol sambil nugas depan laptop dan Raden yang seperti biasa, mainan sama kucing. Duh.


"Oi" Sapa Aksa yang langsung duduk disebelah Aurel.

"Dateng juga lu" Kata Raden

"Betah amat dikelas, Sa. Tumben." Ledek Aurel

"Gue ketahan di kelas. Lagian jam 12.30 biasanya itu dosen udah keluar kelas, ini tumben betah banget."

"Oalah, kirain gue lu udah mulai ngambis" Aurel pun tertawa yang diikuti oleh Raka dan Raden juga.

"Kemungkinan buat Aksa ngambis terlalu kecil, Re. Paling kalo gak ketahan dosen dia udah main sama dedek-dedek maba." Bonus ledekan lagi dari Raka

"Apaan? Kok bahas maba?" Sahut Raden yang tadinya lagi asik main sama kucing mulai tertarik dengan perbincangan teman-temannya itu.

"Yaelah, Den. Maba-nya bukan maba jurusan ilmu gizi yang itu kali."

"Lo gerak yang cepet makanya, Den. Udah berapa bulan ini masa gak ada progressnya." Kata Aksa yang udah ikutan nyemil cimol punyanya Aurel.

"Ngaca dulu dah lo. Emang lo udah ada progress apaan, Sa? Udah berapa semester ini masih aja dianggap temen."

"B*****t"

Habis itu Raden dan Raka puas banget ngetawain temennya sendiri. Aksanya cuma bisa ngelus dada, berusaha sabar atas kelakuan temennya yang suka gak ada akhlak. Padahal si oknum yang anggep Aksa temen aja ada persis disebelahnya.

"Ngomongin apasih kalian? Berisik anjir. Deadline tugas gue tinggal sejam lagi tau." Aurel yang sedari tadi terlalu fokus sama laptop pun kini mengalihkan perhatiannya ke tiga laki-laki yang daritadi sibuk ketawa-ketawa doang.

"Itu, Re. Masa gue dibilang suka deketin maba. Padahal kan enggak."

"Yeee, malah ngadu sama si Aurel." Kata Raka dan Raden kompak.

"Lah? Itu mah fakta dong. Ya kan, Raden? Raka?"

Raden sama Raka cuma angguk-angguk kepala. Tanda kalo mereka juga setuju dengan pernyataan Aurel.

"Ngarang aja lo pada"

"Gak ada yang ngarang, Sa. Gue bekata kaya gitu juga kan berdasarkan hasil pengamatan."

"Berarti hasil pengamatan lo salah, Re. Harus diuji ulang."

"Coba lo jelasin deh, gue salah dibagian mananya?" Aurel kini duduk menghadap Aksa, tangan dilipat di depan dada. Begitu pula Aksa, duduk menghadap Aurel dan memerhatikan lawan bicaranya dengan serius. Sedangkan Raden dan Raka cuma bisa merhatiin kedua temennya lagi berdebat sambil menyeruput es teh, merasa sial sekali karena harus terjebak disituasi seperti ini. Rasanya pengen menghilang aja gue jir, kata Raden dan Raka dalam hati.

"Salah banget, Re." Aksa mulai membuka mulut. Suaranya terdengar sangat serius. Aneh, padahal yang dibahas juga masalah yang gak penting-penting amat, ya kan?

"Soalnya gue lebih tertarik deketin anak sastra inggris yang lagi duduk di depan gue sekarang ketimbang maba-maba itu."

"PFFFT"

Itu suara Raden sama Raka yang hampir nyemburin es teh gara-gara perkataannya Aksa. Aduh gusti mau pulang beneran, kata Raden dan Raka dalam hati. Lagi.

"Hah?! Stress kali lo, Sa." Aurel yang memang galak langsung aja nampol mukanya Aksa pake buku. Untungnya sih gak tebel-tebel banget bukunya...

"Udah ah gue balik duluan, ada kelas nih. Dah!" Kata Aurel pamit ke mereka bertiga sambil membawa laptop, buku-bukunya dan juga perasaan Aksa. #hiya

Aksa terdiam. Masih mencerna apa yang barusan terjadi. Dihantam buku kuliah lumayan juga buat Aksa sampai gak bisa mikir untuk berapa saat.

Raka dan Raden pun bangun dari kursi dan menghampiri Aksa.

"Yang sabar, Sa. Masih dianggap sebatas temen." Kata Raka sambil menepuk bahu temannya lalu pergi.

"Usaha lebih keras lagi, Sa. Semangat." Kata Raden yang juga ikutan menepuk bahu temannya lalu pergi.

Tiga semester deket sama Aurel masih aja kejebak friendzone. Kasihan Aksa.

Kita doain aja semoga kedepannya Aksa dan Aurel ada progress yang bagus, betul tidak?

sembilan delapan ganteng // leeknow donghyun juyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang