Hari itu Aksa baru saja mengeluarkan motornya dari kontrakan. Ia pun menaiki motornya, berniat menyalakan mesin motor vario hitamnya, tiba-tiba seorang gadis dengan rambut panjang sepunggung yang sedikit berantakan -belum sempat sisiran Aksa tebak- sudah berdiri di depan motornya.
"Maaf mungkin kita gak saling kenal tapi boleh gak gue nebeng naik motor sampe ke gedung FIB? Please? Kelas gue dimulai 5 menit lagi, kalau jalan pasti gue telat. Gue mohon banget."
Aksa masih menatap kebingungan gadis di depannya yang kini sudah memasang wajah memohon sekaligus panik. Untungnya sikap suka menolong sesama dari bunda Ranti turun ke Aksa, jadi Aksa dengan mudah mengiyakan permintaan gadis itu. Toh Aksa juga ngelewatin FIB nanti.
"Iya boleh kok. Gue kebetulan juga lagi gak buru-buru."
"Beneran nih??!" Permpuan tadi pun langsung memekik kegirangan.
"Iya, beneran. Gak mau naik? Katanya kelas lo 5 menit lagi mulai?"
"Oh iya! Astaga. Okay okay."
Begitu gadis tersebut naik ke motor, Aksa pun bergegas menjalankan motornya mengingat gadis yang ia bonceng sudah hampir terlambat kelas.
Diperjalanan tidak ada yang berbicara karena Aksa sibuk menyetir dan si gadis yang terlambat sibuk mengecek jam di ponsel pintarnya. Kurang dari 5 menit mereka pun sampai di depan FIB.
"Makasih ya atas tumpangannya. Makasih banget! Lo bener-bener penyelamat gue." Kata gadis itu begitu turun dari motor Aksa.
Aksa cuma menggangguk. Kaget sebenarnya, jiwa introvertnya tidak semudah itu berkomunikasi dengan orang baru. "Gak langsung ke kelas? Tadi katanya telat?"
Gadis itu melihat jam di ponselnya lagi dan menepuk jidatnya. "Ah iya! Bener juga lo. Gue langsung ke kelas deh ya? Makasih!"
"Nama gue Aurel, yang ngekos di depan kontrakan lo. Nanti malem janji gue traktir lo makan. Inget inget ya? Okay?" Kata gadis yang baru diketahui namanya oleh Aksa. Ia berjalan mundur sambil sedikit berteriak, memastikan agar Aksa mengingat janjinya itu.
Ada ada aja ini cewek. Pikir Aksa.
• • •
"Woi Aksa! Tadi pagi gue liat lo di depan gedung FIB, habis nganter siapa tuh?"
Itu Raden, datang-datang ke kontrakan udah membuat keributan. Sedangkan Aksa-nya sedang duduk di ruang tengah, masih asik menonton video di ponsel pintar kepemilikannya.
"Salah liat kali lo, Raden." Saut Donghyun begitu ia duduk di sofa, membawa segelas kopi yang baru ia seduh.
"Serius. Gue hapal kali ya helm kuningnya si Aksa. Kan mencolok banget. Mana mungkin gue lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
sembilan delapan ganteng // leeknow donghyun juyeon
Novela JuvenilSembilan Delapan Ganteng : (n). Kalau dilihat ganteng, kalau diperhatiin gendeng. + cerita versi lokal berlatar belakang kota depok + menggunakan lee know, donghyun, dan juyeon sebagai visualisasi + bahasa baku-tidak baku, campuran, sesuai mood penu...