Prolog

1.3K 47 43
                                    

"Kamu bener ga mau ikut?" Tanya Isabel memastikan anaknya.

"Iya, Alanda mau istirahat di rumah aja mah. Mamah berdua aja sama papah, sekalian mengenang masa - masa dulu sebelum ada Alanda," ucap gadis itu sambil terkekeh menggoda orang tuanya.

"Kita kemungkinan bakal lama loh Nda," ucap Robi kembali memastikan keputusan anaknya itu.

"Iya bener ya ampun, harus berapa kali Nda ngomong," ucap gadis itu sembari menepuk jidatnya. "Lagian itu acara reuni angkatan mamah dan papah, Nda mau ke sana juga ngapain, pasti anak anak mereka juga ga ada yang ikut acara begituan," lanjutnya.

"Ya sudah, kak titip Alanda ya," ucap Isabel kepada Teguh yang tak lain adalah kakak kandungnya.

Teguh sedang menginap di rumah Isabel karna dia berniat untuk merantau. Karna belum mendapat pekerjaan jadi dia menumpang sementara di rumah Isabel.

Alanda memandang mobil orang tuanya yang semakin menjauh, setelah itu Teguh mengajaknya untuk masuk.

"Mas, perasaan aku kok ga enak ya," ucap Isabel kepada suaminya setelah pergi meninggalkan Alanda bersama omnya.

"Gugup doang kali, udah lama ga ketemu temen-temen," balas Robi santai.

"Engga mas, perasaanku bener bener ga enak."

Robi menggenggam tangan Isabel, "Udah ya, jangan pikirin yang macem macem. Kitakan mau seneng seneng." Robi mencoba menenangkan istrinya itu.

Sementara itu, di rumah, Alanda memilih untuk masuk kamar, mengerjakan tugas sembari mendengarkan lagu kesukaan. Meja belajar yang tepat menghadap jendela membuat suasana menjadi nyaman, dengan angin malam yang berhembus lembut, menerbangkan tiap helai rambut Alanda. Wajah manisnya terlihat semakin indah di bawah sinar rembulan.

Senyum manis, kulit sawo matang, hidung mungil ditambah bulu mata lentik membuatnya terlihat cantik. Alanda termasuk murid yang pintar di kelasnya. Hal itu membuat beberapa anak laki laki di kelasnya menyukainya, tak terkecuali kaka-kaka kelasnya.

Tetapi Alanda tidak pernah berminat untuk pacaran, dia lebih memilih untuk berteman dan ingin fokus belajar saja. Karna menurutnya, pacaran akan membuatnya tak fokus belajar, membuatnya tak ada waktu karna terus chattingan dengan pacarnya itu, membuatnya tak konsen karna terus memikirkan apakah pacarnya setia atau tidak, membuatnya gugup dan malu apabila sedang melakukan praktek di depan kelas dan masih banyak kemungkinan yang akan membuat belajarnya menjadi tak efektif.

Alanda juga type orang yang mudah bersosialisasi dan ramah, karna itu ia memilik banyak teman. Namun, ia hanya memiliki satu sahabat yaitu Dinda, mereka sudah berteman juga bertetangga sejak kecil. Mereka selalu sekolah di tempat dan kelas yang sama dan tentu saja 1 bangku. Orang tua merekapun selalu berhubungan dengan sangat baik, tak jarang keluarga mereka berlibur bersama. Jadi, kebayangkan Alanda dan Dinda sedeket apa?

Melihat ada notif masuk, Alanda langsung mengecek hpnya.

["Tugas udah selesai Nda?"]

["Udah dong"]
["Emang lu"]

["Enak aja! Gw juga udah tau"]

["Kesambet apa lu kaga nyontek gw?"]
["Eh tidur di sini dong"]

["Lain kali aja deh, mager gw ke sononya"]

["Din, rumah lu tuh depan rumah gw.
Tinggal nyebrang apa susahnya Jenab"]

["Susah ngumpulin niatnya!"]
["Udah ah gw mau tidur duluan, ngantuk banget, bye mwah"]

KORBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang