4

355 14 0
                                    

"Alanda? Bangun sayang." Isabel mengusap kepala anaknya lembut. "Ayo siap-siap sekolah, ada yang nungguin tuh," lanjutnya.

Alanda bangun dan meregangkan otot-ototnya.

"Cepet mandi sana, udah ditungguin." Isabel pun beranjak pergi meninggalkan anaknya yang masih dalam proses pengumpulan nyawa.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06:30, Alanda bergegas mandi dan siap-siap karna takut telat. Masih ingatkan sekolah Alanda masuk jam berapa?

Hari Rabu adalah jadwalnya untuk memakai seragam kotak-kotak. Alanda suka sekali seragam itu, atasan putih dengan list di bagian ujung tangan bermotif kotak-kotak berwarna pink dan dilengkapi dengan dasi pendek semotif, serta rok pendek dengan motif yang sama sukses membuatnya terlihat sangat manis.

Ia menguncir kuda rambut panjangnya, tak betah bila harus menggerai rambutnya. Tak peduli dengan rambut aesthethic seperti wanita lainnya, ia lebih memilih melakukan hal yang membuatnya nyaman.

Tak perlu memoles wajahnya dengan riasan yang tebal, cukup bedak tabur dengan sentuhan sedikit lipbalm semakin membuat dirinya terlihat sempurna.

Setelah siap, ia pun turun untuk sarapan.

"Sorry ya Din, lam ...." Alanda tercengang saat melihat siapa yang menunggunya.

"Cepet sini sarapan Nda, malah bengong di situ," seru Isabel yang sudah siap di meja makan.

"Iya nih Alanda lama," sahut Robi sambil terkekeh. "Udah ditungguin dari tadi tuh sama-"

"Alandaaaa." Dinda datang dan masuk tanpa mengetuk pintu, karna hubungan keluarga mereka sudah terlalu dekat, kadang Dinda dan Alanda memang seperti itu. Dinda ikut terkejut melihat siapa yang ada di meja makan.

'Kak roger? Ada di sini?' batinnya.

"Ah Dinda, ayo cepet sini pada sarapan, nanti pada telat loh," ucap Isabel memecah keheningan.

Alanda memilih duduk di samping mamahnya, agar Dinda bisa duduk di samping Roger. Alanda merasa kesal dan bingung dengan Roger yang nekat itu, dia tau alamat rumahnya dari mana?

Mereka pun mulai menyantap sarapan yang sudah dihidangkan. Nasi goreng dengan telor mata sapi setengah matang yang disiapkan dipiring terpisah habis sedikit demi sedikit. Tak ada percakapan, hanya ada bunyi sendok yang bersentuhan dengan piring. Robi yang merasa tak nyaman dengan situasi tersebut memulai pembicaraan.

"Nak Roger ini, siapanya Alanda?"

Alanda sontak melirik kepada Isabel, Isabel baru menyadari bahwa ia belum bercerita soal cerita cinta antara Roger, Dinda dan Alanda (bukan judul ftv).

"Calon pacar om," jawab Roger sambil cengengesan.

"Wah wah, calon toh, kirain udah jadi," goda Robi sambil melirik ke anaknya.

Isabel melirik Dinda, tampak sekali dari raut wajahnya kalau ia merasa sakit hati.

"Kalo udah sarapannya cepet berangkat gih, udah siang tuh," ucap Isabel memotong pembicaraan Robi dan Roger.

Setelah selesai, Alanda, Dinda dan Roger pun berpamitan, orang tua Alanda mengantar mereka sampai pintu depan.

"Eum Din, gw bawa motor." Roger tak tahu jika rumah Dinda dan Alanda dekat, Roger juga tak tahu jika Dinda dan Alanda suka berangkat bersama.

"Oh, iya gw naik angkot aja," ucap Dinda dengan senyuman terpaksa.

"Gw juga, kalo gitu," sahut Alanda.

"Gw juga deh," ujar Roger.

"Loh kamukan bawa motor Ger?" tanya Robi bingung.

"Titip dulu deh, bolehkan tante?" tanya Roger kepada Isabel, yang dibalas anggukan dan senyuman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KORBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang