Sesampainya di depan pagar rumah Nadine, Alex merogoh kunci dari dalam saku tas Nadine. Setelah berhasil menemukannya, ia menggendong Nadine masuk.
Alex membuka kunci rumah lalu segera menuju kamar tidur Nadine. Ia membaringkan Nadine dengan perlahan. Diamatinya gadis yang sedang lelap dalam tidurnya itu. Sesekali ia mengelis rambutnya dengan lembut. Bibir Nadine berbau alkohol. Ia tidak suka. Ingin rasanya ia hisap bau itu namun sekuat hati ia menahan keinginan itu. 'Nadine tidak boleh seperti ini terus. ' pikir Alex.Alex bangkit dari posisi duduknya di ranjang. Ia mencari ponsel dari dalam tas yang dikenakan Nadine tadi. Setelah itu ia mencoba mengingat kata sandi ponsel itu. Ia yakin pernah melihat Nadine memasukkan kata sandinya. Benar, kata sandinya tanggal dan bulan lahir Nadine. Ia kemudian mendownload aplikasi mata-mata. Sekarang ia dapat memantau dimana keberadaan Nadine, isi percakapan whatsapp dan juga percakapan teleponnya. Mungkin Nadine akan marah jika mengetahui hal itu tapi Alex tidak peduli. Ia harus melindungi gadis itu.
*
Keesokan harinya Nadine bangun dengan kepala yang sangat pusing. Ia mencoba mengingat kejadian semalam. Ia meminum segelas miras lalu setelahnya ia tidak ingat lagi. Bagaimana caranya pulang? Apakah Rico yang mengantarnya?
Nadine kemudian turun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi. 10 menit kemudian ia keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk di badannya.
Krompyang! Sebuah panci terjatuh. Nadine terkejut lalu menoleh ke asal suara.
"Hah? Kok kamu disini? " tunjuk Nadine.Alex sangat terkejut. Wajahnya bersemu merah melihat Nadine yang hanya berbalut handuk keluar dari kamar mandi.
"Aku yang bawa kamu pulang," jawab Alex berusaha menguasai diri. "Hei, cepat pakai bajumu! "
Nadine tersadar. Ia segera berlalu masuk kamar tidurnya.
'Apa-apaan itu? ' batin Alex. Jantungnya berdetak cepat. Ia butuh air minum. Ia segera meneguk segelas air putih di meja dapur.
*
Nadine keluar dari kamarnya dengan baju lengkap. Kaos pink dan rok selutut.
"Hei, kok kamu bisa ada disini? " katanya sambil menghampiri Alex yang tengah menyiapkan sarapan.
"Kan tadi malem aku bilang mau nyusul kamu ke klub X. Coba baca lagi whatsappmu, " jawab Alex sambil menata meja makan.
Nadine berusaha mengingat.
"Rico tau kamu yang bawa aku pulang? " tanya Nadine lagi.
"Nggak. Sebaiknya dia gak tau. Aku males jawab pertanyaan gak bermutunya, " kata Alex.
Nadine mengangguk tanda mengerti.
"Lain kali kalo dia ngajak kamu ke klub, kamu harus tolak dengan tegas, " kata Alex sambil memandang wajah Nadine.
"Semalem dia cuma ngajak aku ngedate, aku gak tau kalo ternyata dia ngajak ke klub, " terang Nadine.
"Kalo gitu tiap dia ngajak jalan, kamu tolak, " kata Alex.
"Pengennya sih begitu, tapi kalo dia lapor Papa bisa gawat, " kata Nadine.
"Emangnya Papamu bakal ngapain? " tanya Alex penasaran.
"Pastinya bakal marah," jawab Nadine sambil mengedikkan bahu.
"Cuma marah aja kan? Bisa kamu dengerin sebentar habis itu kamu lupakan, " kata Alex cuek.
Nadine terdiam. Alex benar. Kenapa selama ini ia selalu mematuhi semua perkataan Papanya tanpa membantah? Ia selalu takut Papanya marah. Padahal ia hanya perlu mendengarkannya sebentar lalu melupakannya.
"Nad, kamu marah aku bilang seperti itu? " tanya Alex khawatir.
Nadine tersadar dari lamunannya.
"Nggak kok, kamu bener. Aku akan lakuin yang kamu bilang, " jawab Nadine cepat.
Alex tersenyum lalu mengajaknya makan.
"Sebentar lagi aku pulang. Aku harus cepet-cepet ganti baju terus ke kantor, " kata Alex sambil melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 6.30 wib.
"Oke. Makasih ya Lex, " kata Nadine.
"Kamu gak kerja hari ini? " tanya Alex.
"Kerja. Aku masuk shift siang sampe malem, " jawab Nadine.
"Oke kalo gitu nanti malem aku mampir ke toko, " kata Alex. Ia kemudian berpamitan pulang.
*
Malam itu Alex mampir ke toko roti tempat Nadine bekerja. Dilihatnya gadis itu sedang melayani para tamu yang datang. Ketika melihat Alex datang, Nadine tersenyum dan berbisik dari kejauhan 'tunggu'begitulah bahasa bibir yang dibaca Alex. Pemuda itu mengangguk sambil tersenyum. Ia sendiri sudah mendapatkan pesanannya dari pramusaji yang lain. Secangkir kopi dan sebuah roti coklat berada di atas mejanya.
Saat sedang menyeruput kopinya, seorang wanita paruh baya menghampirinya.
"Boleh duduk disini? " tanya wanita itu.
Alex mengenalnya sebagai Tante Nina. Pemilik toko roti itu.
Alex mengangguk dan mempersilahkan wanita itu duduk.
"Kamu pacarnya Nadine? " tanya Tante Nina.
Wajah Alex bersemu merah.
"Bukan, Tante. Saya cuma sahabatan sama Nadine, " kata Alex cepat.
"Ooohh..." wanita itu tertawa. "Kamu sering kesini, Tante pikir kamu pacarnya, " lanjut wanita itu.
Alex hanya tersenyum malu.
"Nadine itu pekerja keras. Dia juga baik hati, " kata Tante Nina sambil mengamati Nadine yang sedang sibuk bekerja.
Alex hanya mengangguk setuju.
"Setengah tahun yang lalu, waktu Nadine baru sebulan kerja disini Tante hampir bangkrut, " lanjut Tante Nina. "Tante gak bisa bayar gaji pegawai karna toko ini sepi. Tante sudah berpikir untuk menutup toko ini dan menjualnya. Tapi Nadine melarang Tante melakukan hal itu. Dia bilang akan mencari bantuan, "
Alex terkejut. Nadine tidak pernah membicarakan hal itu padanya.
"Ternyata Nadine itu anak pengusaha kaya di Jakarta. Ayahnya punya usaha properti dimana-mana. Nadine meminjam sejumlah uang dari ayahnya untuk membantu Tante, "kenang Tante Nina.
"Ayahnya setuju begitu saja?" tanya Alex penasaran.
"Walaupun kaya raya, uang yang diminta Nadine itu cukup besar lho, Nak. Gak semudah itu disetujui ayahnya Nadine, " lanjut Tante Nina.
"Terus? " tanya Alex semakin ingin tahu.
"Ayahnya baru menyetujui setelah Nadine berjanji mau menikah dengan pria yang akan dijodohkan ayahnya nanti, " kata Tante Nina.
Alex terkejut kemudian lemas. Sekarang ia tahu kenapa Nadine susah menolak perjodohan itu.
"Tante sudah memberi beban pada anak malang itu. Tante merasa bersalah, " mata Tante Nina berkaca-kaca. "Nadine bilang gak apa-apa. Dia bilang Tante sudah seperti ibunya sendiri, " setitik airmata mengalir di pipinya yang keriput.
"Tante jangan sedih. Nadine itu orangnya tulus, " hibur Alex.
Tante Nina hanya mengangguk. Ia kemudian undur diri karena tidak mau Nadine melihatnya menangis.
Setelah menghabiskan roti dan kopinya, Alex keluar dari toko. Ia berjongkok sejenak untuk mencerna semua percakapannya tadi dengan Tante Nina."Ada apa? " tanya Nadine yang tahu-tahu sudah berjongkok juga di hadapan Alex. Wajahnya terlihat khawatir.
"Gapapa kok," kilah Alex.
"Beneran? Kamu lagi sakit?" tanya Nadine memastikan.
"Gak kok. Cuma lagi jenuh aja sama pekerjaan kantor, " kilah Alex.
"Mau jalan-jalan? Aku pengen ke toko buku, " ajak Nadine.
"Oke deh, " kata Alex. Ia lalu berdiri. Nadine juga ikut berdiri. Keduanya pun berboncengan dengan motor Alex. Hari ini Nadine sengaja tidak membawa motor karena ia tahu Alex akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Menyapa [TAMAT]
RomanceAlex Hengkara adalah seorang pria workaholic berusia 30 tahun yang tidak percaya pada cinta dan tidak pernah punya ketertarikan pada wanita manapun. Nadine Kusuma Wardani seorang gadis berusia 25tahun yang memilih hidup mandiri, jauh dari keluarga...