Rico

4 0 0
                                    

Sudah seminggu Rico mencoba menghubungi Nadine tetapi tidak pernah direspon. Ia juga pergi ke rumah Nadine tetapi tidak pernah bertemu gadis itu. Entah gadis itu pergi atau bersembunyi di dalam rumah. Rico kesal. Baru kali ini ia diabaikan seorang wanita. Sore ini ia bertekad menunggu Nadine di depan rumah gadis itu.
Sore hari saat ia pulang kantor, ia melihat sosok gadis berambut panjang kecoklatan keluar dari rumahnya. Ia mengenakan blus merah bata dan celana jeans panjang.
Rico hendak keluar dari mobil avanzanya ketika dilihatnya seorang pria datang dengan motor ninjanya.
Nadine tersenyum riang menyambut pria itu. Rico belum pernah melihat Nadine tersenyum seperti itu padanya. Ia jadi penasaran siapa pria yang bertemu Nadine? Sepertinya ia tahu. Ia mengamati pria yang sedang melepas helmnya. Rico membelalakkan mata.
Brengsek! Itu kan Alex! Wah, jadi Alex menikungnya dari belakang? Padahal selama ini Alex seperti tidak tertarik pada wanita. Dasar cowok licik! Pikir Rico. Ia kesal sekali. Namun kali ini ia akan mengamati terlebih dahulu. Rupanya ia harus lebih pandai lagi mendekati Nadine.
*
Keesokan harinya, Nadine baru saja pulang dari toko roti. Ia membuka pagar rumahnya dan segera memasukkan motor. Ketika hendak masuk ke rumahnya, ia dikejutkan sebuah suara.
"Hai Nad, " sapa Rico.
Nadine terkejut hingga kunci yang dipegangnya terjatuh. Ia tidak tahu harus berkata apa.
Rico memungut kunci itu dan menyerahkannya pada Nadine. Ia juga menyerahkan sebuket bunga mawar merah yang disembunyikan dari balik punggungnya pada Nadine.
"Kaget ya? " kata Rico seraya tersenyum.
Nadine hanya mengangguk. Ia menerima bunga dan kunci yang diberikan Rico.
"Boleh aku masuk? " tanya Rico.
Nadine menggelengkan kepala.
"Wah, jahat banget. Kalo gak boleh masuk, kita jalan aja yuk, " bujuk Rico.
"Maaf saya capek,mau langsung istirahat, " jawab Nadine dingin.
"Kamu menghindar dari aku kan?" tanya Rico.
"Kalo iya,emang kenapa? " tantang Nadine.
"Memang salahku apa? Waktu itu kamu pulang dari klub tanpa pamit. Kamu juga gak kasih kabar. Kamu gak merasa bersalah sama aku? " cecar Rico.
Nadine terdiam.
"Ric, sebenernya saya tidak tertarik dengan perjodohan ini. Saya berencana ngomongin hal ini sama Papa. Jadi lebih baik kita berhenti bertemu ya, " kata Nadine memberanikan diri.
"Gak bisa gitu. Aku punya tiket ini, " kata Rico. Ia menunjukkan 2 tiket maskapai penerbangan.
"Apa itu? " tanya Nadine.
"Tiket pesawat ke Bali. Papa kamu yang transfer uangnya. Katanya biar kita bisa saling dekat, " Rico tersenyum penuh kemenangan.
"What? Saya gak percaya! " kata Nadine kesal.
"Kalo gak percaya telpon aja Papamu. Besok aku jemput jam 7 pagi. Siapin barang-barangmu ya, " Rico mengedipkan mata kirinya lalu pergi.
Nadine mulai gusar.
*
"Halo, " sapa suara di ujung telepon.
"Papa beli tiket buat aku sama Rico ke Bali? " tanya Nadine tanpa basa-basi ditelpon.
"Iya. Rico bilang kamu susah ditemui. Dia pengen kenal kamu lebih jauh. Makanya Papa kasih kalian trip ke Bali supaya semakin dekat, " jelas Papanya.
"Ini gila. Dia kan cowok Pa. Kita juga belum nikah, " terang Nadine.
"Jaman sekarang udah gak kayak dulu kan. Papa ini modern. Lagian Papa tau kalian pasti ngerti batasan. Sudah jangan membantah!"
"Aku gak suka Rico,Pa. Aku gak mau dijodohin sama Rico, " jelas Nadine kesal. Dalam hati ia berdoa supaya Papanya mau mengerti.
"Kamu itu membangkang terus! Kamu sama kayak Mamamu. Dulu Mamamu keras kepala. Sekarang kamu juga kayak gitu. Udah disekolahin tinggi-tinggi, diluar negri pula. Ujung-ujungnya jadi pelayan toko. Dipilihkan calon suami dari keluarga baik-baik, keluarga terhormat, kerjanya sudah mapan gak mau. Kamu mau jadi apa? " cecar Papanya ditelpon.
"Pa, aku udah besar. Aku bisa mengatur hidupku sendiri, " Nadine berusaha menjelaskan.
"Oooo.... Jadi kamu sudah lupa janji kamu waktu minta duit 1M itu? Kamu pikir kekayaan Papa ini bukan dari hasil kerja keras? Kalo gitu Papa bisa langsung tutup Toko Roti sialan itu, " ancam Papa Nadine.
"Jangan Pa, " Nadine memohon. Ia tidak bisa melihat Tante Nina sedih.
"Kalo gitu kamu turuti kata-kata Papa. Kamu itu mau Papa bahagiakan," tekan Pak Priyo.
Akhirnya Nadine menurut. Ia kemudian mematikan telpon. Nadine menangis. Kenapa ini tidak semudah perkataan Alex?

  Kenapa ini tidak semudah perkataan Alex?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Ketika Cinta Menyapa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang