Aku tidak mengharapkan apapun di sini,
Sudah ditunggu, seorang bidadari cantik di langit
Tapi, rasanya berbeda ...
Saat berjumpa denganmu
Seakan aku melihat bidadari ituBahkan, bayangmu memakiku
Keterlaluan begitu katanya,
Jika, masih ada di dunia, mengapa harus menunggu bertemu di langit?
Tuhan menciptakanku dari rusukmu, lalu menghilang ...
Kini, aku menanti untuk ditemukan!Ketika kamu memanggilku ...
Aku menjawab tegas!
Mungkin aku harus berteriak dihadapanmu!
Kamu bukan rusukku!
Aku tau, kamu hanya seperti bidadari ...
Tapi bukan bidadariku
Karena, rusukku yang hilang itu ...
Sudah merapuh, dan keropos
Dan, meninggalkan dunia ini.Jangan pernah menipu lagi ...
Wahai hati, aku ingatkan, sudah cukup sekali
Dan, tidak akan pernah terjadi lagi!#JalaludinElRumi
❤❤❤
Pagi ini terasa begitu tegang. Entah, matahari menyengat begitu terik membuat suasananya terasa begitu panas. El sedang menikmati sarapannya, roti tawar dengan selai coklat, ditemani secangkir kopi panas yang masih mengepul.
"Pagi yang indah, El," sapa Alif, membuat El sedikit terkejut dan meletakkan rotinya kembali di piring.
"Hei," jawabnya sedikit gugup, "bagaimana?" tanyanya terlihat penasaran.
"Tenang, gua siapkan penjagaan ketat buat dia," katanya dengan tersenyum tenang, lalu Alif mengeluarkan beberapa lembar kertas dari ranselnya dan memberikannya pada El, "dan, ini tentang wanita itu," katanya.
"Terima kasih," El mengambil kertas itu penasaran, entah, hal pertama yang dia lihat adalah orang tuanya. Meskipun Ibu Behnaz sudah mengatakan bahwa wanita itu bukan saudaranya, rasanya dia masih harus melihat sekali lagi, meyakinkan dirinya sekali lagi bahwa dia bukanlah adiknya.
"Santai, Men," Alif tertawa, "dia bukan saudara lo," katanya melanjutkan tawanya, "lo bisa nikahin dia, kalau memang beneran tertarik," lanjutnya, dengan mengangkat sebelah alisnya, menggoda.
"Sssst ..." El langsung meminta Alif untum diam, terlalu berisik di pikirannya, dia tak mau itu terjadi. Semua bisa terjadi di dunia ini, mungkin saja Keyla adalah saudaranya, dia hanya anak angkat dari orang yang ditulis di kertas ini, "dia hanya tinggal bersama neneknya?" tanya El masih membuka lembar demi lembar hasil laporan Alif.
"Iya," jawabnya, "dan neneknya sedang menjodohkannya dengan seseorang."
El mengangkat kepalanya menatap Alif ingin tau, "Siapa?""Gua rasa itu laporan tidak penting," katanya dengan berdecak, membuat El sadar tentang pertanyaannya, dan kembali menatap pada kertas di depannya, "gua mulai gak yakin, kalau lo gak ada hati sama gadis ini," kata Alif terdengar serius.
El menyipitkan matanya, "Ini bukan urusanmu," jawab El memperingatkan.
"Ya, gimana gua gak heran, yang bikin rencana aja lo minta berdua sama gua, nah, pas nentuin wanitanya, lo tiba-tiba udah ada gitu,” Alif masih mencoba mempertanyakan ini, tapi, senyum manisnya dibalas El dengan tatapan tajam, seakan ingin mengingatkan ini bukan urusannya, “yah, setidaknya, kalau gadis ini beneran calon istri lo, semua akan menjadi lebih mudah dijalani, kan?" katanya masih melanjutkan prasangkanya sambil menahan tawanya melihat wajah El yang semakin marah, "tidak ada kebohongan," lanjutnya lagi.
"Aku ingin fokus, kamu bisa pergi dulu," katanya, tanpa melihat Alif.
"Hmm, mengusir dengan sangat halus," jawab Alif, “saran gua, kunjungi psikiater, lo sakit, Men!” lalu dia pergi, entah dia pergi kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL (COMPLETED)
RomanceSinopsis : Takut jatuh cinta? Fobia jatuh cinta atau philophobia adalah ketakutan seseorang untuk jatuh cinta, mungkin terdengar sedikit aneh, tapi itu benar terjadi pada beberapa orang di dunia ini, termasuk Jalaludin El Rumi. Orang tuanya bercera...