Tersesat

757 10 0
                                    


Aku tidak mengira tujuan refreshing akan menjadi petaka seperti ini. Tersesat di gunung sendirian. Kehilangan jejak teman-teman mu. Ku pikir tadi pilihan ku sudah benar , tidak mau merepotkan teman-teman ku jadi aku memilih menali sepatu sendiri. Di urutan paling belakang. Tanpa tau ternyata aku tertinggal. Matahari sudah akan beranjak , tapi aku tidak tau harus kemana.

Sampai aku menemukan 1 tenda warna kuning tidak jauh dari penglihatan ku. Tidak pikir panjang , aku memilih mendekati nya. Semakin dekat terlihat ada 1 mas-mas sedang masak mie instan. Iya dia sendirian. Tidak tau bagaimana bisa seberani itu. Mungkin dia sudah pro , berbeda dengan ku.

" Permisi mas? " Ucap ku dengan suara sedikit bergetar. Cuaca cukup dingin. Sudah cukup tinggi walaupun masih jauh dari puncak.

" Eh iya mba , gimana? Tersesat ya? " Tebak nya sebelum aku menjawab. Jadi akhirnya aku hanya mengangguk kaku.

" Eh pasti dingin , sini-sini masuk aja gapapa. Aku masih nunggu temen-temen jadi bikin tenda disini dulu " Jelasnya tanpa aku minta. Segera setelah dia menggeser duduknya , aku duduk di sebelahnya.. dan mulai melepas sepatu ku.

" Namanya siapa mas? " Ku buka pembicara setelah selesai melepas sepatu ku , daripada canggung pikir ku.
" Andika , mba nya namanya siapa? "
" Ana mas "

Hening , sampai tiba-tiba turun hujan. Segera saja dia membereskan acara masak-masak nya. Aku refleks membantu nya. Begitu selesai dan memastikan semua barang sudah di dalam mas Dika menutup kancing tenda. Makin merasa canggung lah aku.

" Ini di makan , kamu pasti laper. Ayo bareng sama aku " menyadari tingkah kaku ku dia berinisiatif menawarkan mie instan yang tadi di buatnya.

" Masih kenyang mas , tadi di basecamp makan dulu " ku tolak secara halus. " Yaudah aku makan dulu ya " ku anggukan saja kepala ku.

Hujan semakin deras. Tiba-tiba terdengar suara petir seakan menyambar sesuatu. Aku yang kaget refleks menutup telinga ku. Berusaha meredam tangis begitu teringat akan kenangan buruk di masa lalu berkaitan dengan petir. Tubuh ku bergetar hebat , berusaha menutupi nya aku mencoba menghilangkan berbagai macan pikiran buruh yang tiba-tiba hadir di benak ku.

Tapi seakan hari ini hari sial ku , tiba-tiba terdengar petir yang seakan-akan menyambar persis di samping ku , keras sekali suaranya. Aku yang sudah sedikit tenang kembali bergetar hebat , lebih hebat dari yang tadi. Yang lebih mengejutkan , tiba-tiba kurasakan tangan kokoh yang hati-hati sekali mulai memeluk ku. Ini pasti mas Dika , siapa lagi.

" Sstt , tenang.. gapapa. Sebentar lagi juga reda " nyaman , sebenernya ini yang aku butuhkan. Tidak peduli siapa , yang jelas aku butuh pelukan ini. Tapi nyatanya hampir 1 jam hujan belum juga reda. Hari mulai gelap.

Mas Dika masih dengan sebelah tangan yang memeluk ku mencoba mencari senter atau apalah itu yang jelas tidak lama kemudian ada seberkas cahaya di dalam sini. Aku sudah agak tenang. Dan juga enggan untuk melepaskan pelukan nyaman ini. Tidak lama kemudian aku mengangkat kepalaku yang daritadi menunduk.

" Sudah mendingan? " Begitu menyadari pergerakan dari aku.. mas Dika dengan cepat menoleh ke arah ku dan bertanya. Dan ku jawab dengan anggukan saja.

" Ini cuma ada 1 sleeping bag , buat berdua muat kok. Gapapa kan 1 sleeping bag? "
Dengan hati-hati mas Dika bertanya padaku. Dan masih tidak melepaskan pelukannya. Entah sadar ataupun tidak.

" Gapapa mas , aku makasih banget uda di bolehin numpang. Apalagi di bolehin ikut ngerasain sleeping bag " Aku menjawab pertanyaan mas Dika tak lupa dengan senyuman sebagai rasa terimakasih ku.

" Boleh masuk sleeping bag sekarang ga mas , dingin hehee " Tambah ku tak lupa menyengir lucu.

" Daritadi pelukan ku ga mempan ya haha. Yaudah ayo " mas Dika menjawab seraya terkekeh kecil.

Danger!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang