O8

196 21 2
                                    







Pagi ini rasanya beda jika tidak ada Zeyu, beberapa tahun saat Zeyu pergi ke Amerika juga begitu. Jaera menghembuskan napasnya, berpikir bagaimana keadaan sahabat karib yang dia anggap lebih dari sahabat di rumah sakit.







Ia yakin pasti Zeyu bosan. Jaera bahkan berpikir keras sekarang untuk pelajaran yang tidak dimengerti olehnya. Matematika.

Tapi jikalau Zeyu ada, sudah dipastikan pemuda itu akan jadi guru dadakan untuknya.






“Baiklah, jangan lupa pelajari lagi materi hari ini di rumah masing-masing.”


Guru pun keluar, Jaera menghela napas lagi lalu mengemasi buku dan alat tulisnya.




Tuk tuk





Gadis bermarga Kang berbalik melihat kearah Mingrui yang baru saja memukul kepalanya dengan pulpen. “Apa?”



“Mau ku ajari?” tanyanya balik. Jaera memasang wajah datar “Tidak ingat ya? Setahun lalu juga kau mengajariku, yang ada otakku tambah pusing karena caramu menjelaskan berbelit banget.”








Mingrui mendengus, dalam hati dia membenarkan kalau caranya menjelaskan membuat otak pusing. Terlebih lagi matematika.









Mingrui beralih menatap Dianjia diikuti Jaera, ada yang aneh dari Dianjia, itu yang mereka pikirkan.













※Regret※












Pemuda bertopi hitam dan memakai masker, menatap resepsionis didepannya. Resepsionis yang tidak enak dipandang terus menerus pun bertanya.




“Ada yang bisa saya bantu, dek?”

Pemuda itu mengangguk lalu bertanya. “Disini ada pasien bernama.. Yu Zeyu?”





Wanita yang menjaga resepsionis itu membuka buku dihadapannya mencari pasien dengan nama Yu Zeyu. Setelah didapatnya dia tersenyum lalu menjawab “Kamar nomor 477 lantai 4, lift nya sedang dalam perbaikan jadi hati-hati jika menaiki tangga ya.”






Pemuda itu mengangguk kemudian pergi seusai mengatakan terima kasih.




Dia menarik napas dalam-dalam saat menaiki tangga menuju lantai tiga, melirik ke bawah tangga sana kemudian terkaget melihat sosok yang ia kenali.





“Aku yakin alter egonya muncul lagi, mana mau dia bolos.” gumaman pemuda dibelakang sana dapat didengarnya.





Ia menelan salivanya susah payah. Habis sudah, batinnya.


Cepat-cepat dia lari menaiki tangga hingga sampai di lantai tujuan. Ia meraup udara sebanyak-banyaknya, sesekali melihat ke belakang. Takut-takut orang tadi mengikutinya.


“Masa sih— mana mungkin dia tahu aku kemari.” gumamnya.





Setelah istirahat sejenak, dia kemudian melangkah menuju kamar 477 dengan nama Yu Zeyu disana. Langsung saja tanpa mengetuk terlebih dulu dia membuka pintu kamar.



Dan tidak ada siapa-siapa disana. Hanya sosok putih yang bergerak diruangan.











※Regret※













Zeyu berjalan sambil menuntut tiang infusnya. Dia baru saja menjenguk anak laki-laki di lantai tiga yang semalam ia bantu.





Saat di depan kamarnya, dia memiringkan kepala bingung melihat pemuda berpakaian hitam, topi hitam serta masker putih yang menutupi sebagian wajahnya. Oh, jangan lupa kacamata bulat yang bertengger di wajahnya itu.







Tap








“Huaaaaaa! Tolong tuan hantu yang terhormat! Jangan ganggu aku! Aku anak baik-baik sungguh!”






Pemuda didepannya berteriak takut, langsung saja Zeyu membalikkan tubuhnya. Dia tahu siapa pemuda dihadapannya ini. “H--hei, tenanglah aku bukan hantu, Yuwen.”








Pemuda itu, Yu Yuwen. Membuka mata dan langsung memeluk Zeyu. “Huaaaaaaa! T--tadi ada yang putih-putih gerak disitu, huaaaaaa!”




Racaunya sambil menunjuk-nunjuk ke dalam ruangan. Zeyu hampir saja jatuh jika tidak ia tahan, dia mengelus punggung kembarannya mencoba menenangkan.








Setelah tenang, Yuwen melepaskan pelukannya. Lalu diajak masuk oleh Zeyu, meski agak ragu dia tetap masuk.



Zeyu duduk diatas ranjang lalu menatap Yuwen yang berdiri tak jauh darinya. “Yuwen, kenapa ke sini? dan.. tahu dari siapa aku disini?” tanyanya membuka obrolan.


Yuwen nampak berpikir, “A--aku juga tidak tahu kenapa bisa sampai sini, setahuku aku sedang belajar lalu minta izin untuk ke toilet la— ASTAGA A--AKU BOLOS?!” Dia berteriak saat sadar sepenuhnya.









Zeyu jadi bingung sendiri, Yuwen datang padanya lalu bilang tidak tahu kenapa bisa ada disini. Aneh, batinnya.









Terlebih lagi, kembarannya ini baru sadar dia sedang membolos. Apa-apaan itu.













※Regret※

Tbc..

Regret [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang