🍁 Prolog 🍁

12 6 3
                                    

Koridor kosong di depanku terasa lengang. Sepi tanpa seorang pun manusia yang terlihat.

Biasanya, ada dia disana. Di sebuah kursi putih panjang yang menghadap ke gedung kuliahku.

Ah, rasanya seperti baru kemarin.
Rasanya seperti kembali memutar kepingan video di kepala, lalu menyaksikan semuanya berjalan ke arah sebaliknya.

Masih terasa setitik penyesalan pada dua hal.

Menyesal karena pernah mengenalnya, sehingga untuk bisa melupa butuh waktu yang begitu lama.

Dan lebih menyesal, sebab tak cukup punya waktu untuk sekadar berkata, "terimakasih".
.
.
.
.
.
.
.
.
Dia dan Senja.

Dua kata istimewa yang pernah aku simpan dalam jiwa. Meski hadirnya tak lagi mampu digenggam, namun kuharap, do'a itu akan sampai.

Untuk dia yang disinari cahaya jingga kala itu, izinkan aku mengenang pertemuan kita meski hanya beberapa detik saja.

Dia dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang