🦋3. Jenuh

73 9 0
                                    

Rafa P.O.V

Aku mengeluarkan smirkku sambil tetap mendorong troli mengikuti Rai dan yeah perempuan yang sudha aku ketahui namanya itu. Sesekali ia menoleh kearahku, dan menaikan alisnya.

Yang dapat aku tangkap dari pembicaraan mereka ialah, perempuan bernama Zeta itu adalah teman lama Rai saat masih SD, maklum saja aku tidak mengenalnya, Aku disekolahkan di SD umum sedangkan Rai disekolahan di SD berbasis internasional. Hanya itu yang bisa aku tangkap, sisanya hanya pembicaraan yang sangat tidak menarik untuk di dengar.

Kembali aku perhatikan perempuan itu. Jika dilihat-lihat wajahnya tidak terlalu tua bahkan bisa dikatakan wajahnya kelihatan lebih muda sepertinya dari ku.

"Udah semua ?" Tanya Zeta sambil melirik ke troli yang sudah penuh, matanya kembali beradu pandang dengan mataku.

"Napa liat-liat?!" Aku mengangkat bahu, sudah terhitung sepuluh kali ia melontarkan kalimat itu ke diriku. Entah karena tatapanku yang mengikat atau ia memang sejudes itu? Entahlah

"Hmm udah semua nih. Yok kasir." Ujar Rai sambil menarik tangan Zeta dan meninggalkanku yang tidak dianggap sama sekali sejak tadi.

Sepertinya Zeta sangatlah baik kepada Rai, terlihat dari ia membantu Aku dan Rai membeli bahan padahal ia juga sedang membeli kebutuhannya, bahkan ia yang menawarkan diri. Dan aku baru menyadari, wajahnya mengingatkanku dengan seseorang gadis desa tempat ku KKN.

Setelah membayar semua belanjaan, hal yang seharusnya aku tanyai lagi ke Rai sempat terlupakan. Aku dan Rai tidak mungkin membawa 5 kantong belanjaan dengan menggunakan motor vespanya itu, motor itu bagus hanya saja tidak pantas untuk digunakan saat berbelanja banyak. Dan sekarang, aku dan Rai hanya terdiam sambil menatap motornya itu sambil menenteng masing-masing dari kami menenteng 2 tote bag berisi belanjaan, Rai melihat kearahku dan berdecak.

"Separuh dari motor gue aja udah elo yang habisin tempat." Ujar Rai sambil menatap kakiku yang panjang.

"Siapa suruh punya motor cuma nyarik gaya doang." Balasku tak mau kalah.

"Dih gaya doang dibilang. Lo tuh kalik yang punya motor gede cuma buat cewe-cewe biar ngelirik lo."

"Sini belanjaan kalian taruh aja di mobil gue, mumpung gue pakek mobil kesini." Aku menoleh kearah zeta. Bahkan kami berdua melupakan keberadaanya yang membantu kami membawa 1 kantong belanjaan ditangannya.

"Eng—"

"Makasi Zet!" Dan tanpa menunggu jawabanku, Rai mengikuti Zeta yang berjalan menuju mobilnya diparkirkan.

"Setan." Umpatku, namun tetap melangkah mengikuti mereka.

—-

Kami masuk kedalam cafe lewat pintu belakang, karena tidak mungkin kami masuk dari pintu depan sambil membawa kantong belanjaan. Bahkan dari luar saja sudah terlihat kalau cafe sudah ramai. Rai cukup membuat kesal hari ini, ia bersikap seolah-olah aku adalah babunya, dan dengan gampangnya ia menyuruhku naik motor ke cafe dan dia ikut naik mobil dengan Zeta. Belum lagi panas matahari sangat menyengat.

Sial.

"Waw lihat! Prince charming akhirnya sudah sadarkan diri." Satu kecupan di pipiku merupakan kebiasan dari Riri. Dia terkadang bertingkah sangat manja kepadaku.

Mata Riri melihat kearah Zeta yang menaruh belanjaan diatas pantry, lalu menatap kearahku dengan sorot mata terkejut.

"Lo udah kenal dia?" Cicit Riri sambil menunjuk-nunjuk kearah Zeta yang membantu Rai memasukan bahan keadalam kulkas khusus untuk bahan-bahan.

Aku terdiam, aku mengetahui namanya tapi aku tidak mengenalnya. "Enggak." Jawabku singkat.

"Kok dia bisa sama bareng lo berdua?" Tanya Riri.

Hallo EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang