"Woi!" teriak Aldi dibelakang Abrisam yang sedang duduk di bangku panjang yang ada di rooftop sembari melamun memikirkan gadis yang Ia temui diperpustakaan tadi.
Abrisam merindukan gadis manis itu, sangat. Pikirannya mengarah pada masa kecilnya.
Flashback On,
"Kakak baik-baik saja?" tanya Aeryna dengan wajah memerah sehabis menangis dan arah mata menuju ke telinga anak laki-laki disampingnya yang tampak memerah karna dijewer oleh temannya.
"Hm, aku baik-baik saja. Apa masih sakit?" tanya anak laki-laki tersebut pada Aeryna "Sedikit" jawab Aeryna jujur karena memang kepalanya masih sedikit pusing walau tidak sepusing tadi saat terkena bola.
"Maafkan aku." anak laki-laki itu meminta maaf dengan wajah menunduk merasa bersalah.
Aeryna mengulurkan tangan mungilnya ke depan menuju anak laki-laki yang dududk disampingnya "Aeryna. Nama kakak siapa?" dia memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis.
Anak laki-laki tersebut yang melihat senyum manis Aeryna hanya terdiam tanpa berkedip dan perlahan menerima uluran tangan gadis kecil tersebut.
"Abrisam" Ucapnya memperkenalkan diri dan membalas senyuman Aeryna.
Sore itu mereka duduk ditengah taman yang indah sembari melihat teman-teman mereka yang sedang bermain bersama.
Flashback Off.
Abrisam selalu tersenyum kala mengingat senyum manis gadisnya-cinta monyetnya dipertemuan pertama mereka.
"Kok gue ngeri ya liatnya." Ucap Aldi berbisik pada Guntur.
"Sama, anjir." Sahut Guntur. Mereka bergidik ngeri melihat temannya yang dibilang kelewat tampan itu senyam-senyum sendiri seperti orang gila. Yah walaupun mereka sering dibilang gila oleh murid lain karena tingkah mereka. Kecuali Rafi, teman mereka yang tak kalah tampan namun berwajah datar nan dingin itu hanya terdiam sambil bersedekap dada menyandar pada tembok dibelakangnya sambil melihat kedua temannya yang melihat temannya yang lain.
Rafi pun berjalan menuju Abrisam dan menepuk pundaknya, Abrisam menoleh kepada Rafi yang sedang mengambil duduk disampingnya.
"Dia, lagi?" Abrisam meringis saat ditanya oleh Rafi dengan wajah datarnya. Nih anak makan apa sih mukanya datar banget kek teriplek, Abrisam membatin. Rafi pun menoleh karna tak kunjung ada sahutan atas pertanyaannya "Lo paling tau gue." Jawab Abrisam.
"Sampai kapan?" tanya Rafi sambil mengarahkan kembali tatapannya kedepan. Abrisam pun mengarahkan tatapannya kedepan Ia hanya bisa tersenyum kecut dan mengangkat bahunya "Gue nggak tau." Ujarnya.
"Lo gak bisa kayak gini terus." Ujar Aldi sambil melangkahkan kakinya bersama Guntur menuju kedua temannya yang sudah duduk dibangku panjang. Aldi duduk disamping Abrisam sedangkan Guntur berdiri disamping Aldi.
"Seenggaknya gue masih bisa liat dia." Sahut Abrisam
"Dan ngorbanin perasaan lo?"
"Gue gak ngorbanin apa-apa."
"Stop buat pura-pura." Aldi mulai emosi karena Abrisam yang selalu melakukan hal ini pada dirinya.
"Lo disini sendiri yang sakit. sedangkan dia? Come on man, you have to stop being a fool." Lanjut Aldi sambil menunjuk ke arah Abrisam.
Abrisam berdiri dari duduknya dan langsung menarik kerah seragam Aldi "Lo gatau apa-apa tentang gue."
Ananta terlihat marah karena tidak terima oleh ucapan Aldi yang seolah-olah menyalahkan gadisnya disetiap ia mengingat masa kecil mereka.
"Kalo lo lupa gue sahabat lo. Gue cuma berusaha nyadarin lo, biar lo nggak cuma fokus sama satu cewek yang nggak sedikitpun inget sama lo."
"Brengsek." Umpat Abrisam lalu menonjok wajah Aldi hingga jatuh terduduk ke belakang. Abrisam maju dan kembali menarik Aldi agar berdiri lagi "Weitss kita udah sering bicarain ini, kita kan udah sahabatan lama juga, jangan berantem." Ujar Guntur melerai keduanya.
Aldi melepas kasar genggaman tangan Abrisam dari kerahnya "Gue peduli sama lo karna lo sahabat gue, maka dari itu gue nggak mau lo tersakiti terus-menerus." Ujar Aldi sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan Abrisam dan kedua temannya.
Guntur hanya menghela nafas lelah melihat kepergian Aldi. Selalu, selalu seperti ini saat mereka mengingat masa kecil mereka. Padahal banyak kenangan mereka yang menyenangkan di masa kecil yang tertutupi oleh satu kejadian tak menyenangkan hingga terbawa sampai saat ini.
"Gue akan susul dia." Ucap Guntur menepuk pundak Abrisam, Ia menoleh sekilas pada Rafi yang duduk tenang dibangkunya dengan wajah datarnya yang tidak terganggu sama sekali dengan keributan yang telah terjadi beberapa saat lalu. Kemudian Guntur berlari mengejar Aldi.
Abrisam mengusap wajahnya kasar. Ia tidak menyukai keadaan seperti ini walau sudah sering terjadi diantara mereka.
"Tenangin diri lo." Rafi berujar lalu meninggalkan Abrisam yang membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.
Kini Ia duduk dibawah bersandar pada bangku panjang. Sendirian diatas rooftop sambil memejamkan mata, membiarkan angin berhembus menerpa wajah dan rambutnya yang bergerak mengikuti angin.
Benar kata Aldi dia memang bodoh, tapi ia tidak bisa berhenti bersikap bodoh. Katakan dia lelaki pengecut yang takut melupakan gadis di masa lalunya. Orang lain menganggap dirinya hanya merasakan cinta monyet, tapi orang lain tidak tahu bahwa dia merasakan lebih dari sekedar cinta monyet. Menurutnya dia hanyalah seorang pemuda remaja yang menemukan cinta pertamanya. Dan ia ingin memperjuangkannya
🌻🌻🌻
Jangan lupa meninggalkan jejak :)
Luv 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRISAM
Teen FictionKisah seorang remaja laki laki yang berusaha membuat ingatan gadis kecilnya kembali seperti dulu lagi. Kesedihan, putus asa, tak pantang menyerah semuanya bercampur jadi satu. Akankah laki laki itu bisa membuat sang gadis pujaan mengingatnya? "Gue...