4. Rindra

19 6 2
                                    

jika berpayung meneduhkanmu dari kebasahan. lantas, atas dasar apa ku titipkan rindu yang tak bisa tersampaikan.

***

Suasana makan malam dua keluarga itu berjalan dengan hening. Abrisam sesekali melirik Aeryna yang fokus pada makanannya, padahal dihatinya menggerutu kesal pada sosok laki - laki yang sedang curi - curi pandang itu.

"Aeryn, kamu sekolah dimana nak?" tanya mama Abrisam tersenyum melihat gadis imut itu. Tetapi sang gadis tidak mendengarkan pertanyaan mama Abrisam.

Itu matanya kenapa sih lirik-lirik, minta dicolok pake garpu apa ya. Batin Aeryna kesal.

Aeryna hanya berani mengungkapkannya lewat batin, Mana berani mengucapkan langsung disaat ada sang macan betina alias mamanya - mama Annisa.

Semuanya mengernyit bingung melihat kelakuan gadis itu.

"Aeryn?" panggil mama Annisa, tidak ada jawaban dari gadis itu. "AERYNA!" panggil mama Annisa sekali lagi dengan suara yang tinggi.

"e__eh iya mah" jawab Aeryna gugup karena sang mama menatap anaknya dengan mata melotot. Aeryna yang malu hanya menggaruk belakang kepalanya sambil menunduk.

Gemes batin Abrisam yang sedari tadi memperhatikan gadis itu.

"Udah jeng gakpapa. Mungkin Aeryn lagi menikmati makanannya, iya kan sayang."
kata mama Mila membela Aeryna yang menahan malu.

"I_iya tante, tadi tante nanya apa?" tanya Aeryna berusaha menghilangkan rasa malu nya.

"Kamu sekolah dimana?"

"Aku sekolah di SMA Army tante"

"Loh itukan sekolahnya Abrisam juga, yaudah kalo gitu besok kalian ke sekolahnya berangkat bareng aja gimana?" kata mama Mila yang membuat dua sejoli itu melotot sempurna.

"Eh jangan tante, besok aku dianter sama papa, iya kan pa?" tanya Aeryna kepada sang papa meminta pertolongan karena tidak mau berangkat kesekolah dengan Abrisam.

"Princess, maaf besok papa gak bisa nganter kamu ke sekolah, papa besok ada meeting ke Lombok 2 minggu, jadi kamu berangkat bareng Abrisam." perkataan sang papa membuat Aeryna tidak bisa berkutik lagi.

"Tapi pa-."

"Pokoknya besok kamu berangkat sama Abrisam, gak ada penolakan lagi" tegas mama Aeryna tidak bisa dibantah. Aeryna hanya bisa mengangguk pasrah lalu Ia menunduk sambil mengaduk ngaduk makanannya.

Sementara disebrang meja pemuda yang hanya melihat perdebatan kecil tadi menyunggingkan senyum bahagianya.

Rejeki nomplok ini mah Batinnya.

Setelah makan malam selesai, dua keluarga itu berkumpul diruang keluarga milik Dicky Narendra. Dua laki - laki paruh baya itu serius membahas pekerjaan. Para mama sibuk membahas baju dan Aksesoris.

Tinggallah Abrisam dan Aeryna yang terdiam. Lalu Abrisam menghampiri Aeryna.

"Ikut gue" kata Abrisam yang langsung menarik tangan kanan Aeryna.

"Eh - eh lepasin!" berontak Aeryna yang tidak terima tangannya ditarik oleh laki - laki yang tidak Ia sukai.

Aeryna berjalan terseok seok mengimbangi langkah besar Abrisam, dia merasa cengkraman
ditangannya semakin keras membuat tangannya sakit.

"lep_pasin Isam sakit" Abrisam langsung berhenti berjalan dia menyunggingkan senyumnya karena Aeryna memanggil namanya, namun bukan nama itu yang ingin ia dengar dari Aeryna untuk memanggil dirinya. Ia berbalik menghadap Aeryna.

ABRISAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang