02 - Prosedur Putih

4 0 0
                                    

Suara berat derap sepatu yang menyentuh lantai memenuhi koridor. Peluh mengalir dari pelipisnya. Napasnya menderu. Salah satu tangannya menggenggam tangan lain dengan begitu kuat.

Rambut pendeknya itu terkibas dilewati angin yang berhembus menyejukkan lehernya. Seseorang di belakangnya hanya mengikuti langkah kakinya yang begitu cepat. Mereka terlihat terburu-buru.

"Oh, Romeo. Aku telah lama menunggumu," gadis pirang itu mengulurkan tangannya.

"Oh, Juliet. Genggam tanganku dan aku akan membuatmu bahagia selamanya," laki-laki dengan rambut pirang itu perlahan menggapai tangan sang gadis. Riuh teriakan mengalahkan suara derap kaki dua gadis yang tengah berlari.

"Tidakkk!!! Tidak! Tidak! Tidak!!" gadis berkuncir kuda itu menginterupsi semua orang yang tengah berdiri di aula sekolah.

"Oh, Rika. Ada apa?" laki-laki itu adalah Haru. Ia berhenti sesaat sebelum menggenggam tangan gadis di depannya.

"Kak! Apa yang kakak lakukan disini?" Rika mengarahkan pandangannya ke penjuru aula sekolah. Banyak yang melihat mereka. Matanya menangkap batang hidung Lucy, ketua klub drama di sekolahnya. "Apa maksudnya ini?"

"Kak Haru membantu kami berlatih!" gadis pirang itu tiba-tiba memecah keheningan.

"Rei, pemeran Romeo kami tidak bisa berlatih hari ini karena sakit dan Kak Lucy meminta Kak Haru untuk menggantikannya," ia menjelaskan dengan sangat riang. Jelas sekali ia senang dapat berlatih dengan Haru, walaupun ia bukan anggota klub drama tetapi Haru memang terkenal di sekolahnya karena senyumannya itu.

"Dan aku dengan senang hati membantu mereka," tambah Haru.

"Ohh... Seperti itu. Maaf telah mengganggu waktu latihan kalian," suaranya ditekan diikuti matanya memicing menatap seseorang dengan rambut nila di sebelahnya, Mari, sahabatnya.

"Maaf...."

"Ya Tuhan... Aku benar-benar malu."

💘

Rika mengunci pandangannya pada Mari. Auranya sudah benar-benar gelap. Gumpalan awan hitam tengah bersiap melancarkan kilat bersuara menggelegar.

Tangannya mengepal dengan begitu keras. Menyisakan bekas cengkeram-an kuku, terlihat begitu jelas. Tiba-tiba ia melangkahkan kakinya, berbalik menuju pintu luar.

Mari, gadis itu hanya bisa mengikuti kawannya dari belakang. Ia belum berani untuk mengusiknya. Bukan, dia belum berani untuk berbicara dengannya. Rika adalah orang yang menyeramkan saat ia sedang marah.

Mari mengekori Rika hingga ke kelas mereka.

Rika menghela napasnya. Mengistirahatkan kepalanya di atas meja. Sesekali membenturkan kepalanya ke atas meja. Tapi tentu tidak dengan keras. "Bodoh..."

"Aku benar-benar bodoh."

"Dan bodohnya lagi, sahabatku masih lebih bodoh dari diriku! Arrgghhh! Aku gila!!"

"Kau membuatku gila!" lagi, kilat emas itu menatap tajam seseorang. Yang bisa Mari lakukan hanyalah meminta maaf.

"Maaf... Rika, aku kira adik kelas itu akan menembak Haru. Lagipula, ini bukan sepenuhnya salahku!" Mari mencoba membela dirinya.

Cupid ArrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang