Prolog

63.3K 1.8K 106
                                    

Pov Lexsa
"Leon aku mohon kali ini biarkan aku jalan-jalan keluar rumah, aku hanya akan pergi ke taman di belakang rumah ini saja," entah sudah berapa lama aku memohon kepada Leon agar membolehkanku untuk keluar kamar dan membuka rantai di kakiku ini tapi Leon benar-benar mengabaikan aku.

Sudah sekitar dua bulan Leon merantai kakiku dan hanya mengurungku di dalam kamar ini. Sejak aku menjadi kekasih Leon satu tahun yang lalu aku memang tahu bahwa Leon adalah seseorang yang paranoid dan dia juga seorang yang otoriter hanya saja aku sangat mencintai Leon begitupun dengan dia jadi aku tidak pernah mempermasalahkan perilaku Leon padaku.

Bahkan jika Leon memintaku untuk menghapus semua kontak teman priaku aku langsung melakukannya tanpa berpikir dua kali karena bagiku Leon melakukan itu karena dia cemburu dan jika dia cemburu itu artinya dia mencintaiku tapi kali ini Leon sudah benar-benar keterlaluan. Dia merantai kakiku hanya karena aku pergi keluar dengan temanku tanpa persetujuannya.

"Untuk apa kau keluar honey? Apakah kau berencana meninggalkanku?" see! Padahal aku sudah mengatakan bahwa aku ingin berjalan-jalan ke taman di belakang rumah tapi bagaimana bisa Leon malah berfikir aku akan meninggalkannya.

"Aku sama sekali tidak akan meninggalkanmu Leon. Aku hanya merasa stres berada di kamar ini terus menerus."

"Itu tidak mungkin! Aku sudah menyediakan banyak film untukmu dan juga novel yang tidak akan habis kau baca untuk beberapa bulan honey."

"Tapi kau tidak memberiku ponsel dan juga wifi," asal kalian tahu di rumah ini tidak ada sambungan internet, sebenarnya dulu ada tapi sejak aku aku di kurung dan kakiku di rantai Leon mematikan sambungan internetnya, alasannya benar-benar tidak masuk akal, itu karena suamiku ini tidak mau aku berkomunikasi dengan pria lain di dunia maya padahal karena larangan Leon aku menghapus semua akun media sosialku dan dia masih takut aku berkomunikasi dengan pria lain. Bukankah ini berlebihan?

"Jangan merajuk honey kau tahu aku tidak suka lagi pula apa gunanya sambungan wifi kau sudah memiliki banyak film di sini dan juga banyak music yang bisa kau akses tanpa wifi," aku mendengus kesal saat Leon mulai menaikkan nada suaranya, itu artinya aku tidak boleh membahas hal ini atau dia akan marah.

Aku pun hanya mendiamkan Leon sambil melipat kedua tanganku di depan dadaku, aku benar-benar kesal pada Leon. Dia benar-benar berlebihan dalam berbagai hal dari mulai bajuku, makananku bahkan make up ku, aku masih ingat saat-saat Leon membakar semua koleksi baju berlengan pendekku, celana dan juga rok yang menurut dia terlalu pendek.

Pada saat itu aku menangis sambil memegang tangan Leon dan memohon pada dia agar dia tidak membakar pakaianku itu tapi Leon sama sekali tidak peduli dengan permohonanku, justru dia malah meninggalkanku dalam keadaan menangis.

Aku juga ingat saat Leon mengatahui bahwa aku sama sekali tidak makan sayur dalam satu hari penuh, dia langsung memintaku memakan banyak salad sayur yang membuatku ingin muntah tapi tanpa sedikit pun rasa kasihan Leon mengancamku jika aku memuntahkannya maka aku tidak akan memakan makanan selain sayur selama satu bulan.

Mungkin beberapa orang akan berfikir kenapa aku sangat bodoh menuruti keinginan Leon dan kenapa tidak mendapatkan makanan secara diam-diam atau memesan makanan saat dia pergi bekerja. Nyatanya semuanya tidak semudah itu, saat suamiku pergi bekerja dia juga akan mengawasiku meskipun aku berada di kamar mandi Leon juga mengawasiku. Aku pernah meminta agar dia membuka cctv yang ada di kamar mandi dan mengatakan bahwa aku butuh privasi.

Bukan persetujuan yang aku dapatkan tapi ceramah panjang yang mengatakan bahwa dia bebas melihat diriku dimanapun karena aku adalah istrinya.

"Kau adalah istriku jadi kenapa aku tidak bisa memantaumu saat kau ada di kamar mandi!"

Ucapan itu masih tergiang ngiang di kepalaku dan aku tidak bisa membantah apa yang di katakan Leon karena apa yang di katakannya memang benar.

"Leon aku mengantuk," ucapku sambil bangun dari sofa yang kududuki tapi Leon menghentikanku "apa kau marah padaku honey?" ya aku marah padamu! Aku ingin mengatakan hal itu tapi sayang aku tidak memiliki keberanian sebesar itu.

"Tidak."

"Tatap aku saat kau bicara honey!" aku pun menatap Leon dengan malas.

Leon ikut berdiri dan dia memegang pipi sebelah kiriku lalu dia membenamkan kecupan di pelipisku.

"Jangan pernah sekali kali marah padaku honey bahkan jika kau marah maka kau harus segera menghilangkannya karena kau tidak boleh marah pada suamimu sendiri. Apa kau mengerti?" rasanya aku ingin membentak Leon dan mengatakan bahwa aku juga manusia yang bisa marah bahkan pada suamiku sendiri.

"Jawab ucapanku!!!"

Dengan bodohnya aku malah menganggukkan kepalaku.

"Aku tidak butuh anggukanmu!! Aku butuh jawabanmu! Apa kau bisu?!!" aku tersentak kaget mendengar bentakan Leon, bahkan jika suamiku ini sudah terbiasa membentakku tapi tetap saja aku tidak pernah terbiasa dalam menerima bentakan dari seorang Leon yang otoriter.

"Ya aku mengerti Leon."

"Bagus, sekarang cepat pergi tidur dan jangan membangkang!"
*****
Halo teman teman ini karya terbaruku ya 🙂 semoga kalian suka sama ceritanya 😘

Jangan lupa vote, comment and share ya teman-teman.

TOXIC LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang