14 - MIMPI

56 18 0
                                    

"Hoaaam."

Lagi-lagi Yera nguap. Masih dengan tangan yang ngucek mata dan kaki yang diangkat sebelah, cewek itu gak ganti posisi dari tadi.

"Tutup, Yer. Bau!" Yumi nyentil jidat Yera. Yang disentil cuma natap Yumi dengan muka belernya.

Semalem Yera asik berduaan sama Gio setelah acara pijit plus-plusnya itu, ngga. Mereka berdua asik ngobrol dan ketawa. Yang lain juga sampe terheran-heran kenapa Gio bisa selepas itu semalam. Kayak orang gak ada beban.

"Mimpi apa dah ni orang," gumam Nadi ngeliatin Kia yang masih tidur pules sambil meluk erat boneka tata punyanya.

Sekarang udah subuh. Niatnya kan Nadi mau ngajak Yera buat sholat subuh. Kia gak diajak soalnya lagi datang bulan. Sementara Yumi yang gak menjalankan ikut kebangun, emang sensitif banget sama suara sekecil apapun.

Lagi asik liatin muka Kia yang ekspresinya berubah-ubah, eh tiba-tiba cewek itu melek lebar.

"Kenapa Ki?!"

"Hah, hah, hah, Nadi, hahh." Kia terengah-engah. Yera sama Yumi buru-buru ngedeket.

"Ada apa?!"

Kia ngedudukin badannya dibantu Nadi. Napasnya tersenggal-senggal. Tangannya megang dada, persis kayak Yumi kalo asmanya lagi kumat.

Nadi ngusap peluh di pelipis Kia. Terus ngelus punggungnya lembut.

"Kenapa Ki? Aduh gue gak tau harus gimana," keluh Yera, Yumi di sampingnya ngangguk dengan ekspresi khawatir.

"Ayah..." Kia tiba-tiba tutup mukanya dan nangis deres. Tangisannya kedengeran pilu banget. Nadi dengan sigap langsung peluk Kia. Nadi dejavu, hal sama pernah terjadi beberapa tahun lalu.

"Bentar- bentar, gue ke Bang Gio dulu. Yer, sini gantian tenangin Kia. Yumi lo ambil minum." Yera dan Yumi ngangguk nurut. Nadi cepet-cepet masuk ke kamar mandi buat cuci muka. Terus keluar kamar dan lari kecil ke kamarnya Jeka.

"Bang! Bang Jeka! Buka!" Teriak Nadi. Dia gedor-gedor pintu kamar jeka keras.

Gak lama pintunya kebuka, nampakin Teo dengan wajah basah baru selesai wudhu.

"Teo, di dalam ada Bang Gio gak?"

"Nggak, yang. Emang-"

"Terus Bang Gio di mana?"

"Di kamar itu—" Teo nunjuk kamar ujung. Tanpa ngomong apa-apa Nadi langsung lari dan gedor-gedor pintu kamar itu gak sabaran. Teo juga ikut, gak ngerti kenapa pacarnya itu keliatan panik banget.

"Bang Gio! Bangun Bang!" teriak Nadi. Sedetik kemudian pintunya kebuka. Gio natap Nadi heran.

"Gue baru—"

"Kia sesak, Bang!" seru Nadi. Gio ngelebarin mata dan lari duluan ke kamar Nadi.

Gio langsung masuk ke kamar Nadi yang pintunya kebuka dan lari nyamperin Kia yang nangis di pelukan Yera.

"Dek?" tangan Gio ngelus pucuk kepala Kia lembut. Kia langsung lepasin pelukannya Yera dan ganti meluk Gio. Yera sama Yumi peka, keduanya turun dari tempat tidur dan jalan ke arah Nadi yang cemas ngeliatin.

"Abang..." lirih Kia, meluk Gio dengan erat. Gio sama halnya, cowok itu nepuk punggung Kia lembut.

Tiba-tiba kedengeran gerasak-gerusuk dari luar kamar. Tiga anak Bangtan masuk ke kamar Nadi bareng-bareng.

"Kia kenapa?" tanya Jaden panik. Yera ngegeleng.

"Hanif sama Bang Ajun mana?" Tanya Teo yang ngeliat cuma Jaden, Jeka, dan Sena yang datang.

Meet and Miss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang