Arryan tengah menatap matahari sore dijalanan yang padat. Sudah dari tadi, tapi mobilnya sama sekali tidak bisa maju. Seharusnya ia sudah tiba di rumah. Menikmati secangkir teh dan senyuman kekasihnya.
Kekasih?
Pria itu tersenyum. Ia memiliki semua sekarang. Cepat atau lambat gadis itu akan menoleh padanya. Ia akan merasakan kembali kasih sayang yang pernah ada namun menghilang. Seperti dulu pernah ditunjukkan Camilla.
Mengingat Camilla, kembali ia termenung. Sampai saat ini, abu perempuan itu masih disimpan dengan baik. Sebenarnya bukan hanya abu Camiila, tapi juga putrinya yang terbunuh dulu. Meski sang putri tak pernah lahir. Cammilla membawa pergi buah cinta mereka.
Serra dan Camilla sangat berbeda. Camilla adalah perempuan hangat, yang tahu bagaimana cara membuat obrolan lebih menarik. Serra sebaliknya. Lebih sering diam. Bahkan saat belum bersamanya dulu. Serra memiliki senyum yang meneduhkan. Membuat siapapun yang menatapnya merasa tenang.
Tapi ia tetap suka pada Serrafina. Gadis itu mampu membuatnya iangin cepat cepat naik ke ranjang setiap malam. Ia bisa tidur nyenyak hanya dengan memeluk pinggangnya. Padahal selama ini, paling sulit untuk tidur.
Hampir pukul sembilan malam saat Arryan tiba di rumah. Didapatinya Serra masih duduk didepan jendela.
"Kamu sudah makan?"
Gadis itu mengangguk.
"Jawab dengan mulut kamu." Teriak Arryan kasar. Ia paling tidaknsuka diabaikan.
"Sudah."
"Temani aku mandi!"
Kembali gadis itu menegakkan leher menatap tidak percaya.
"Kalau aku memberi perintah cepat laksanakan. Aku tidak suka orang lambat."
Tertatih Serra mengejarnya. Kemudian berdiri tepat dibelakang tubuh besar Arryan yang sedang menhisi bath up dengan air.
"Kalau aku mau mandi malam. Kamu penuhi bath up ini dengan air hangat. Diujung sana ada pengukur suhu. Aku suka 36⁰."
"Iya."
"Ambilkan handukku. Aku akan mengganti handuk setiap kali mandi."
Kembali gadis itu bergegas menuju ruang sebelah. Saat kembali, beruntung pria itu sudah berada didalam bath up sementara air masih mengalir. Pelan ia meletakkan handuk di nakas.
"Tolong gosok punggungku."
Kembali Serra mendekat. Menggosok dengan sangat hati hati. Arryan memejamkan matanya. Menikmati sentuhan lembut sang gadis pada bahunya.
"Namaku Arryan. Kamu boleh memanggilku itu."
"Ya,"
"Kalau sedang keluar, aku bisa pulang malam, atau bahkan tengah malam. Jadi tak perlu menungguku."
"Aku jarang makan malam. Kalaupun lapar aku akan menghubungi dapur. Aku tidak akan membangunkanmu."
"Kamu tidak perlu menyiapkan pakaianku. Aku akan memilih sendiri."
"Jangan sembarangan membuka jendela atau pintu. Meski itu dipagi hari. Karena hewan peliharaanku bisa saja kubebaskan sewaktu waktu. Aku tidak mau melihat kamu pingsan karena ketakutan. Apa kamu takut pada ular?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PETARUNG TANGGUH / OPEN PO
General FictionIa memiliki banyak nama. Banyak wajah, juga banyak bisnis. Mulai dari yang legal sampai illegal. Namun hampir tak ada yang mengenal wajahnya. pria itu ahli membuat topeng silicon. Yang sangat pas saat dikenakan. Wajahnya, tergantung pada dimana ia...