super god gene [2]

chapter 295 : Tidak tertandingi

Semua orang tercengang, hampir tidak bisa mempercayai apa yang mereka lihat dan dengar.

Meskipun Jing Jiya adalah mahasiswa baru, dia adalah juara di Archery Society, Warframe Society, dan Hand of God Society - bintang sejati di kampus.

Namun, Han Sen memperlakukannya sebagai mahasiswa baru, yang cukup mengejutkan.

Sejak Han Sen kembali ke Blackhawk, dia telah menginvestasikan seluruh energinya untuk berlatih fase ketiga dari bid'ah Mantra dan juga Panorama, yang telah menghabiskan banyak waktunya. Untuk membunuh makhluk super, Han Sen tidak peduli tentang hal lain selain meningkatkan keterampilan tempurnya.

Meskipun Jing Jiya menjadi sangat populer di Blackhawk, Han Sen bahkan tidak mengenalnya. Bahkan jika Han Sen melakukannya, dia mungkin tidak akan peduli.

Di antara yang belum terselesaikan, tidak ada yang layak diperhatikan oleh Han Sen.

Melihat Han Sen menyikat melewatinya, Jing Jiya tiba-tiba berkata, "Jing Jiwu adalah kakak laki-laki saya."

Han Sen berhenti dan berbalik. Dia menatap Jing Jiya dengan heran dan bertanya, "Kamu adalah adik laki-laki Jing Jiwu?"

Alasan Han Sen terkejut adalah karena dia mengingat Jing Jiwu sebagai lawan yang kuat. Saat ini, Jing Jiwu memang jauh lebih kuat dari dirinya sendiri.

Han Sen tidak berharap bahwa adik kecil Jing Jiwu akan menjadi siswa Blackhawk.

Itu juga pertama kalinya bagi Xu Fei dan mahasiswa baru lainnya untuk mengetahui fakta bahwa Jing Jiya adalah adik Jing Jiwu. Meskipun sudah dua tahun sejak Jing Jiwu lulus, setiap mahasiswa baru Blackhawk masih tahu nama Jing Jiwu, karena ia selalu dibesarkan dalam sejarah Blackhawk sebagai lawan Han Sen. Karena itu, Han Sen masih diingat setelah dua tahun dan begitu pula Jing Jiwu.

Xu Fei dan yang lainnya tidak menyadari bahwa Jing Jiya adalah adik Jing Jiwu, dan mereka tiba-tiba mengerti mengapa Jing Jiya ingin menantang Han Sen.

"Ya. Apakah kamu pikir kita bisa bersaing dalam memanah sekarang?" Jing Jiya bertanya pada Han Sen sambil tersenyum. Dia tidak menganggap enteng Han Sen tetapi yakin bahwa dia bisa mengalahkan Han Sen.

Tanpa berpikir, Han Sen menyeringai dan berkata, "Itu terdengar membosankan. Mari kita lupakan saja. Berikan yang terbaik untuk Jing Jiwu."

Han Sen pergi tanpa berpikir, meninggalkan Jing Jiya kaget dan sedikit terhina.

Han Sen berbicara dengannya seperti berbicara dengan seorang anak. Jing Jiya merasa dia bahkan tidak dianggap sebagai lawan yang pantas dari Han Sen.

Namun, Han Sen tidak bermaksud membuat Jing Jiya merasa seperti ini. Dia memperlakukan Jing Jiya seperti anak laki-laki, karena sebenarnya, Jing Jiya tiga atau empat tahun lebih muda dari dirinya sendiri. Juga, Jing Jiya adalah adik Jing Jiwu. Jika Jing Jiwu ada di sini, dia akan memperlakukan Jing Jiwu sebagai lawan yang serius, tetapi dalam kasus adik lelaki itu, tidak begitu banyak.

Jika dia punya waktu, Han Sen akan lebih suka menghabiskannya untuk berlatih Panorama. Di antara yang belum terselesaikan, hanya sedikit yang pantas waktunya.

Banyak orang yang bisa menandinginya seperti Lin Feng dan Qin Xuan semua pergi ke Sanctuary Kedua Dewa. Pada titik ini, Han Sen sama sekali tidak tertarik pada orang-orang yang tersisa di Suaka Dewa Pertama. Dia hanya ingin meningkatkan keterampilan tempurnya secepat mungkin sehingga dia bisa berburu makhluk super.

Han Sen berjalan ke asramanya dan Jing Jiya tidak mencoba menghentikannya lagi. Jing Jiya tersenyum dan bergumam pada dirinya sendiri, "Kamu tidak akan bisa lari dariku."

Berita bahwa Jing Jiya adalah saudara laki-laki Jing Jiwu segera diketahui oleh semua orang di Blackhawk. Banyak siswa yang sangat tertarik dengan topik ini. Beberapa gadis bahkan menyebut upaya Jing Jiya sebagai "Hamlet Baru".

"Aku tahu itu! Mengapa seseorang sebaik Jing Jiya memilih Blackhawk? Ternyata dia membalas saudaranya!"

"Jenius kita menolak untuk menerima tantangan. Itu sangat mengecewakan!"

"Tentu saja dia tidak berani menghadapi Jing Jiya. Jika dia kalah dari seseorang yang lebih muda darinya, dia akan kehilangan wajahnya!"

"Sejak turnamen memanah, tampaknya ada sesuatu yang salah dengan si jenius. Dia bahkan tidak berpartisipasi dalam penilaian semi-tahunan, dan aku mendengar bahwa skor penilaian makeup-nya hanya rata-rata ..."

"Jenius telah jatuh."

"Jing Jiya yang akan memerintah Blackhawk sebagai gantinya."

...

Di Blackhawk, rumor tentang Han Sen lebih lemah dari Jing Jiya tersebar lebih luas dan lebih luas, dan orang yang mengatur rumor itu adalah Jing Jiya sendiri.

Pada titik ini, Jing Jiya sedang memainkan Hand of God dengan gembira. Jing Jiya tidak peduli dengan reputasinya, apakah itu baik atau buruk. Namun, dia mengerti bahwa beberapa siswa sekolah militer akan mempertahankan reputasi mereka sendiri dengan kehidupan. Jadi, Jing Jiya hanya melakukan apa yang diperlukan agar Han Sen menerima tantangannya.

Permainan Hand of God berakhir. Lawan Jing Jiya adalah Tian Dan, presiden Hand of God Society, yang juga pemain terbaik di kampus, setelah Han Sen dan Jing Jiya.

"20 poin? Sepertinya tidak sulit." Jing Jiya keluar dari game. Dia hanya mencoba mengulangi apa pun yang dicapai Han Sen di Blackhawk, sehingga dia bisa menyetujui bahwa Han Sen tidak sebaik itu.

Jing Jiya sedang menunggu Han Sen marah pada semua rumor. Dia percaya lain kali ketika dia menantang Han Sen lagi, jawabannya tidak akan tidak. Bahkan lebih baik, Han Sen mungkin menantangnya.

Namun, apa yang Jing Jiya tidak tahu adalah bahwa meskipun Han Sen mengetahui tentang desas-desus dari teman sekamarnya, para siswa senior tidak peduli sama sekali. Di mata Han Sen, trik Jing Jiya begitu kekanak-kanakan sehingga mereka tidak pantas mendapatkan waktu untuk energi.

"Aku harap aku bisa menang sekali hari ini." Han Sen memilih perangkat holografik di aula pelatihan di kampus dan masuk ke platform pertempuran online.