4

1.1K 171 0
                                    

Hari sudah pagi, dan Jefri baru tersadar dari pingsan. Ia mencoba bangun, lalu seseorang menahannya. Seorang pria tua dengan rambut gondrong dan berpakaian serba hitam. Jefri kembali membaringkan tubuhnya begitu melihat isyarat dari pria tua itu. Kepalanya menoleh ke arah kiri, ia melihat tubuh Lita yang tertidur damai dengan tangan dan kaki yang diikat

Pria dengan lesung pipit itu penasaran, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Mengapa semalam ia melihat dua Lita yang berbeda? Jefri memberanikan diri untuk menanyakan hal itu. Belum saja bibirnya berucap, pria tua itu sudah menjelaskan terlebih dahulu. "Yang di sampingmu itu raga milik Lita yang diisi roh jahat. Sementara yang selama ini kamu temui itu adalah jiwa Lita yang asli." "Saya masih tidak mengerti, Pak. Bagaimana bisa raga dan jiwa Lita terpisah?" "Kamu tentu sudah tahu bahwa Lita wanita yang berpendidikan, selain itu Lita adalah gadis cantik dan baik hati. Tetapi, dulu ada seorang pria beristri yang menyukai Lita. Istrinya tahu dan mengirimkan sihir serta menukar jiwa Lita dengan roh jahat."

Jefri mengangguk mengerti, lalu menatap iba tubuh Lita yang berada di sampingnya. Tega sekali orang yang sudah membuat gadis secantik Lita mengalami hal mengenaskan seperti ini. Pria tua itu memberikan minum kepada Jefri dengan hati-hati. Mengingat bekas cakaran yang Jefri dapatkan semalam belum sembuh.

Mata Lita tiba-tiba melotot, tubuhnya mulai melayang di udara. Jefri dan pria itu bersama menarik tali yang terikat pada ranjang. Mereka tak akan membiarkan Lita berulah lagi seperti semalam. Dirasa tubuh Lita mulai tenang, Jefri pamit pada pria itu. Ia yakin jika Joni sedang khawatir di rumah karena ia tak pulang semalam.

Di perjalanan pulang, Jefri merasa ada keanehan yang terjadi pada warga desa. Semua orang yang berpapasan dengannya seolah tak melihat Jefri, atau mungkin menghindarinya. Biasanya mereka akan saling bertegur sapa, namun berbeda dengan saat ini. Setelah sampai di rumah, Jefri melihat Joni sedang berkemas. Jefri menepuk pelan pundak pria yang dua tahun lebih tua darinya itu.

"Astaga!" Joni memekik kaget. Ia lalu menatap Jefri dari atas hingga bawah seolah menilai sesuatu. "Mau pergi ke mana, Jon?" tanya Jefri dengan ramah. "Aku akan kembali ke kota. Istriku akan melahirkan, jadi aku tidak bisa menemanimu di sini." "Tidak apa-apa. Selamat ya, kamu akan menjadi ayah." "Terima kasih, Jef. Aku pergi dulu." Jefri tersenyum lalu mengantarkan Joni ke depan pintu. "Sampaikan salamku pada Arum, hati-hati di jalan." ucap Jefri sambil melambaikan tangan pada sahabatnya.

Jefri menutup pintu lalu berbalik hendak menuju kamar, namun ia dikejutkan oleh sosok di hadapannya. Sosok itu tersenyum manis, namun terlihat mengerikan di mata Jefri. "Mas Joni sudah pulang ya? Kalau begitu, biarkan Lita yang mengurus Mas Jefri." ujar sosok itu dengan ramah. Kaki Jefri melemas, ia jatuh terduduk dengan detak jantung tak normal sambil terus menatap sosok Lita yang masih tersenyum ke arahnya.

"Pergi." ucap Jefri lirih. Lita justru mendekati Jefri dan mengulurkan tangan menyentuh wajah pria itu. Sorot mata Lita terlihat sendu lalu berujar "Apa salah Lita, Mas? Apapun yang terjadi bukan kehendak Lita. Jika Lita bisa memilih, Lita lebih baik pergi menemui Mas Jefri tiga tahun lalu. Bukan kembali kemari dan mendapat kesialan seperti ini." Air mata lolos dari mata cantik Lita, sosok itu menangis sambil memeluk kedua kakinya. Tangan Jefri spontan mengusap punggung Lita guna menenangkan wanita itu.

Jefri masih tak mengerti mengapa Lita mengatakan bahwa ia harus menemuinya tiga tahun lalu. Wajah cantik itu mendongkak menatap pria di hadapannya. "Mas Jefri masih tidak mengingat siapa Lita?" tanya Lita dengan pandangan sendu. Jefri mengerutkan alisnya, lalu menggeleng pelan. Ia baru saja mengenal Lita setelah datang ke desa ini tiga minggu yang lalu.

Tangan lentik Lita meraih wajah Jefri lalu menyatukan dahi keduanya. Sekelebat ingatan muncul dan membuat kepala Jefri mendadak pening. Ia ingin melepaskan diri namun Lita menahan tengkuknya dengan kuat. Beberapa saat kemudian Lita bergerak mundur lalu tersenyum. Napas Jefri memburu dan menatap tak percaya sosok di hadapannya

TBC_

Ambang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang