Lita mendekati Jefri dan berusaha membantu pria di hadapannya yang sedang kelilipan. Dingin, itulah yang Jefri rasakan ketika tangan Lita menyentuh wajahnya. Mungkin saja karena sudah lama berada di luar rumah, terlebih wanita itu hanya mengenakan kaos lengan pendek.
Jefri membuka matanya perlahan, disuguhi sebuah karya indah Tuhan yang membuat jantungnya berdegup kencang. Wanita di hadapanya berkedip lucu ketika tangan Jefri bergerak merapikan anak rambutnya. Dengan pemandangan demikian, siapa yang tidak akan gemas? Jefri menahan dirinya untuk tidak berbuat lebih pada Lita. Bisa-bisa dirinya akan menjadi amukan warga desa jika berani berbuat hal tak senonoh dengan si cantik kembang desa.
Keduanya kembali berbincang sambil menikmati malam seperti sebelumnya. Mereka saling bertukar cerita masing-masing. Satu hal yang membuat Jefri kagum pada sosok Lita, wanita itu bahkan lulusan sarjana di salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur. Yang menjadi pertanyaan, mengapa wanita berpendidikan seperti Lita tidak mencoba mencari pekerjaan di kota tetapi justru kembali ke desa. Namun, pertanyaan itu hanya dipendam sendiri oleh Jefri. Ia merasa melanggar privasi seseorang jika berani menanyakannya.
Sudah 3 minggu Jefri berada di desa, dan selama itu pula keduanya dekat. Mereka sering bertemu dan berbincang bersama. Hal itu tentu saja dilakukan pada malam hari. Lita mengatakan bahwa saat pagi hingga sore hari, ia harus berada di rumah. Sementara Jefri harus mengawasi perkebunannya setiap hari hingga petang.
Malam itu, Jefri sedang menunggu Lita di gardu. Mungkin saja wanita itu sedang bersiap, mengingat keduanya bertukar janji untuk berkeliling desa bersama. Sedang asyik menunggu si cantik, Jefri dikejutkan oleh teguran seorang warga desa. "Den Jefri?" Jefri menoleh ke sumber suara dan menatap ramah seseorang di hadapannya. "Sedang apa di sini, malam-malam begini?" "Saya sedang menunggu Lita, Pak." jawab Jefri dengan senyuman yang mengembang.
Seseorang itu tampak terkejut, kemudian berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apa pun. Jefri terheran, apa yang salah dengan perkataannya? Apa orang itu terkejut karena Jefri sedang menunggu seorang gadis pada malam hari? Sementara bergelung pada pikirannya, pundak Jefri ditepuk lembut oleh Lita. Wanita itu sudah mengenakan kardigan panjang berwarna abu-abu dengan kaus oblong dan celana kain berwarna hitam. "Ayo, Mas" ucapnya sambil tersenyum ke arah Jefri.
Kedua anak adam itu menyusuri jalanan berbatu dengan khidmat. Lita sesekali menunjuk tempat-tempat tertentu yang terlihat menarik. Jefri hanya tersenyum menanggapi setiap perkataan Lita, dirinya sudah terjatuh dalam pesona wanita itu terlalu dalam. Setiap langkah Jefri hanya memperhatikan wanita di sampingnya. Sesuatu yang Jefri sadari sedari tadi, ia tak mendengar suara langkah Lita. Entah karena pijakan kaki wanita itu terlalu lembut atau memang wanita itu tak menapakkan kakinya di atas tanah.
Langkah keduanya terhenti saat Jefri mendengar kegaduhan di sebuah rumah yang jaraknya tak jauh di depan mereka. Jefri ingin mendekat, namun Lita menahan tangannya, "Jangan ikut campur, Mas." Jefri tidak menghiraukan ucapan Lita dan berlari mendekati rumah itu.
Napasnya memburu, Jefri langsung membuka pintu rumah itu yang tidak terkunci. Matanya terbelalak, tubuhnya terasa membeku. Jefri melihat Lita sedang mencekik leher seorang wanita paruh baya dan dua orang pria tua dengan kondisi memprihatinkan. Yang membuat Jefri terkejut adalah kondisi Lita yang terlihat mengenaskan. Rambut panjang berantakan, wajah pucat dengan lingkar mata menghitam, serta borok di sekujur tubuhnya.
"Lita." ucap Jefri lirih. Rupanya, sosok di hadapannya ini mendengarnya. Lita menyerang tubuhnya yang mana membuat Jefri tersungkur. Sorot mata Lita menunjukkan amarah dan dendam yang besar. Leher Jefri menjadi sasaran cakaran kuku panjang Lita. Tiba-tiba saja tubuh Jefri melayang dan terhempas menabrak pohon di halaman rumah.
Jefri terbatuk, tubuhnya terasa remuk, ditambah rasa perih akibat bekas cakaran di lehernya. "Sudah dibilang jangan ikut campur, tapi Mas Jefri tidak mau dengar." Suara Lita mengalihkan atensi Jefri. Wanita itu sedang cekikikan di atas pohon yang berada di sebelah kiri Jefri. Pria itu bergidik ngeri, lalu netranya menangkap sosok Lita yang lain sedang merangkak menuju ke arahnya. "Jangan, Lita. Jangan sakiti dia." cegah wanita paruh baya yang tadi dicekik oleh Lita. Tak bisa menerima kejadian di luar nalar itu, Jefri jatuh pingsan. Akal dan fisiknya tak mampu lagi bertahan.
_TBC_

KAMU SEDANG MEMBACA
Ambang [END]
FantasiJefri yang tak tau menahu tentang Lita, si cantik kembang desa, telah jatuh dalam pesona gadis itu. Hingga sebuah kenyataan menamparnya dengan keras. Short Story GENDERSWITCH!! 200412~200425 Jaeyong! #Rasa_Lokal DLDR!