7. Dilema

7 3 0
                                    

Sudah beberapa hari ini Aga mendiamiku bahkan saat ku ajak bicara dia langsung pergi begitu saja, begitu pun dengan anggota timku yang lain. Semua ini membuatku pusing dan ditambah dengan masalah yang diceritakan oleh Salom kemaren dan pertengkaranku dengan V benar-benar membuat emosiku kacau.

Bahkan saat latihan mereka tidak mau berlatih bersamaku. Seperti saat ini, kami melatih kemampuan berpedang dan mereka berempat asyik berlatih mendiamkanku sendiri (ngomong-ngomong, Aga sudah sembuh dari cideranya dan ini hari pertama dia mulai berlatih).

Hufh,, aku melihat kelompok lain mereka sangat kompak, iri sekali. Dan disana,, aku melihat Ren yang sedang beristirahat.

Apa sebaiknya aku berlatih bersama dia saja ya, pikirku.

Aku pun memutuskan untuk menghampiri Ren.

"Hei Ren, mau menemaniku berlatih ?" tanyaku langsung.

"Kenapa tidak berlatih bersama timmu ?" tanyanya melihatku heran.

"Oh, aku,, hanya lagi bosan saja, pengen ganti suasana," ucapku asal.

"Ya sudah, ayo," ucapnya pada akhirnya.

Aku dan Ren pun memulai latihan kami. Karena emosiku sedang tidak stabil, aku melawan Ren dengan sangat serius.

"Aki,, santai saja,, jangan serius begitu," ujarnya saat aku mengayunkan pedangku diantara kakinya.

Aku hanya diam dan tetap fokus melawannya. Sedangkan Ren terus menegurku untuk bermain lebih santai. Sampai akhirnya seseorang menghentikan ini.

"Aki,, cukup,, " teriaknya lantang.

Aku langsung berhenti dan berbalik untuk melihat orang itu. Dia,, ya, dia adalah akar dari semua masalah ini.

Bukankah masalah harus diberantas sampai ke akarnya, aku tersenyum saat memikirkannya.

Aku menghampirinya dengan menyeret pedangku di lantai yang membuat suara yang sangat memilukan.

( And )

( Ben )

Saat aku mendengar suara yang memilukan itu, aku segera melihat kearah asal suara itu berada dan hal itu sukses membuatku merinding dan mengingatkanku atas kejadian buruk beberapa tahun yang lalu.

"Gawat,," ucapku panik.

"Gawat kenapa ?" tanya Sam tidak mengerti.

"Sam, cepat panggil Kapten," suruhku dengan mendorongnya untuk bergerak.

"Buat apa, kau ini kenapa ?" tanya Sam heran.

"Lakukan saja," ucapku kalut.

"Tapi,,"

"Biar aku saja," ucap Sou-Ran memotong ucapan Sam dan segera berlari keluar.

Aku melihat Sou-Ran pergi dan kembali melihat kearah mereka yang sudah bertempur itu. Walau kalah kemampuan dari V tapi saat ini tidak akan ada yang bisa menghentikannya kecuali dengan membuatnya sadar karena kesadarannya sudah hilang saat ini.

( And )

( Author )

"Kau harus membayar untuk semua yang sudah kau perbuat," ucap Aki menunjuk V dengan pedangnya.

"Apa yang harus aku bayar, jangan mengigau, ayo berlatih denganku," ucap V santai tidak memperhatikan raut wajah Aki yang menyeramkan saat ini.

Aki memperlihatkan senyumnya yang mengerikan dan langsung menyerang V yang tidak siap saat ini.

Serangannya membabi-buta tapi tetap terarah dan pancaran matanya sungguh tidak biasa, layaknya melihat seorang musuh yang harus dibinasakan.

V dengan cekatan terus menangkis serangan yang diberikan oleh Aki. Geram melihat tingkah Aki yang seperti kesetanan itu, V balik memberikan serangan. Dan hal itu membuat Aki tersenyum lebar.

Z WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang