• 5 •

42 16 1
                                    


Waktu masih menunjukan pukul 04.30 wib, Jeano sudah siap dengan jaket olahraga dan celana selututnya didalam rumah yang berdesain modern dengan warna cat serba abu tuk berjogging disekitar jalan perumahan.

Aku keluar dari kamar dan berlari santai menuju pintu sembari bersiul saat ku lihat kebawah sepatu putihku terdapat bercak noda lantas ku lepaskan sepatu dan membersihkan noda tersebut dengan meniup niupkannya tapi tak kunjung hilang ku coba lagi tuk menggosok dengan tanganku akhirnya berhasil sepatuku bersih kembali.

“baik, sempurna. ” ucapku setelah memakai lagi sepatu dengan agak sedikit hentakan dilantai.

Aku mulai melanjutkan berjongging keluar rumah menyusuri jalan yang masih sepi dan gelap tak ada orang satupun, karena memang jamnya sekarang orang sedang tertidur lelap.

Saat aku berlari dengan santai tak sadar aku melewati sebuah toko yang menarik perhatian dengan Quotesnya yg dihighlight dengan font neon, “lebih kuat dari batu karang. ” ku keluarkan ponsel tuk mengambil photo dan sedikit berswafoto juga mumpung lagi sepi.

“arrghh.. Ini sangat memalukan bagi lingkungan. Jika makan banyak lagi, aku akan menyebut diriku ikan lele makanan apa saja dia makan. Hahh kenapa aku makan banyak sekali dasar mulut sialan.” gumam Leana sebari membersihkan bekas muntahnya dengan menyiram dan menyapu dipinggir toko yang Jeano berdiri sekarang.

Saat aku selesai berfoto aku melihat ada air yang mengalir membasahi sepatuku sontak aku membukanya dengan berdiri satu kaki agar kaos kakiku tak kena juga dan langsung melihat apa sepatuku sampai terkotori, hingga tiba-tiba saja ada seseorang yang menyenggol punggung membuat badanku tak seimbang dan aku tersungkur ke depan tanganku terkena air yang mengalir tadi dan terdapat ntahlah seperti bekas bubur? Atau apa mungkin... Muntah?!

“maafkan aku. ” ucap wanita dibelakang ku.

Saat aku berbalik tuk melihatnya, aku malah berhadapan dengan sapu yang dia pakai tuk menyapu bekas muntahnya tadi, “jangan mendekat. Minggir ga lo, singkirin itu sekarang juga! ” geram ku tak tahan lagi dengan semua ini.

“menjijikan! Aarrgghh kotor banget si gila! Aarrgghh shit!” tak terbayangkan betapa kotornya diriku sekarang langsung saja aku bangun dari posisiku dan mengambil sepatu yang ku buka tadi aku terus memaki kejadian ini dan pergi meninggalkan wanita itu.

Leana hanya bisa melongo saat melihat tingkah laku seorang pria yang sangat absurd tadi sampai menggelengkan kepalanya beberapa kali.

•••

Satu.. Dua.. Tiga..  Empat.

Di sisi lain. Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.

Leher. Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.

“Dimana Dian? ” tanyaku pada murid yang sedang pemanasan membuatku penasaran kemana lagi dia tak sekolah hari ini.

Pagi ini seperti biasa aku mengajar tuk para murid yang akan ikut kompetisi dilapangan tapi Dian salah satu muridku ini dia sudah beberapa hari tak masuk sekolah tanpa adanya izin, mungkin aku harus menanyakan pada wali kelasnya, siapa tau aku mendapatkan informasi tentang Dian.

Saat aku memasuki koridor tak sangka aku melihat Pak-Setyo wali kelasnya Dian langsung ku menghampirinya, “Permisi. Dian Almahira dari kelas bapak kenapa bisa ga masuk lgi hari ini. Apa dia sakit? ” tanyaku pada Pak-Setyo tanpa menghentikan langkahnya.

“entahlah. ” jawab Pak-Setyo tak peduli dengan pertanyaanku.

“apa bapak belum menghubunginya? ”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

√LEANA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang