Hanya seorang penulis amatir!
Typo dimana-mana:D
*
*
*Aluna menatap risih Bastian "Bisa kalian jelaskan, mengapa sifat kalian berempat benar-benar menyebalkan?" Gadis itu menendang-nendang dedaunan, ia menatap kesal keempat pemuda yang memperlakukannya bak seperti seorang Bangsawan.
Alex terkekeh "Kau tau, kami benar-benar sangat senang~"
"Ayolah kau sudah mengulangi kalimat itu 4 kali." Gerutu Aluna.
Bastian menghela napasnya, ia memegang kedua bahu Aluna dan menatap dalam manik mata Aluna "Berlian tetaplah berlian seberharga bagaimanapun berlian kau tetap yang paling berharga, na."
Aluna mendengus "Berlian? Oh good, benda yang paling rendahan dimataku dan kalian mengatai bahwa aku diatas berlian? Aku lebih baik dianggap sebagai tanaman langka yang dicari semua orang untuk kesehatan mereka~~"
"Berlian juga begitu, ia dicari semua orang tapi dengan~~"
"Jangan memotong ucapanku Bagas!" Dengus Aluna yang membuat Bagas menyunggingkan senyumnya sambil menggaruk tengkuknya.
"Berlian memang dicari semua orang tapi siapapun yang mendapatkannya membuat mereka lupa bahwa diatas langit masih ada langit, aku lebih menyukai tanaman langka yang dicari semua orang dengan banyak kemanfaatan ketimbang dicari semua orang tapi membuat mereka menjadi rakus." Aluna menutup matanya, hidungnya menangkap aroma mints yang membuat tubuhnya ingin bergerak mencari siapa pemilik aroma itu.
"Kau sangat pintar, sungguh sifat Ayahmu benar-benar menurun kepadamu." Pemuda bermanik mata hijau jambrudnya menatap setiap lekuk wajah Aluna dari jauh "Kurasa kau akan aman bersama mereka berempat, aku menunggumu." Pemuda itu melompat dari atas pohon dan berubah menjadi seekor burung gagak dengan ukiran aneh disetiap bulu hitamnya itu.
Aluna menatap kesebuah pohon, ia mengerutkan keningnya ketika tak mendapati aroma yang membuat tubuhnya beberapa menit yang lalu melayang, aroma yang begitu memabukkan.
Aku menunggumu Aluna mengerjapkan matanya, jantungnya berdetak tak karuan, pipi gadis itu memerah Perasaan apa ini? Dan siapa pemilik suara itu? Batin Aluna.
Bagas menoel pipi Aluna yang memerah membuat gadis itu tersadar dari lamunannya "Kau semakin cantik ketika sedang melamun." Kekeh Bagas dan menjauhkan tangannya ketika mendapati tatapan tajam dari Aluna.
"Aku mer--" Aluna seketika berteriak, wajahnya kepanasan.
Bastian menatap Aluna khawatir "Apa yang terjadi kepadanya?" Tanya Bastian ketika melihat wajah Aluna yang memerah bukan memerah seperti tadi tapi kali ini benar benar sangat merah seakan akan wajah gadis itu sedang dibakar.
Ando menatap Aluna Iba "Kutukkan itu masih ada."
Alex menatap Ando tak percaya seketika kembali menatap Aluna yang berteriak kesakitan "Apa yang harus kita lakukan?" Tangan pemuda itu gemetar.
"A--apa ya--a--ng terj---adi pada---ku? Akkhhh." Aluna berterik kesakitan saat merasakan kulit wajahnya seakan ingin lepas dari wajahnya "Bunda, sakittt!!" Teriak Aluna memilukkan, air mata gadis itu keluar membuat suasana hutan semakin mencekam.
Bagas bersembunyi dibalik badan Bastian "Na, kau harus bertahan." Lirihnya, mata pemuda itu tak lepas menatap wajah Aluna yang mulai berubah.
Aluna sudah tidak merasakan panas di area wajahnya namun ia merasakan sebuah benjolan kecil dipipi kanannya, gigi depan gadis itu maju "Apa yang terjadi kepadaku?" Aluna menatap keempat pemuda yang sedang menunduk enggan menatap wajah Aluna.
"Apa yang terjadi padaku!?" Ulang Aluna sambil berteriak, air mata gadis itu kembali keluar bersamaan dengan itu aura Aluna keluar, membuat keempat pemuda dihadapannya terjatuh berlutut-ralat- terjatuh merangkak.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE EREOSTIKA
FantasyNote : Hanya seorang Penulis Amatir:D __________________ Dunia Immortal, Dunia yang dulunya begitu saling menghormati dan menghargai kini berganti menjadi sebuah Dunia dimana mereka saling berselisih, mempertahankan apa yang menjadi hak mereka. Hamp...