Aluna pov.
Aku menatap Ando yang berhenti tepat dipertengahan jalan kami menuju ruangan Mrs. Anna.
"Apa yang kau lakukan?" Bagas angkat bicara, menggerutu kesal karena Ando yang menyuruh kami untuk berhenti.
Pemuda itu menatap Bagas tajam seakan menyuruhnya untuk segera diam. Bagas memelototi Ando, ia berpaling mendengus kesal.
Aiden mengkrucutkan bibirnya "Mama, iden lapal." Ucapnya ditengah-tengah keheningan membuat mereka semua menatap anak kecil yang saat ini sedang aku gendong .
Aku terkekeh, mencubit halus pipi gempul milik Aiden "Sabar yah sayang," Mata biruku beralih menatap Ando seakan menyiruhnya untuk mempercepat gerakkan kami.
"Saya lambat."
Aku menatap makhluk kecil yang berada beberapa meter dihadapanku, makhluk itu melayang, bergerak kearah kami. Semakin mendekat maka semakin jelas pula bentuknya, aku mengerutkan kening ketika melihat seorang peri menunduk hormat dihadapanku.
"Welcome back home, miss."
Aku menatap peri itu sambil tersenyum kikuk, "Kau peri?" Ucapku masih tak percaya dengan penglihatanku saat ini.
Peri itu terkekeh "Yah, Mrs. Antonovia." Ucapnya kembali menunduk.
Aku mengedipkan mataku beberapa kali "Kau mengenali margaku?" Tanyaku tak percaya, karna yang aku tau, aku tak pernah memberitahukan nama asliku kepada siapapun, itu karna aku tak tau sekarang aku berada diwilayah mana.
"Kau benar-benar menggemaskan, miss. Perkenalkan namaku Rose dan sebaiknya kita segera menuju kamar anda." Ucapnya sambil menatap Aiden yang sudah terlelap dipelukanku.
Aku menggangguk "Tapi bukannya kita harus menemui, Mrs. Anna?"
"Mrs. Anna hanyalah perantara, sekarang ikutilah Rose kau akan aman bersama dia." Alex mengelus rambutku.
Aku menatap Alex dan ketiga pemuda dibelakangnya "Kalian?" Tanyaku.
Bastian tersenyum "Kami masih harus menemui, Mrs. Anna. Kau pergilah, kita akan kembali bertemu disaat makan bersama pada malam hari." Ucapnya.
Aku mengangguk "Baiklah," Aku melangkah mengikuti Rose yang berjalan didepanku dan meninggalkan keempat pemuda itu.
***
Aku mengikuti Rose yang terbang dihadapanku, tanganku mengelus rambu hitam milik Aiden.
Tepat di ujung koridor, aku melihat segerombolan remaja berpakaian hitam. Bulu kuduku meremang tat kalah diantara mereka menatap karahku.
Pemuda dengan manik mata merah darah itu menatapku tajam, aku menelan kasar salivaku, menyentuh punggung Aiden saat kepala anak itu bergerak mencari kenyamanan disisi leherku.
"Rose." Ucapku pelan.
Peri itu berbalik menatapku, seakan tau apa yang ada dipikiranku peri itu tersenyum "Kau tenanglah, mereka tidak akan berani menyentuhmu."
Aku menghela napas, berusaha menyakinkan diriku. Semakin kami melangkah maka semakin jelas wajah Ke-lima remaja itu. Aku menatap kulit wajah mereka yang sangat pucat, bahkan bibir mereka putih, mataku juga beberapa kali melihat diantara mereka mengeluarkan lidah seakan menatapku seperti makanan.
Aku berhenti melangkah ketika Rose dihapanku berhenti, aku menatap mereka semua yang memberi ku tatapan mengintimidasi, menelan salivaku kasar ketika seorang peri keluar diantara remaja itu menghadang Rose yang terlihat begitu santai.
"Kau memilih tuan yang begitu jelek." Ucap Peri itu.
Rose menatap peri itu dengan alis yang naik "Apa kau tidak merasakannya, sodara?" Ucap Rose membuatku menatap peri dihadapan Rose dengan kening yang berkerut.
Sodara? Apa mereka berdua Sodara kandung? Terus yang mana Kaka dan Adik diantara mereka berdua? Namun kalau aku perhatikan dari segi penampilan Rose terlihat begitu berwarnah ketimbang peri dihadapan Rose yang hanya memakai warnah hitam.
Peri itu tertawa "Aku bahkan merasakan bahwa gadis itu berada dikaum yang derajatnya sangat rendah. Apa lagi ketika melihat seorang anak lelaki yang gadis itu gendong, benar-benar memalukan."
Aku mendengus kesal, berjalan beberapa langkah sambil menatap peri dihadapan Rose "Rose, ayok!" Aku berjalan melewati peri itu dan diikuti Rose dibelakangku namun langkahku berhenti ketika mendengar ucapan peri dibelakangku itu.
"Pasti penyihir itu merubah Wajah anda karena sifat anda yang tidak sopan."
Aku berbalik menatapnya marah, tanganku mengepal "Sialan kau."
Aku menatapnya dalam dan setelah itu tersenyum licik.
"Aw." Pekik peri itu.
Aku tersenyum penuh kemenangan "Mulutmu adalah harimaumu, nona." Ucapku berbalik dan meninggalkan peri itu yang merintih kesakitan.
***
Xavier menatap gadis yang melewatinya begitu saja, ia mengepalkan tangannya dan berjalan menuju Luli.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya khawatir.
Peri itu memegang dadanya sakit "Gadis itu ancaman kaum kalian." Ucap Luli.
Xavier menatap Luli setalah itu mengangkat tubuh kecilnya dan membacakan beberapa mantra.
"Aku tau."
***
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
THE EREOSTIKA
Viễn tưởngNote : Hanya seorang Penulis Amatir:D __________________ Dunia Immortal, Dunia yang dulunya begitu saling menghormati dan menghargai kini berganti menjadi sebuah Dunia dimana mereka saling berselisih, mempertahankan apa yang menjadi hak mereka. Hamp...