Teriknya sinar yang menembus melalui jendela tepat mengenai wajah cantik yang sedang terlelap. Tirai-tirai putih panjang menari-nari terbawa angin, mengantarkan kesejukan pada permukaan kulit sang jelita. Kerutan halus tercipta di dahi Tzuyu, menandakan bahwa lelap dari gadis itu akan berakhir.
Kedua matanya terbuka, menatap langit-langit kamar yang menjulang tinggi. Dengan gerakan cepat ia menyibak selimut tebalnya lalu beralih duduk di sisi ranjang dan memejamkan mata, medesah pelan dan memegang kepalanya yang terasa pening.
"Kau sudah bangun?" Tzuyu menoleh mendapati wanita baya yang menyanggul rambut putihnya ke belakang, dengan kacamata yang bertenger di hidungnya. Diikuti dua pelayan lain di belakang yang masing-masing membawa nampan dan tetap diam.
Tzuyu beranjak mendekati neneknya dengan sedikit terburu buru.
"Nenek, bagaimana bisa itu terjadi?" tanya Tzuyu membuat sang nenek mentapnya dengan kerutan di kening. Tangannya terulur mengusap pipi Tzuyu lembut.
"Memangnya apa yang terjadi, sayang?" Tzuyu mendesah, mengingatnya saja benar benar membuat dia ketakutan. Dan jika harus menjelaskan Tzuyu tak tahu harus memulai darimana.
"Kau diantarkan dalam keadaan pingsan, dan aku tidak tau apa yang terjadi padamu, mereka tidak mejelaskan apapun--"
"Benarkah?" tanya Tzuyu memotong membuat neneknya menarik kedua ujung bibir membentuk garis tipis sebelum bicara.
"Ya, mereka tak bicara atau menjelaskan selain mengatakan bahwa kalian pergi ke suatu gereja tua dan kau bersama kelompokmu pergi ke ruang bawah tanah" Tzuyu memegang kedua tangan neneknya.
"Di sana, nek. Di sana aku melihat semua yang begitu tak masuk akal, aku tidak tau apa yang terjadi, tapi--"
"Istirahatlah, kau mungkin masih terpengaruh dari efek lelah"
Tzuyu hanya diam saat melihat dua pelayan menaruh nampan berisi sarapan di atas nakas, sementara yang lain menyimpan beberapa vitamin untuk ia minum.
"Jika keadaanmu sudah lebih membaik, turunlah"
♔ ♔ ♔
"Kira-kira Tzuyu kenapa ya?"
"Aku juga tidak tau, bahkan rumor itu sudah menyebar ke seluruh sekolah"
"Apa mungkin dia melihat penampakan?"
"Jangan mengada-ada, tidak mungkin ada penampakan"
"Tapi, bukannya dia berteriak sebelum pingsan?"
Arin hanya membuang napas berat, dengan memegang garpu di tangannya mendengar pembicaraan-pembicaraan satu sekolah tentang hal yang menimpa di gereja tua kemarin. Biasanya, yang selalu menjadi trending adalah kegiatan anak kelas dua belas, jarang sekali cerita anak kelas sepuluh menjadi heboh seantero sekolah. Tapi, tahun ini, semuanya berbalik dan itu karena siswi cantik bernama Tzuyu.
"Mereka masih saja membicarakan itu" protes Joochan dengan mengaduk minumannya.
"Iya, padahal jelas-jelas kita ada di sini, bukankah itu sebuah pergunjingan?" tambah Joochan membuat Arin akhirnya menaruh lagi garpu ke piring.
"Aku tidak tau apa yang harus aku jelaskan pada Tzuyu, agar saat dia mausuk dia tidak merasa kaget dengan semuanya, bahkan sepertinya bukan hanya tentang masalah itu, sejak kemarin banyak sekali pesan yang masuk kepadaku atau pertanyaan dari banyak siswa lelaki mengenai Tzuyu" kali ini Joochan yang menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Der Thron
FanfictionAwalnya, Tzuyu mengira bahwa keanehan yang ada dalam diri kakek dan juga neneknya adalah sebuah kewajaran mengingat usia renta. Namun, justru setelah mengenal dunia luar Tzuyu tak tahu kata apa yang bisa menggambarkan lebih dari suasana aneh di ruma...